Sosok Pria di Bandung Berusia 100 Tahun, Tetap Kuat Jualan Lumpia demi Sambung Hidup

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 25 лип 2023
  • belitung.tribunnews.com/
    / posbelitung
    / @posbelitung.tribunnews
    / posbelitung
    Sosok Pria di Bandung Berusia 100 Tahun, Tetap Kuat Jualan Lumpia demi Sambung Hidup
    Bagi warga Bandung, nama Kakek Khoerudin mungkin sudah tidak asing.
    Sebab, pria tersebut merupakan penjual lumpia.
    Usianya kini sudah mencapai 100 tahun.
    Inilah sosok Kakek Khoerudin, di usia senja tetap semangat berjualan lumpia di pinggir jalan.
    Kakek Khoerudin kini telah berusia 100 tahun, namun ia tak lelah mencari rezeki dengan berjualan.
    Pada Senin (24/7/2023) pagi menjelang siang, Kakek Khoerudin terlihat mengaduk tauge dan orak-arik telur di kualinya.
    Aroma bawang putih dan sambal, semerbak tercium sampai keluar gerobaknya yang terparkir di bahu Jalan Guntursari Wetan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.
    Waktu menjelang siang adalah jam sibuk Khoerudin.
    Itu saat bubaran anak sekolah, jam istirahat kantor, atau jam makan siang.
    Para pembeli mengantre untuk memesan lumpia kering yang sudah ditata di atas tampah, atau lumpia yang dimasak dadakan di atas wajan.
    Dilansir dari Tribunnewsmaker, Khoerudin yang akrab disapa Aki ini pun dengan cekatan melayani para pelanggan. Lumpia kering dibanderol Rp 2.500 per buah, sedangkan lumpia basah dihargai Rp 12.000 per porsi.
    Aki Khoeruddin mengatakan dalam sehari ia biasanya menjual 170 buah lumpia kering dan 30 porsi lumpia basah.
    "Tahun 50-an pas muda, saya bekerja di tempat produksi lumpia di Kota Semarang, dekat Simpang Lima, ada patung kuda, saya lupa namanya. Terus saya keluar dan pulang untuk jualan lumpia di Bandung.
    "Jadi lumpia yang saya jual ini, resepnya adalah resep asli dari Semarang, dibawa ke Bandung," katanya saat ditemui di sela melayani pembeli, kemarin.
    Aki Khoerudin mengatakan awalnya ia berjualan di kawasan Braga, Asia Afrika, dan sekitar pusat Kota Bandung.
    Kemudian karena sering diburu penertiban, ia pindah berjualan keliling ke kawasan Ciwastra, Buahbatu, dan Kawaluyaan.
    Sejak 9 tahun lalu, ia hanya berjualan di Jalan Guntursari Wetan, setelah tidak mendapat tempat di Jalan Buahbatu dekat supermarket setempat.
    "Lumayan dekat rumah di Gumuruh, tiap hari bawa roda ke sini.
    Kalau tentang keluarga saya, saya sudah tiga kali menikah karena dua istri sebelumnya meninggal, dan punya lima anak yang hidup sampai sekarang, ada 17 cucu, kalau cicit berapa puluh ya," kata Aki sambil tertawa.
    Aki menceritakan, tidak jarang pelanggan menanyakan usianya.
    Selain keriput di wajah dan tangannya yang tampak, ia tidak tahu pasti berapa tahun usianya.
    Ia hanya ingat bahwa 1923 adalah tahun kelahirannya, artinya tahun ini ia sudah genap berusia 100 tahun.
    Ia mengatakan sudah tiga kali mengalami pengurangan usia secara administrasi dengan alasan pekerjaan dan kebutuhan lainnya.
    Ia pun mengaku sebanyak tiga kali ikut pelatihan militer saat zaman kemerdekaan di Pangalengan dan Bandung.
    "Alhamdulillah selalu diberi kesehatan dan kekuatan oleh Allah.
    Mau kerja atau usaha di manapun, asalkan berkah. Kebetulan saya bisa buat lumpia, ya bikin lumpia saja.
    "Pakai resep yang dipakai ya yang waktu di Semarang.
    Sampai sekarang, setelah puluhan tahun, berusaha konsisten dan menjaga rasa dan kualitas," kata Aki Khoerudin.
    Selama bulan Ramadan di sepanjang pinggiran jalan Karawitan yang menyambung dengan Guntursari Wetan memang dengan mudahnya masyarakat menjumpai gerobak-gerobak penjual lumpia.
    Namun di hari-hari biasa, tampaknya hanya Aki Khoerudin yang setia menjual lumpia basah dan kering di kawasan ini.
    Hari semakin siang, pembeli kian ramai. Aki Khoerudin biasanya menutup gerobaknya pada siang hari setelah berjualan sejak pukul 07.00 WIB.
    Kemudian ia pun kembali pulang ke rumahnya di kawasan Gumuruh, menyiapkan untuk berjualan keesokan harinya.(*)
    (Dwiki)
    #posbelitung #viral #beritaterkini #beritaterbaru #tribunnews

КОМЕНТАРІ • 1