i am a mother with three kids, sy tetap bekerja,berkarir, dan tetap bisa sekolah sampe S3. sy bukan penganut feminisme, dan juga bukan matriarkhi atau patriarkhi. kita dilahirkan setara. sometimes gaji saya lebih besar dr beliau, atau beliau lebih besar gajinya dari saya, kita syukuri bersama, ketika sy cape pulang kerja, atau pulang kuliah, anak PUP dan sy lagi makan. suami sy tidak keberatan untuk mengganti popok dsbnya, begitu juga sebaliknya. kuncinya hanya saling respek dan mendukung cita2 pasangan kita., dan alhamdulilah....skrg sudah melewati 18 tahun pernikahan.
justru bisa kerja, bi9sa milih krn perjuangan kesetaraan gender. Bisa kerja punya anak dan rumah tangga diurus sama perempuan bkn kesetaraan tp pembabuan
Orang yang paling mustahil untuk diberi nasehat, adalah orang yang selalu merasa dirinya benar. Ibarat gelas yang tertutup, mau berapa tetes air samudera yang dituangkan tidak akan masuk.
Menjadi open minded berbanding lurus dengan kerendahan hati untuk memahami berbagai perspektif lain. Maka outputny: makin dia rendah hati untuk memahami (lebih ideal lagi mengelaborasi) perspektif lain, makin dekat pula dia dengan definisi open minded. Oleh karenanya, jika ada orang yang hanya menggunakan satu perspektif dan tidak mau memahami perspektif lain, apakah bisa disebut open minded?
Harus hati2 tapi. Open minded tidak berarti harus memahami semua perspektif. Harus nyasemua perspektif dikecuali yang intoleran pada ide open minded itu sendiri. Paradox memang
Open minded itu terbuka atas apapun informasi, "dizinkan" untuk melihat lebih banyak prespektif. Tapi ketika beropini, ya harus menggunakan standar dan prinsip masing-masing. Kalo kita mentoleransi semua nilai, we are not stand about anything. Kita jadi ga berpihak pada apapun.
Aku yg rela resign dan melepas jabatan yg udh susah2 diraih waktu nikah jadi bisa sll available utk suami ga pernah merasa dioppress atau dipengaruhi oleh patriarki, krn aku melihat dari sudut pandang lain. Bahkan kalopun suami meminta sejumlah anak pun memtuskan childfree itu hal yg bisa dirundingkan bersama asal saling memahami, agak tidak suka menggunakan bahasan patriarki, feminism dll. Hidup lebih bahagia dan mudah dengan membuat masalah2 menjadi simple dan cari solusi bersama bukan saling menyudutkan pihak lain, ga akan ada habisnya.
I don't want to be that person. Tapi keputusan anda itu jelas dipengaruhi oleh mindset patriarki, walaupun anda tidak menyadarinya. Patriarki menekankan bahwa perempuan bukan pencari nafkah dan laki-laki harus selalu jadi pemimpin, Itulah mengapa anda yg mengambil 1 langkah mundur dan bukan suami anda. Coba suami diminta untuk resign dari pekerjaanya agar bisa availabel bagi istrinya yg punya pekerjaan lebih tinggi dari dia. Prosesnya gabakalan mulus, harga diri yg ditanamkan patriarki akan membuat mereka memberontak.
Sama kaya aku. Aku sama pacar (sekarang udah jadi suami sempet LDR lama). Kehidupanku udah lumayan enak sebenarnya, kerjaan oke, gaji oke, sendiri juga gak masalah bisa bebas traveling, kulineran, dll. Tapi begitu nikah, aku melepas semua itu demi ikut dia. Karena udah komitmen sama suami kalo udah nikah harus tinggal serumah dan saya gapapa. Yang jadi problem itu orang sekitar, bahkan sampe pada suudzon ke suami karena saya ga dibolehin kerja, dinilai kolot, suami saya dominant, dll. Aku juga pengen jadi orang yg available buat suami karena udah ngerasain LDR tuh gak enak. Ada kebahagiaan tersendiri menyambut dia pulang, sedia-in dia minum, dll. Suami saya gak nuntut diperlakukan begitu, bahkan dia bilang "Udah kamu diem aja. Biar aku yg masak." 😂 Orang selalu menyangka saya begini karena korban patriarki dan suudzon suami saya selalu minta dilayani, padahal kalo dua2nya sama2 hepi apa salahnya 😂 Kita juga di rumah ga ada yg ngerasa paling, semuanya saling aja.
@@ValadrienLeonhart kolaborasi lbh baik. Ibu rumah tangga jga kerjaan yg berat, dan akan dpt reward ktka sudah besar anak2 msh dekat dgn ortu dan peduli.lebel2 itu malah yg membuat anda judge org, dan mnjdi diri yg g openminded. Jika memang ingn bekerja ya tdak slah.
Betul bang. Insting bertahan hidup manusia tidak hanya bekerja mencari makan dan mengembangkan teknologi, tapi juga mencakup meneruskan keturunan sehingga dapat mencegah kepunahan. Ini insting dasar, bukan soal doktrin patriarki. Nanti insting dasar meneruskan keturunan ini punya banyak motivasi turunan, misalnya ingin mewariskan harta kepada anak-anaknya, atau ingin punya teman baik yang bisa diajak bertukar pikiran di saat dewasa, dan banyak hal lainnya yang menjadi motivasi turunan dari insting memiliki keturunan.
1. Karena menangis biasanya terjadi karena merasa sakit, dan merasa sakit dianggap tidak kuat (lemah). Ditambah gambaran media sering menggambarkan laki2 ideal sebagai pria yang berotot, yang serius, tahan banting. 2. Bisa jadi karena "ketidakpercayaan" kepada lembaga penegak hukum yang serba diperibet untuk menindak kasus. Aspek sosiologi, banyak masyarakat ga ngerti prosedur hukum yang tepat, kurang literasi hukum. Atau dari perspektif komedi, Karena masyarakat kita suka gotong royong :) 3. Standard kecantikan terbentuk karena apa yang sering terpapar ke mata kita. Otak kita cendrung menganggap biasa apa yang sering dilihatnya terus menerus, secara tidak langsung itu menciptakan standar di alam bawah sadar kita. Aspek ekonomi, karena standar kecantikan berdampak ke industri terbesar yaitu hiburan. dan tak lupa untuk mengucapkan imho 🙏
Nah permasalahan labeling ini sering bgt aku temuin tiap feminist ngedebat org2, ujungnya malah kebanyakan feminist ini yg ngebangun pola pikir aku bahwa selama ini yg mereka perjuangkan itu bukan kesetaraan gender melainkan women supremacy
Semua gerakan itu selalu ada yg radikal. Termasuk feminisme. Tp feminisme yg sebenarnya ya gk gitu. Jangan dipukul rata. Gk enak toh kalau islam disama ratain jd agama anti perempuan cuma karena perempuan gk bisa jadi imam? 😶
Contoh nyata nya udh ada dikorea,gerakan feminisme radikal korea (megalia) bnr2 udh melakukan sama spt yg km tulis di komen,bahkan di sana organisasi ini udh mcm sekte sesat yg dilarang ama pemerintah saking radikalnya
@@abitsourrrrsorry4885 perempuan bisa jadi imam kak, kata siapa ga boleh? imam bagi sesama perempuan, imam bagi anak-anak. adil itu tak berarti sama tapi sesuai tempat/sesuai takaran/sesuai kondisi
@@quinbeeart konteks yg saya maksud itu bukan "imam untuk sesama perempuan". Tp imam untuk umum. Ya jelas aja gk boleh toh? cuma teman2 saya yg ""progressive"" (biasanya orang luar) suka menggunakan hal itu untuk menunjukkan kalau agama (terutama yg abrahamic) itu tidak adil ke perempuannya. Balik lagi, karena mrk gk paham aja. Sama seperti orang2 yg bilang kalau feminisme itu supremasi perempuan (???). Kalau paham dengan feminisme sih ya gk bakal mikir gitu.
pada akhirnya kita menyadari bahwa perdebatan yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari pada dasarnya adalah karna 'ego pribadi'. entah secara sadar maupun tidak, manusia akan selalu bersikeras bagaimana agar suatu hal (bahkan kebenaran sekalipun) dapat ditegakkan tanpa melalui proses berfikir bagaimana agar awal hal tersebut dapat diterima terlebih dahulu tanpa adanya perdebatan.
Ego bisa ditundukkan kalo sudah memegang dan menemukan "kebenaran" yang sesungguhnya. Yaitu sudut pandang dari Tuhan yang menciptakan kita mengetahui lebih baik daripada diri kita sendiri.
kan manusia berpikir tentang keuntungan pribadi terlebih dahulu. jangankan berpendapat, di pengadilan saja bagaimana kita cari sumber pendukung yang bisa mengalahkan pihak lawan. banyak hal yang sebenernya saling tau, mana yang benar, mana yang salah, tapi manusia teramat pandai hingga bisa merumuskan apa yang diucapkan menjadi dapat dipercaya banyak orang bahwa itulah kebenaran.
Setuju banget gua kalau Gitasav ini kurang referensi, kalau dia mau harusnya coba belajar Sejarah, Budaya, Biologi dengan ragam referensinya. Gua personal tidak ada problem dengan ide Feminis, yang jadi masalah buat gua kalau ide ini berubah menjadi Feminazi yang mana sepengalaman gua penganutnya terlalu sering berasumsi bias dan selalu merasa atau berfikir "we/I got oppressed" or "we/I are/am a victim". Kita semua harus berhenti melihat dengan kaca mata kuda.
dia cuma ngikut2 feminis barat yg benci laki2 tapi dia ga nyadar banyak feminis barat yg argumennya terpatahkan, tak berdasar dan hanya mengandalkan emosi.
@@blackpunisher2200 atau cuma ikutan2 ideologi woke barat 🙃 kan kita suka latah nganggep budaya barat itu lebih baik... Untuk 30-50 tahun yang lalu mungkin iya, tapi sekarang budaya barat malah jadi backwards juga 😅
Sebetulnya pandangan childfree ini sudah ada sejak lama namun biasanya ranah nya private. Begitu di umumkan secara luas maka akan bertabrakan dengan nilai2 yang ada dalam masyarakat. Dalam ada ketimuran seorang ibu biasanya ditempatkan dalam posisi yang sangat mulia, dihormati dan akan di urus hingga hari tua, sehingga seorang anak akan sangat dinantikan dalam adat ketimuran. Berbeda jauh dengan adat kebaratan, yang menempatkan org tua sebagai objek yg sudah habis ketika masa tua. Oleh karena itu kehadiran seorang anak tidak lah terlalu signifikan
Menurutku emang person aja sih, di asia juga banyak orang tua yang di terlantar kan anak bahkan di Jepang dulu ada budaya buang orang tua di hutan karena di anggap beban, dan di barat juga mereka punya kehidupan masing masing keliatannya cuek tetapi juga masih peduli satu sama lain jadi gabisa buat di judge secara merata.
@@giornogiovanah5661 tentu tapi adat timur di sini mayoritas. Di sini di dataran timur Asia lah... Kan LBH banyak yang hirarkinya ortu itu LBH di hormati. Bahkan sampai ridho ortu ridho tuhan. Kan itu juga di pahami juga di China. Sampai ada pepatah. Menentang ortu sama saja melawan surga. Di sini konteksnya mayoritas. Bukan keseluruhan
Thanks for your very insightful video. Saya sih melihat Gitasav ini seperti orang yang baru melek Feminism 😅 Jadi apa2 diliat dr kacamata Feminism. Seperti jaman saya awal kuliah dulu, apa2 dilihat dr kacamata Sosialisme. But I was in my early 20 tho. Tapi setelah mempelajari dan melihat berbagai perspective, memecahkan masalah dg melihat berbagai perspektif, baru saya sadar betapa shallow-nya kita jika melihat hanya dari satu sisi saja. Balik lagi ke Gitasav, bisa jadi dia pny trauma masa kecil, pengalaman hidup yg membuatnya seperti sekarang, bisa jadi juga lingkungannya memang mendukung ideologinya, dan bisa jadi jg berdasarkan banyak kasus (mungkin pengalaman pribadi jg) dia merasa ditekan oleh masyarakat sbg perempuan harus pny anak dll. Ya, saya bisa mengerti sih. But sorry to say, penyampaiannya immature dan terlihat norak utk individu berusia 30. Tapi ya, usia orang menjadi dewasa dan bijak beda2 sih.
mamaku dari aku kecil selalu pelan2 ngasih tau perbedaan laki2 dan perempuan. baik dari segi biologis, sosial bahkan cara berpikir dasar satu sama lain. jadi aku bisa paham kalo laki2 itu punya peran yang beda dari perempuan. nggak ada yang menindas dan ditindas padahal, karena tetep aja saling butuh satu sama lain. orang2 sekarang banyak yang nggak mau nerima fakta kalo cewek dan cowok emang punya dasar cara berpikir yang beda. kalo dibilang cewek itu tertindas, sampe sekarang masih bingung di mananya. dibilang termarjinalkan juga nggak. mau dapet pendidikan tinggi sekarang udah bisa, nggak kayak dulu. mau punya jabatan tinggi juga bisa. kalo katanya tetep aja lebih banyak cowok daripada cewek yang jadi atasan... balik lagi, harus mau nerima kenyataan kalo cara "memimpin" cowok dan cewek itu beda. cewek bisa pake logika, tapi tetep bakal lebih banyak pake perasaan. cowok bisa pake perasaan, tapi tetep bakal lebih banyak pake logika.
Feminis2 palsu jaman skrg ga ngerti apa yg diperjuangin yg ada dipikiran mereka laki laki harus tunduk sama perempuan seperti anjing sama majikan nya bukan saling melengkapi layaknya suami istri yg serasi
Kalau di indonesia banyak patriaki dan banyak wanita yg masih ditindas,dr banyak kasus tingginya kdrt aja kelihatan kita gk boleh tutup mata juga banyak wanita blm benar2 aman atau bebas berpendapat
semua pemimpin juga pake perasaan kali. lah penggusuran aja masih dibikinin rusun. pria itu juga manusia, seyogyanya ya punya perasaan. rada horor si kalo manusia memimpin tanpa perasaan, berarti kayak Hitler dong.
@@sunnyandrea5892lah nabi aja udah bilang perbedaan pria dan wanita... Dan terbukti kok wanita berfikir pake perasaan dan laki laki berfikir dengan logika...ingat ya bukan sepenuhnya tp secara dominan jadi masih pake perasaan karna manusia sudah jelas kodratnya punya perasaan baik wanita dan pria
Formula Open Minded: “People take different roads seeking fulfillment and happiness. Just because they’re not on your road doesn’t mean they’ve gotten lost.” -Dalai Lama-
Punya keturunan itu adalah salah satu insting dasar manusia untuk bertahan hidup dan tidak punah. Namun karena perkembangan zaman, manusia modern mulai banyak pertimbangan dari sisi finansial, sosial, psikologis, dll. Pengalaman individu manusia tersebut yang akan mengubah instingnya untuk survive. Contohnya org yg sering melihat kdrt akan mempertimbangkan untuk tidak menikah, org yg banyak melihat susahnya mengasuh anak akan berpikir untuk childfree, org yg melihat punya anak sebagai investasi akan memutuskan nikah muda dan punya banyak anak, dsb. Semua pilihan itu kembali pada individu masing2 dan tidak seharusnya dipaksakan. Tidak ada yg salah dengan pilihan hidup seseorang. Yang salah jika pilihan itu tidak dipertanggungjawabkan. Yg salah adalah org yg mau pny anak tp tidak mau merawat anaknya, org yg mau nikah tp tdk mau berkomitmen atau berkompromi dgn pasangan, dll.
1. Menangis walaupun itu adalah reaksi alamiah, tetapi dalam beberapa kasus cenderung dianggap lemah untuk laki laki. Ini terjadi karena kebudayaan yang terbentuk selama ratusan-ribuan tahun lalu menuntut laki laki untuk menjadi pelindung serta makhluk yang kuat guna menyesuaikan kondisi dengan alam. Laki laki yang menangis cenderung dianggap tidak dapat mengelola emosinya sendiri dengan baik dan akan merugikan kelompoknya sendiri ketika berhadapan dengan bahaya yang menuntut mereka harus berfikir logis dan tidak boleh membawa tendensi emosi. (Sudut pandang sosio-evolusi). 2. Main hakim sendiri sejatinya adalah kegagalan dari berbagai macam aspek (masyarakat sampai pemerintahan). Masyarakat yang main hakim sendiri melakukannya karena mereka tidak percaya dengan sistem hukum yang berjalan di suatu negara, serta kegagalan proses berpikir yang membuat mereka tidak mampu berpikir jernih serta terbawa emosi. Sedangkan dari segi pemerintahan bersalah, karena mereka tidak dapat memberikan jaminan hukum yang ideal dan aman terhadap warganya. Hukum yang baik adalah yang dapat memberikan hukuman setimpal terhadap para pelaku kejahatan, dan ini sepertinya tidak tercermin dari hukum yang berlaku di kasus main hakim sendiri. 3. Standar kecantikan dari sudut pandang evolusi dapat dilihat sebagai naluri manusia untuk melanjutkan gen mereka dengan hasil yang terbaik. Manusia yang berfisik ideal (cantik/ganteng) mencerminkan aspek kesehatan yang baik. Ini membuat gen yang diteruskan dapat bertahan hidup lebih lama dan menghasilkan keturunan yang tangguh dengan ancaman alam.
Jelas ada element of truth lah dari kenapa laki-laki dituntut secara umum menjadi pelindung along with its trait. Sederhananya ini dapat dinilai dari pada masa kecil yang lebih sering nangis adalah perempuan, dimanapun, di saat anak kecil ga terlalu peduli pressure sosial. . Maka, jawabannya adalah karena pengaruh hormon. Sesimpel itu. Prolactin banyak ditemuin di perempuan, sedang testosteron di laki. Kamu punya gelas, ya kamu pake buat minum. Faktor sosial apapun itu kalo ga sejalan dengan faktor biologis, ya nihil. Sekali lagi ini general rule. Doesnt mean you cant cry.
Kalo cewe2 di indo mah gapeduli perang di ukraina atau rusia , yg penting bagi cewe duit, duit, duit,duit, buat senang2,jalan2, masa bodoh dgn perang2, mau kapal perang kek,pesawat kek, senjata nato lah, senjata rahasia amerika kek, bodo amat bagi cewek2, yg penting bagi cewe adalah duit buat beli make up,baju bagus,tas bagus , sekaligus buat biaya perawatan jembutnya.
Sebenarnya jika berangkat sebagai akademisi atau paling tidak menggunakan nilai-nilai akademis maka sebenarnya sudah terbantu untuk memiliki multi persepektif. Misalnya orang yang kuliah psikologi di situ juga belajar/diajarkan tentang sosiologi dan aspek biologis (psikologi faal salah satunya), maka minimal orang tersebut sudah memiliki 3 persepektif
Persis banget ngebahas kalimat2 gitasav di storynya sama temen. Dan memang dari dulu dia selalu ngebahas soal patriarki seolah punya trauma atas patriarki tersebut. Mungkin kalau soal child free ini bisa dijelaskan dengan mudah dari kacamata biologis, bisa juga dijelaskan dengan mudah dari kacamata agama, seperti yang dilakukan kebanyakan orang Indonesia. Mengenai kodrat perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Perempuan melahirkan dan laki-laki menafkahi. Dalam banyak kasus mungkin pada akhirnya terjadi ketidakadilan pada perempuan karena laki-laki bertindak terlalu jauh sebagai kepala rumah tangga. Tapi itu tidak berarti perempuan yang bahagia dengan melahirkan dan membesarkan anak adalah orang yang tunduk dan bersedia diinjak laki-laki seolah posisinya lebih rendah. Tampaknya gita memandang bahwa patriarki ini sangat mengekang karena pada akhirnya posisi perempuan selalu lebih rendah dari laki-laki karena kodratnya. Padahal nggak begitu jadinya kalau laki-laki sebagai kepala rumah tangga menjalankan perannya dengan baik dan melindungi perempuan yang mengemban tugas berat untuk melahirkan dan membesarkan anak. Anyway, good point soal perspektif dan contoh-contoh simple yang kita bisa ambil pelajaran 🙏
gw udah tau lama gitsav berpaham liberal tapi sekarang2 aja frontal. Berhijab belum berarti baik dalam beragama dan tentu saja Islam tidak sejalan dg liberal modern.
Exactly. Abso fuck*ng lutely. Seakan-akan orang yang mau menjadi perempuan tradisional, yang bahagia dengan rolenya sebagai ibu dari beberapa anak MERUPAKAN Korban patriarki.
emang patriarki itu sesuatu yang benar menurut kalian? kalo jadi ibu rumah tangga, mengurus rumah sendirian, menjamu suami sepenuh hati, mengurus anak penuh termasuk sesuatu yang membahagiakan, ya lanjutkan. manusia hidup kan emang ingin mengejar kebahagian versi mereka. dengan patriarki, kalian bisa menerima kebebasan, ya lanjutkan, bisa ke mall, ke pasar, ke manapun yang kalian mau tanpa banyak larangan. dengan patriarki, kalian bebas secara finansial, ya layak kalian lanjutkan si menurutku.
@@sunnyandrea5892 patriaki itu menempatkan laki-laki sebagai penguasa tunggal di dalam rumah tangga. Di Islam ga ada yg begituan, makanya orang barat sekarang lagi perang gender padahal di Islam udah jelas suami dan istri ada tugasnya. Dunia perlu Islam bukan feminis. Dalam Islam, peran seorang suami penting, karena dia bertanggung jawab untuk mengurus dan menafkahi keluarganya. Berikut adalah beberapa peran dan tanggung jawab utama seorang suami dalam Islam: 1. Penyedia: Adalah tanggung jawab suami untuk menafkahi istri dan anak-anaknya secara finansial. Dia harus memastikan bahwa keluarganya memiliki semua kebutuhan dasar hidup, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. 2. Pelindung: Seorang suami bertanggung jawab untuk melindungi keluarganya, baik secara fisik maupun emosional. Dia harus memastikan bahwa istri dan anak-anaknya aman dari bahaya dan kesejahteraan emosional mereka dijaga. 3. Pendamping: Seorang suami juga merupakan pendamping bagi istrinya. Dia harus menghabiskan waktu berkualitas bersamanya dan memberinya dukungan emosional saat dibutuhkan. 4. Pemimpin: Seorang suami dianggap sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab memimpin keluarganya ke arah yang benar. Dia harus membuat keputusan penting dengan berkonsultasi dengan istrinya dan meminta pendapatnya tentang hal-hal yang mempengaruhi keluarga. 5. Pendidik: Seorang suami juga bertanggung jawab untuk mendidik keluarganya tentang Islam dan membekali mereka dengan pengetahuan Islam. Dia harus memastikan bahwa keluarganya dibesarkan sesuai dengan prinsip dan nilai Islam. 6. Perawat: Seorang suami juga harus merawat istri dan anak-anaknya ketika mereka sakit atau membutuhkan perawatan. Dia harus bersedia membantu keluarganya dengan cara apa pun yang memungkinkan dan menjadi suami dan ayah yang penuh kasih dan perhatian. Secara keseluruhan, peran seorang suami dalam Islam merupakan salah satu tanggung jawab yang besar dan penting. Ia diharapkan menjadi pasangan yang peduli, penuh kasih, dan bertanggung jawab yang menafkahi dan melindungi keluarganya, sekaligus menjadi pemimpin, pendamping, dan pendidik yang baik. Dalam Islam, seorang istri memiliki berbagai peran dan tanggung jawab terhadap suaminya, keluarga, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa peran utama seorang istri dalam Islam: 1. Pendamping dan Pendukung: Istri adalah pendamping dan pendukung suaminya. Dia adalah pasangan hidupnya dan diharapkan memberikan dukungan emosional, moral, dan fisik kepada suaminya dalam semua aspek kehidupan. 2. Pemelihara Rumah: Istri bertanggung jawab memelihara rumah dan menciptakan lingkungan yang damai dan nyaman bagi keluarga. Dia diharapkan untuk mengelola pekerjaan rumah tangga, mengurus anak-anak, dan menyiapkan makanan untuk keluarga. 3. Pelindung Kehormatan Keluarga: Istri bertanggung jawab menjaga kehormatan dan nama baik keluarga. Dia diharapkan untuk menjaga kesopanan dan kesopanan dalam perilaku dan pakaiannya, dan untuk menghindari tindakan yang dapat membawa malu atau tidak menghormati keluarga. 4. Pendidik Anak: Istri memegang peranan penting dalam pendidikan dan pengasuhan anak. Dia bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai dan ajaran Islam di dalamnya, dan memberikan mereka pendidikan moral dan agama yang baik. 5. Penasehat: Istri adalah penasehat dan penasehat bagi suaminya. Dia diharapkan untuk memberikan nasihat yang bijak dan bijaksana kepada suaminya tentang berbagai hal, dan membantunya membuat keputusan penting dalam hidup. 6. Pelindung Hak Pasangan: Istri bertanggung jawab untuk melindungi hak suaminya serta haknya sendiri. Dia tidak boleh mengungkapkan rahasia suami dan menghormati martabat dan privasinya. Secara keseluruhan, seorang istri dalam Islam memiliki peran penting dalam kehidupan suaminya, keluarga, dan masyarakat. Dia diharapkan untuk memenuhi peran ini dengan cinta, kasih sayang, dan pengabdian.
Gw sebagai perempuan capek ya kami selalu dibawa2 dalam setiap protes oleh segelintir perempuan untuk isu yg merupakan urusan pribadi mereka. Daripada protes harusnya diskusi sama pasangan. Protes nggak menghasilkan solusi. Setiap perempuan itu beda2 tujuan, cara berpikir, dan seleranya. Kalo anda mau b atau a atau c silahkan nggak usah membela argumen dg bawa2 perempuan lain padahal intinya cuma mau membenarkan keputusan anda dalam kehidupan pribadi. Yg bikin runyam adalah ketika satu orang mencari dukungan untuk pendapat pribadinya, menjadikan orang banyak sebagai alasan untuk membenarkan opininya. Padahal nggak ada yg mempermasalahkan childfree, palingan tante2 sekitar rumah doang, itupun bisa dicuekin aja. Perkataan mereka nggak signifikan buat hidup kita. Nggak perlu merasa harus memulai gerakan abcd untuk membenarkan situasi kamu. Jalani ajalah hidup tanpa harus membuktikan, memjustifikasi, dan semacamnya.
Sama sis... Aku jg capek dg gerakan perempuan abcd. Terserah dan senyaman tiap individu masing2 dong. Kalo ada yg childfree yasudah, itu keputusannya dg pasangannya. Ada yg pengen pny anak banyak ya monggo. Ada yg milih jd wanita karir, irt, terserah masing2. Jgn saling merendahkan. Capeeek bgt sih
Sebelum menikah saya hanya ingin punya anak satu karena takut repot dan kebebasan akan terganggu. Tetapi setelah punya anak satu dan mengasuh sendiri, ada kebahagian tersendiri. Akhirnya ketika umur 39 tahun saya telah melahirkan empat orang anak. Dan saya merasakan kebahagian yang tidak pernah saya bayangkan ketika saya masih gadis.
26:08 Bagaimana dan mengapa standard kecantikan terbentuk atau di bentuk? Perspektif 1 Bahwa manusia itu mengasosiasikan kecantikan dengan citra positif. Seperti anggun, mempesona, menawan, pintar, dll. masyarakat standar cantik itu membedakan muka yg biasa biasa dengan muka cantik. Perspektif 2 Karena film atau tokoh masyarakat itu rata rata cantik. Tokoh Film menunjukkan bahwa yg layak untuk jadi karakter di film yaitu "orang orang cantik" sehingga pada saat kita menonton, bisa jadi kita merasa iri atau berbeda dengan wajah kita yg biasa biasa. Perspektif 3 Karena orang cantik lebih enak aja dilihat atau dipandang. Kita bisa lebih betah melihat orang cantik (biasanya senyum senyum sendiri wkwk) daripada tampang orang biasa saja. Oh iya, disini aku berpandangan bahwa manusia itu ada yg jelek, biasa saja, dan cantik/ganteng ya. Jadi aku tidak setuju bahwa manusia itu semuanya ganteng/cantik. Kalo semua ganteng/cantik, untuk apa ada skincare wkwkw
1. Kembali ke konsep patriarki tadi, laki laki dilarang menangis karena dianggap lemah, rapuh, dan rentan, laki laki dituntut harus lebih kuat dan tegar dalam menghadapi sitkon apapun, laki laki kl menangis dia akan disudutkan oleh lingkungan tempat tinggalnya 2. Main hakim sendiri dilakukan masyarakat karena sudah drop dan rendahnya kepercayaan akan sistem dan implementasi hukum di negeri ini, apalagi dengan maraknya suap yg bisa sangat meringankan tersangka dan ditambah remisi juga, belum lagi kasus yg sudah dilaporkan, dibuat berita acaranya namun hanya sampai di situ saja, tidak diproses lebih lanjut, dan juga memberikan contoh secara langsung dan nyata kepada masyarakat sekitar ataupun yg melihat aksi tersebut, bahwa jika kalian melakukan hal yg sama, maka hal itupun akan terjadi, sebagain peringatan keras tanpa kompromi 3.Standar kecantikan jelas terbentuk, banyak budaya yg punya standarisasi kecantikannya sendiri, bisa dilihat di budaya di negara macam Thailand dan negara-negara di Afrika yg standarisasi nya jelas berbeda dengan yg ada di Amerika dan Eropa, sifatnya lebih subjektif
Feminisme sering bias dengan pemikiran nya sendiri karena basis feminisme lebih condong pada sikap emosional yang jauh dari sikap rasional. Selama mereka tidak lintas batas dalam berbagai pandangan mereka justru terjebak hanya dalam satu perspektif. Dan apa yang dijelaskan bang Hasan sudah cukup membuka pikiran terutama pikiran feminisme.
Feminis feminis tai kucing ini pada akhirnya cuma pengen cari validasi doang bro bahwa cewe lebih superior dari cowo itu doang, padahal jaman makin modern cowo dan cewe pun setara kok haknya ya kan, malah kaum mereka ini yg takutan
feminis sering kali merasa dirinya udah rasional. tapi balik lagi faktor biologis yang gak bisa dihindari bahwa cara berpikir perempuan memang akan selalu didominasi perasaannya
Melihat fenomena isu "childfree", ijinkan saya menuliskan pandangan saya. Saya sudah merasakan sendiri seperti apa merawat dan membesarkan anak. Jadi menurut pemikiran saya, menikah dan punya anak adalah keputusan besar. Jika hanya menikah saja, kehidupan belum begitu berubah. Tapi ketika punya anak, kehidupan sudah berubah. Dunia udah gak sama lagi. Membesarkan anak itu butuh kesiapan mental dan finansial. Sekali lagi, KESIAPAN MENTAL DAN FINANSIAL. Itulah kenapa BABY BLUES itu nyata. Dan anak tidak minta dilahirkan. Kalau anak lahir, anak berhak untuk bahagia. Kalau mau hidup susah, ya susah aja sendiri jangan bawa-bawa anak. Anak tidak tahu apa-apa. Jadi buatku, childfree itu keputusan bijak, jika sekiranya tidak siap punya anak. Menikah dan punya anak adalah dua hal besar yang masing-masing perlu persiapan. Itu bukan mainan untuk anak kecil yang belum dewasa. Dari pemikiran itu saya juga seringkali melihat perbedaan pandangan mengenai pemahaman agama, termasuk urusan pernikahan yang diyakini juga dalam rangka ibadah. Saya beberapa kali mendengar orang mengucapkan "menikah dengan niat ibadah", tapi pada perjalanannya ketika ketidaksiapannya menjadikan anak dan istri terlantar menjadikan saya kembali bertanya "letak ibadahnya dimana? " Makin kesini saya makin meyakini bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai agama harus disertai dengan kemampuan penalaran yang bagus karena beresiko salah arah jika kemampuan penalaran tidak seimbang dengan beratnya nilai materi keagamaan yang sedang dipelajari. Contoh, pelajaran tentang "adab dan tata cara berwudhu" yang berfokus pada konsep kebersihan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami dengan level penalaran yang sederhana jika dibandingkan dengan konsep dan materi tentang "ilmu ikhlas" yang penalaran dan pemahamannya lebih berat karena sudah masuk ranah filsafat. Jika berbicara "menikah adalah ibadah", bagi saya itu baru sebatas judul dan konsep yang dalam penjabarannya masih akan butuh ratusan dan bahkan mungkin ribuan jam untuk membahasnya secara detail karena terkait dengan hidup mati dan nasib manusia. Dan akhirnya saya sekarang berkesimpulan, untuk diri saya pribadi, "Jika ego dan kebodohankuku dalam memahami agama membuatku menyakiti hati orang lain, maka lebih baik aku tidak beragama. Jika aku memutuskan memeluk agama, maka aku juga harus memperhatikan sesama."
@@alfatahyasin7383 Lain kali tulisannya ngga usah terlalu panjang, Bang. Tau sendiri lah minimnya literasi dan kualitas SDM Wakanda dalam memahami suatu tulisan. 😅😂
Aku belum nonton video ka Cania yang bahas soal ini juga, tetapi dari video mas Hasan sudah ngasih gambaran bahwa "memandang pendapat/klaim seseorang tidak selalu menggunakan satu kacamata." Ini membuat aku lebih selektif lagi dalam beropini atau membantah opini seseorang. Thanks banget ka Hasan. Next minta tolong buat video cara beropini dengan bijak dan cerdas dong ka Hasan.. terima kasih 🙏
At the end of the day, I think, what we believe has to do with our personal interpertation of our personal life experience... It is really really hard to be objective. I think everything is pretty much subjective. Thus, what we can do is respecting other's perspective... My sister and her husband desperately wanting to have a child and been trying since 10 years ago. To be honest, it is mentally and financially exhausting. Even so, no one in our family tell them to give up. My friend in college was raped and had abortion. She married another person and decided not to have a child. No one in her family, nor her husband, push her to have children. As a friend, I also never question her decision or try to change her mind. I am not my sister. I am not my friend. I can never walk in their shoes. What I can do is just being respectful, and wish the best for them.
setujuuu... yg jadi masalah dikasusnya mba gitasav adalah mba gita dan netizen sama2 gampang ke trigger dan ga sensitive/ga punya empati dengan komen2 yg dibuat masing2. makanya heboh begini. jadi lingkaran setan aja. tapi saya juga ttp setuju sm video ini, kalau mau lihat masalah yang paling bener ya lihat dr segala sisi. kalau cuma dr satu sisi jadi gampang berprasangka buruk. ga perihal kasus ini aja, ya semua hal. mulai dari polarisasi politik sampai mungkin perihal saudara pergi haji tp kok saya sendiri ga dikasih oleh2.
Point we got to remember is : You will congregate will the likes of you. I mean if your friend decided to childfree, that means your buddy "contaminated" With other people who make her take that decision...
Tiap manusia harus melihat dari berbagai sudut pandang. Agar tau rasa tenggang rasa. Tapi kita juga harus bertanggung jawab atas tindakan dan ucapan yang kita keluarkan. Dan semua yang kita bingungkan antara baik dan benar hanya bisa kembali ke Allah dan berpegang pada Al-quran sebagai pedoman kita.
Bener, mungkin kita sendiri pun ga sadar krn mgnkn isi kepala kita msh didominasi dng perspektif negatif/sempit.. yok krn kita sudah sadar akan pentingnya persepsi yg baik dng cara pandang yg luas dan positif thdp sesuatu, maka insyaallah akan lebih mudah open minded dng positif dan ekologis
gw rasa si gita itu uda sangat menikmati perannya sebagai villain/antagonis disini.... jd gini nih, ibarat lu punya temen pergaulan yg dimusuhin trus disebut pelakor... nah dia nih daripada berpura2, ngelawan ato gmana, dia lebi milih menikmati perannya, lebih memilih membakar smuanya, dibanding menjelaskan/pembelaan tentang diri dia
Sepertinya iya, jadi seru sendiri dia, gw lagi bayangin dia ngetawain orang2 yg diserang pakai komentar kasar, gw pernah tipis2 di posisi itu, tapi gak lama, krn gw sadar orang level apa yg gw serang, gak worth it
1. laki-laki dilarang nangis, dari perspektif psikologi evolusi: karena di zaman perburuan, di saat laki-laki melawan mamoth lalu dia nangis ya mati, dan keluarga yg nunggu hasil buruan jadi pusing.
Jika kita kembali ke zaman perang seperti dulu, mungkin kebenaran akan semakin jelas terlihat, perdebatan antara feminis dan lawan-lawannya akan... (entahlah).
Saya hidup lama diluar negeri Amerika, Eropah, dan Jepang. Sewaktu saya masih muda, saya ingin sekali punya istri orang Indonesia. Dua kali saya trying to date Indonesian sewaktu di Eropah, tapi sewaktu sewaktu first date, mereka memilih restoran yang paling mahal, kemudian akhirnya saya pacaran dengan orang Jepang, first date saya di Burger King, what a difference. Sifat wanita Indonesia di luar negeri terlalu matre, nobody will try to date with Indonesian women. I am not upset, but sifat matre masih mendarah daging di kebudayaan kita. Sekarang wanita2 bule Amerika dan Eropah telah dipengaruhi oleh feminisme, dan menambah kesukaran pada cowok2 untuk dapat istri yang tradisionel. Thanks for your video, GBU.
Apapun pilihan perempuan dalam hidupnya, baik menjadi ibu atau tidak harusnya dibarengi dengan keputusan disusul kesiapan yang selaras dgn apa yg sudah menjadi keputusan. Kita masing2 punya panggilan dalam hidup ini. Tergantung apa tujuan kita. Ga jadi ibu ga masalah, kalau memang bukan pilihan hidup. Menjadi ibu ga masalah, jangan lupa dengan persiapan dan tanggung jawab yg matang. Kalau mau jadi gadis seumur hidup pun itu juga sebuah pilihan bijak. Yg terpenting adalah hidup kita otoritas kita pribadi. Jangan biarkan orang lain menyetir hidup kita, karna bahagia itu diri kita sendiri yg rasakan, bahagia harus karena diri sendiri bukan karena orang lain.
mau ngejawab persoalan pertama :) karena dikebanyakan struktur sosial, laki² itu didoktrin untuk harus mempunyai jiwa maskulin, oleh sebab itu laki² dipaksa untuk tidak boleh menangis, curhat, dan hal² sebagainya yang bisa menunjukkan kelemahannya *dalam sisi psikis", berbeda dengan wanita yang didoktrin untuk menjadi feminim dikebanyakan struktur sosial
@@teguh71336 bagi gua itu bukan doktrin tapi lebih ke biological behavior kalo lelaki punya sifat maskulin bukan karna doktrin karna sejak dulu laki2 sudah maskulin dengan sendirinya sebaliknya perempuan menjadi feminis karna laki2 tidak bisa menyusui dan perempuan bisa secara langsung itu yang membuat perempuan bersifat penyayang dan keibuan bukan karna doktrin, hewan pun ga di doktrin tpi lebih ke biological behavior kita bisa ambil contoh dari hewan karna hewan gapunya akal dan pikiranya ga bisa di hasut beda dengan manusia yang bisa di doktrin atau di hasut seperti pria berpenampilan wanita atau berkelakuan seperti wanita dari jaman purba juga laki2 udah strong
Mertua gw kaget pas pertama nonton drama Korea pemeran cowoknya nangis krn cinta, krn beliau selama ini nonton drama China blm pernah nemu laki2 nangis krn cinta 😂😂😂
aku suka banget sama pendapat evolutionary psychology!!! jarang dibahas padahal itu menurut aku paling fundamental sih hahaa soalnya it's in our blood dan itu bikin semuanya lebih rasional
Intinya apapun pilihan Gita Savitri Devi dan ideologisnya kita tidak berhak untuk memaksa dia, tapi jika kita memiliki pendapat yang berbeda dengan dia kita harus menyampaikan dengan baik beserta Alasan2 yang valid dan kuat kita jangan sampai terjebak dalam Dunning-Kruger Effect
Intinya apa yg udah dimuntahin di internet sekalinya viral, ada dampak dan resikonya, kalo udah terlanjur ga perlu dipersalahkan si A atau si B, fokus benerin diri sendiri aja udah... Berguru kehidupan jangan dari content creator, dari kitab suci agama masing2 dan nabi2 , belajar agama buat nuntun jalan hidup masing2 dan membawa positif vibes buat orang Lain, bukan buat memaksakan kebenaran versi kita di orang lain
Kereeen pembahasannya 😍 Banyak sudut pandang dalam melihat sesuatu, dan terkadang kita cenderung fokus ke salah satu sudut pandang saja (mungkin karena kita sering terpapar dengan sudut pandang tsb atau kurang melihat gambaran besar masalahnya). Sesimple cranky karena lapar. Ada pengalaman seorang anak laki-laki kelas 1 SD yang mudah emosi dan mood swing di kelas, guru mungkin akan cenderung melihat dari sisi parenting, "Mungkin ada masalah di rumah", "Orang tuanya mungkin salah asuh" atau hal lainnya, padahal bisa jadi dia seperti itu karena lapar 😁. Selesai makan, selesai masalah. Wah, terima kasih Pak Hasan.
Klo saya paling relate di pertanyaan pertama. Kenapa laki² gk boleh menangis. Mungkin biar keliatan maskulinnya, kejantanannya, emosional yg tinggi, dll. Kalaupun laki² itu menangis, pastinya dianggap lemah oleh masyarakat. Contoh kasusnya saya sendiri. Saya emang kadang suka nangis. Kalaupun saya berada di lingkungan seperti kampus, organisasi, atau dimanapun, itupun saya sebisa mungkin menahannya agar tidak loss nangisnya (biar pada gk tau klo saya nangis) Meskipun itu terasa baper, terharu, terbawa suasana, maupun hati tersentuh sampek keluar air mata. Sekuat²nya, se gentle²nya, setangguh²nya, se maskulinnya cowok, bakalan nangis juga. Toh itu sifat alamiah manusia juga. Sama halnya seperti sekelompok tawanan gangster, klitih (sebutan negatif warga Jogja), dan sejenisnya. Di jalanan mereka pemberani, sok jagoan. Tapi pas diinterogasi/dibentak² sama polisi, langsung keok, nangis histeris menjerit².
Aku jujur sempat berpikir tidak mau punya anak dan menikah, why? Inilah pilihan ku. Awalnya aku berfikir seperti itu. Tapi makin kesini makin ketemu banyak orang dan ngelihat bagaimana itu menikah, bagaimana bahagianya seorang ibu tersenyum dipagi hari saat menggendong anaknya. Fikiran aku mulai sedikit berubah, aku sadar ada yang beda dengan diriku dan perempuan lainnya. Yaa trauma masa kecilku yang naasnya belum bisa aku sembuhkan. Aku dibesarkan dengan orang tua tunggal yaitu ibu aku, yang pahitnya terus mengalami kegagalan pernikahan (ibu aku nggak pernah cerita masalah ini tapi orang disekitar kami yang ngasih tau aku) disitu rasa ketidakpercayaan aku atas lelaki muncul dari SMP aku udah nggak respect tentang pernikahan, anak kecil yang beranjak remaja sudah bisa berfikir seperti itu, dan selalu ingat tentang masa kecil ku yang hidup selalu iri dengan anak anak lain "ngerasain di jemput ayah, dipeluk ayah, atau bahkan dimarahin ayah" adalah hal yang ingin aku lakukan. Btw mamahku nikah lagi, tapi ya pernikahan mereka atas permintaan keluarga. Mereka ngejalanin nya sekedar tanggung jawab atas pernikahan dan kami, tanpa adanya cinta. Apakah aku yang sudah memiliki ayah bisa ngerasain itu seperti anak lain? Tidak, selain di marahin aku selalu dituntut untuk ngelakuin pekerjaan bersih bersih, tanpa perdulikan masa main main ku. Setiap mau bermain sama teman ayahku selalu marah dan bilang "Malas banget sihh, main aja udah sana bersih bersih". Main nggak sampai 30 menit udah dijemput dan dimarahin. Hal ini yang buat aku berfikir "daripada aku nikah terus punya anak, tau nya suami aku nggak bisa bahagiakan kami mending nggak usah". Dulu berfikir mau nikah tapi nggak mau punya anak, tapi nggak mungkin ada cowok yang mau dengan komitmen ku seperti itu, ada mungkin tapi sulit carinya wkwk. Yaudah berfikiran untuk tidak menikah karena hal ini lah alasan aku nggak pernah mau perdulikan yang namanya penampilan, bahkan sampai obesitas hehehe, rasa ketidakpercayaan percayaan diri aku bukan karena penampilan tapi takut untuk menjalin hubungan. Sekarang aku kuliah, aku paham ada yang salah sama aku, dan yaahhh aku diem diem tanpa sepengetahuan keluarga aku, memilih untuk konseling ke psikiater. Berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri. Untuk ayah kandungku, aku nggak tau apa yang kamu fikirkan saat tinggalin aku dan mamah ku disaat aku umur 10 bulan, tapi ayah apa pernah ayah tau kalau anakmu ini terluka parah? Ayah adalah patah hati terhebatku sebagai perempuan bahkan disaat aku belum paham dan bisa ngerasain apa itu Cinta Yah.
Masya Allah kakak hebat bisa melalui semuanya sampai sekarang. Semoga jalan kakak untuk berdamai dengan diri sendiri dilancarkan dan berakhir happy ending dengan seorang "prince" yang sangat sayang dan memahami Kakak. Semangat selalu ya kak🥰❤️
Memahami banyak hal itu menurut saya sangat menyenangkan. Dan sangat bagus untuk memperkaya prespektif, melatih objektifitas dalam mencerna sesuatu serta membuat kita less judging. Dan output action nya adalah wisdom. Dan...mengerti, memahami & mendukung itu 3 hal yg berbeda.
1. laki-laki dipandang sebagai manusia pelindung atau manusia yang kuat, sedangkan menangis dianggap menunjukkan sisi seorang manusia dimana mereka 'lemah'. jadi kebanyakan struktur sosial menganggap laki-laki tidak boleh menangis karena kuat dan lemah tidak bisa dijalankan secara bersamaan.
kenapa di Indonesia tingkat hakim sendiri masyarakat pada pelaku kriminalitas tinggi? -bisa jadi karena hukum yang lemah/ polisi tidak sigap/turun tangan -bisa jadi karena tingkat kepercayaan terhadap hukum yang rendah -bisa jadi karena merasa hukuman dari hukum terlalu ringan untuk kasus kejahatan tertentu -mungkin karena orangnya bar-bar -bisa jadi karena amarah/kepedulian terhadap orang yang dikenal -bisa jadi ada orang psikopat(yang suka melakukan kekerasan atau yang senang melihat orang disiksa), yang ikut mengambil kesempatan dalam hal tersebut. -bisa jadi karena pelampiasan -bisa jadi karena kebiasaan/sudah membudaya(kaarena di jaman dahulu sebelum hukum mampu mengatasi permasalahan sosial mereka harus dan sudah begitu)
3. Standar kecantikan terbentuk dari kurangnya kesadaran masyarakat akan value utama seorang manusia. Kurangnya penghargaan atas akal dan akhlak menyebabkan manusia diperlakukan menurut tingkat keindahan fisiknya. Orang yang cantik/ganteng mendapatkan perlakuan dan opportunity yang lebih baik sehingga terbentuk persepsi bahwa keindahan fisik merupakan faktor penting kesuksesan. Persepsi tersebut berkembang dan menjadi mindset yang menuntun manusia untuk memiliki standar kecantikan dengan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitarnya. Contoh tersebut merujuk pada selera dan ciri khas masing-masing daerah/negara yang bisa saja berbeda antara satu dengan lainnya. Maka muncul lah standar kecantikan yang menuntut manusia untuk memenuhinya agar bisa mendapatkan opportunity terbaik di masyarakat.
Izin menjawab Pak Dosen🙏🏻 Standard kecantikan itu terbentuk dari persepsi menarik atau tidak menarik, yang terikat hukum evolusi. Berawal dari sebuah mekanisme biologis (mutasi/kombinasi), kemudian setelah melewati seleksi dari lingkungan, muncul selection pressure dari lingkungan yang membuat (orang yang dianggap tidak menarik) akan tereliminasi dan menyisakan (orang yang dianggap menarik) kemudian, organisme seksual akan kawin dan menurunkan gen-gennya. disinilah terjadi seleksi seksual. organisme yang tidak dikawini akan terseleksi dan tidak menurunkan gen-gennya. Dalam berkawin, setiap individu memiliki hak untuk memilih pasangan sesuai seleranya, dan seleranya akan dihadapkan pada seleksi alam. Laki-laki menyeleksi perempuan untuk dikawini, sedangkan perempuan menyeleksi perempuan lainnya untuk dieliminasi. Dari sini, tentu membuat standar kecantikan berbeda menurut pandangan perempuan dan laki-laki. Kalo di Indonesia, kulit putih itu dianggap lebih cantik, karena kita di negara tropis yang kulit orangnya cenderung sawo matang, jadi memiliki kulit putih itu agak jarang dan mungkin akan dianggap (berbeda) seperti ras kulit putih yang ada di negara beriklim dingin😂 (mungkin karena itu, banyak cewe-cewe yang bela-belain beli krim yang mengandung merkuri cuma demi putih🥲) Terus, kalo sekarang itu lagi trend masalah Body Positivity (kebalikan dari beauty standards, cenderung menentang) menurut gerakan sosial ini "gapapa badan gendut, tetep cantik" (padahal udah bisa disebut obesitas😭) "gapapa badan kurus, yang penting bahagia", "gapapa jerawatan, self love"😭 saya jadi curiga Body positivity ujung2nya hanyalah justifikasi obesitas yg disponsori fast food companies🙏🏻🙃 atau bisa juga jadi bahan untuk marketing brand-brand skincare/makeup hehehe kalo menurut Pak Hasan, gimana Pak?😅
This is a very well written thoughts. Klo aku boleh nambahin, coba latih lagi untuk melihat dari lebih banyak perspektif, contohnya pada beauty standard di indonesia misal kulit putih diidentikkan dengan good-looking, kita bisa melihat dari sudut pandang sejarah juga, dimana sbg negara yg pernah mengalami kolonialisme, generasi2 di atas kita terbiasa melihat orang Belanda sebagai “bangsawan” dan berbagai label status tinggi lainnya untuk orang-orang caucasian (org kulit putih), sehingga itu jg memengaruhi masyarakat kita untuk meletakkan mereka sebagai pribadi / ras yg lebih unggul, dan itu diturun-menurunkan generasi ke generasi. Di sisi lain, dari sudut pandang kelas sosial, orang dari status sosial atas tidak banyak menghabiskan waktu bekerja dibawah terik matahari seperti masyarakat kelas pekerja / buruh, sehingga, kulit yg lebih terang (krn tidak terlalu sering terekspos matahari) dianggap sebagai kaum elit, dan kekayaan mereka yg membuat kita mengasosiasikan kulit putih dengan beauty.
@@hasanaskari7 Thank you Pak Dosen for the compliment, but I don't deserve it🙏🏻 Berarti selain dari sudut pandang evolusi, kita juga bisa melihat beauty standards dari perspektif histori ya, Pak. Saya jadi berpikir, sepertinya penjajahan Belanda juga ada kaitannya dg model pakaian dan gaya rambut Eropa yang diadopsi oleh orang indonesia pada zamannya, terutama oleh wanita kelas atas yang ingin menunjukkan status sosial mereka. Betul kata Pak Dosen, sepertinya saya harus terus belajar untuk melihat isu ini (dan isu-isu lain) dari lebih banyak perspektif lagi. Thank you buat responnya, Pak Dosen🙏🏻 Keep up the great work and continue creating amazing content like this. Your content is definitely worth millions of viewers✨✨💯
Body positivity sering disalahartikan sebagai menerima diri apa adanya tanpa ada usaha berubah ke arah yg lebih baik. Menurutku, body positivity itu artinya kita harus tetap percaya diri walaupun secara penampilan kita tidak menarik, meskipun begitu kita tetap harus berusaha untuk jadi lebih baik karena berubah itu butuh proses, misalnya orang obesitas, masa dia harus mengurung diri sampai dia langsing? Yang mana kita tahu bahwa proses dari gemuk menjadi langsing itu butuh waktu berbulan2 bahkan bertahun2.
Saya setuju bngt ttg kita harus membuka hati dan pikiran kita untuk memahami ttg banyak hal dari berbagai perspektif, krn ilmu ini sangattt dibutuhkan dalam berkeluarga, hubngan dgn pasangan, parenting, ke orang tua dan berteman, alangkah lebih mudahnya dan gampang mendapatkan kebahagiaan jika kita paham ini semua.. dan saya menikmati hidup dengan cara memandang semua masalah dan kenyataan hidup dari bbrpa sudut yg saya anggap cocok,mudah, halal, sesuai tuntunan agama saya, dan bersepakat dengan pasangan bahwa kita mau melakukan upaya2 melihat semua dari berbagai macam perspektif yg tepat, kami bahagia dan nyaman,❤
Memang benar dalam hidup ini ada faktor nature dan nurture ..ada faktor alami (seperti gen, bahkan perempuan punya rahim dan laki2 dg testis untuk memproduksi sperma, hormon2 yg berbeda, dll faktor internalnya) dan faktor bentukan/lingkungan seperti sistem/peraturan hidup, budaya, nilai2 (value dan mindset)dan tidak ada salahnya dengan faktor2 itu, bahkan untuk faktor nurture (bentukan/binaan) untuk membentuk peran dan fungsi, bahkan bagi orang2 yang beriman, misal bagi seorang Muslim bahkan peran-peran itu telah diatur oleh Tuhan, Allah Ta'ala untuk ciptaanNya, sebagai penyempurnaan penugasannya didunia ini sebagai hamba, memang Dia memberikan beda peran dan tugasnya bagi perempuan, perempuan juga sebagai Khalifah di muka bumi, tapi dalam konteks sebagai perempuan peran dan fungsi Khalifah (pengelola dan pengatur) bumi yang disematkan/ditugaskan kepadanya salah satunya adalah melanjutkan kehidupan manusia di muka bumi, dengan melahirkan dan mengasuh, dan Allah Ta'ala menetapkan pahala mujahid fii Sabilillah atas peran tersebut. Tapi memang Allah Ta'ala gak maksa kita mengambil peran itu, bagi yang mau memilih saja. Atau bahkan orang yg gak kenal Dia tapi menjalankan punya anak dan berketurunan karena fitrahnya (sunnatullah) atau bahkan kebetulan dan tanpa persiapan. Dan ada yg pengen banget punya anak tapi juga gak dikasih, sebagai ujianNya. Intinya semua yang kita tampaknya dan respon adalah tergantung value yang kita punyai di mindset/otak kita. Sekarang ada orang yang seperti GitaSav, yang merupakan agen2, dia agen pemikiran feminist-liberal. Kasihan, semoga dia menyadarinya kalau dia masih seorang muslim, ngapain ambil way of life orang barat penjajah. Pasti nanti akan ada dampak dan akibat yang merusak karena melanggar sunnatullah. Pemikiran dan nilai2 islam saja sudah sempurna dan menyeluruh serta keren dan berperadaban. Cukup.
hasan, izin share sebuah cerita kenyataan. Ibuku umur 74 tahun uban nya masih bs dihitung jari, tidak pernah cat rambut apalagi warna hitam, giginya masih 80% ada. Masih bisa traveling ke luar kota naik mobil travel. Dulu ngedosen sampe umur 70 tahun. Kalau mau dibilang awet muda, beliau sangat awet muda, anaknya 4 termasuk saya 😊 Jadi child free = awet muda, kayaknya tidak sesimple itu ya ❤ salam sehat.
childfree bikin awet muda, aku percaya ko. lah banyak banget orang di sekitarku yang ga melahirkan anak, sekalipun menikah. mereka lebih awet muda ketimbang orang-orang seumuran mereka yang telah melahirkan beberapa anak. dengan taraf ekonomi yang ga jauh berbeda, mereka yang childfree lebih bisa save money, ga se-stress orang-orang yang memiliki anak. tapi aku lihatnya si, orang yang childfree ga pernah kehilangan unsur di dalam tubuhnya karena menyusui anak. aku juga lihat, orang yang memiliki beberapa anak, tapi ga menyusui anaknya, makan-makanan yang berserat dan bervitamin, juga awet muda. beliau tidak begitu merawat anak-anaknya, semua diserahkan ke pengasuh dari mereka bayi sampai beranjak dewasa. kalo ditarik kesimpulan si, emang stress si yang bikin engga awet muda. berarti mama anda emang dari ekonomi yang bagus, ga terlalu sulit masalah keuangan, kasih perhatian lebih ke kesehatan pribadi, jadi deh awet muda. balik lagi, mau sehat, mau cantik, mau awet muda, ya olahraga dan punya duit cukup sampe tua.
"Perempuan adalah wadah spiritual. Tempat Tuhan menyematkan asma Nya pada sebuah organ dalam tubuh manusia. Rahim. Nuansa perempuan seolah kental dengan pengorbanan, karib dengan darah. Langkah panjang nya seolah harus terhenti sesaat untuk mengurus fisiknya, apa apa yang keluar dari fisiknya dan tumbuh dalam dirinya. Perempuan sumber kehidupan dari air susu yang mengalir dan rahim yang kokoh. Kelembutan seorang perempuan harus terjaga. Maka berkali kali ia akan dijegal, diingatkan untuk berhenti, ditarik sejenak untuk meneropong ke dalam dirinya. Diberi jeda agar ia tidak terjebak dalam rutinitas yang keras dan kaku, semata demi menjaga kelembutan nya. Demi fungsinya dalam menjaga dan merawat kelanjutan generasi manusia." Dian Noviyanthi
12:07 - 13:10 People need to understand why we shouldn't blame anyone for the sake of our own perspectives and expectations. Both Dr. Ryu and Gita have their own expertise and perspectives, there is no problem if you are not agree with their thought, but if because of that you put your anger and hatred on them, thinking you have the right to spread insult and offend, aren't YOU the problem?
Abis nonton konten kak cania, bahas child free(khusus nya komentar gistav dan anti anging) dari pandangan Domain selera dan doamain fakta.lalu liat konten bang Hasan, aku komen dulu sebelum nonton, kira kira gimana ya isinya di video ini hehehe, oke lanjut nonton
Intinya kerendahan hati atau pemakluman atas segala hal yg terjadi memang perlu dilakukan. Krn semua hal yg terjadi disekitar kita selalu ada sebab akibatnya. Dan semuanya tdk bisa dilihat dr satu sisi Istilahnya berempati untuk semua org. Posisikan diri kita di posisinya. Jd bisa lebih berempati hingga bisa memaklumi
Pembahasan yang menarik dan banyak kebenaran di dalamnya. Penting sekali menilai sebuah fenomena dari berbagai perspektif. Tapi ada satu poin yang mengganjal. Saya rasa kurang tepat untuk menyimpulkan bahwa feminisme mempromosikan childfree. Yang diperjuangkan feminisme adalah hak setiap perempuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, terlepas dari norma atau ekspektasi masyarakat yang dipaksakan kepada dirinya.
Itulah kenapa kita dianjurkan untuk "berbaik sangka". Sebab ada begitu banyak perspektif, tidak ada yang salah antara aku dan kamu, yang ada hanya kamu benar dengan dan dalam perspektifmu, aku benar dengan dan dalam perspektifku, nah tugas kita selanjutnya adalah berbagi perspektif tsb.
Disclaimer: Saya masih murid SMA jadi pemikiran saya ada kemungkinan besar salah 1. Karena secara biologis, Laki-laki memiliki banyak hormon testosteron yang membuat mereka sangat agresif dan kompetitif. Hal itu membuat mereka berpikir bahwa mereka harus selalu terlihat kuat dan berani. Dan secara budaya, Laki-laki dianggap sebagai pelindung keluarga, pada zaman dahulu mereka dituntut untuk berperang, oleh karena itu mereka dianggap tidak boleh menjadi lemah atau penakut. Sehingga perilaku cengeng, pengecut, atau maaf... ngondek dan menunjukkan kelemahan dianggap tidak cocok dengan Laki-laki. 2. Kalo saya boleh mengutip dari pernyataan guru gembul (ini sepemahaman saya saja ya... mungkin bisa jadi tidak benar-benar sesuai dengan yg dimaksud Guru gembul) , kita sebagai manusia memang ada kecenderungan untuk julid dan bergosip karena itu bagian dari insting bertahan hidup. Mental kawanan lah kira-kira. Dan saya ingat di kontennya bang Hasan, kurang lebih seperti ini (boleh tolong dikoreksi). Tubuh kita cenderung tidak terima jika kita salah, makanya gengsi itu susah dihilangkan. Karena ketika kita salah dan terlihat rendah, antibodi/sistem kekebalan tubuh kita mendadak mogok bekerja. Makanya kita suka menyalahkan orang lain untuk membuktikan bahwa kita benar. Saya ingin bilang karena faktor pendidikan kita yg rendah tapi... Sebenarnya kalo kita lihat di Korea atau Amerika, masyarakatnya jg sama julidnya seperti kita. Padahal pendidikannya maju. Atau mungkin karena dari dulu budaya kita memang barbar (suka tawuran dll). 3. Balik lagi kalo secara hewani dan biologis, Sesuai insting manusia untuk ber-keturunan... Kita pasti cenderung ingin memiliki "Bibit unggul" jadi kita pasti ingin mencari pasangan terbaik. Mulai dari penampilan, kecerdasan, karakter, dll. Bisa jg karena kita memang lebih mudah menikmati sesuatu yang indah, makanya kalo dalam bidang kuliner, ada yang dinamakan aspek "tampilan" (ini gara-gara nonton masterchef wkwkwk). Kalo kita pilih makanan, pasti kita pilih yg bentuknya bagus daripada yg bentuknya jelek dan amburadul meski sama-sama enak.
Sya menikmati bonding keluarga yg terbentuk oleh orang tua, saudara, kakek nenek dan keluarga besar, amaziinng luar biasaa cerita cerita di dalamnya, berkah dan karunia, rame, cerewet, amarah, jengkel, rasan2 🤣 seruuu poolll.. ku malah ingin meneruskan ikatan tsb tapi sewajarnya, bukan berarti saya pengen punya anak lebih dari 2 atau 5 atau 10... Bukan jg gak pengen beranak pinak & bukan berarti gakmau meniti karir... Ya semampunya batas kewajaran kami. 🥱 Pikiran tenang, ati adem ayem
Very smart analysis! Kita butuh lebih banyak analisis seperti ini! Bagaimana memahami sesuatu dengan berbagai kacamata. Feminist kicep kalau debat sama orang yang ngerti evolutionary psychology. Saya sudah membaca banyak literatur terkait EP ini mulai dari Kanazawa hingga Dawkins. Apalagi dengan mengerti teori konformitas, biology, macroeconomy (supply-demand) dll. Wahh sulit sekali mendebat orang yang punya banyak perspektif seperti ini.
laki-laki sering dilarang untuk menangis di kebanyakan struktur sosial karena laki-laki itu sendiri dinilai sebagai objek yang mengandung kekuatan besar dan melambangkan maskulinitas dalam banyak struktur sosial sehingga akan menjadi sangat bertentangan jika objek tersebut menangis dan cenderung akan dianggap lemah serta diremehkan. sejatinya laki-laki yang menangis adalah tidak diketahui.
Aku ibu seorang anak (ini akun yutub pak suami). Walaupun jadi ibu, aku tetap bisa mengajar di sekolah dan punya usaha kecil2an. Maksud dia ibu mana sih yg less focus career hanya utk ngurus anak. Buka kacamata anda lebih lebar Bu gitaa. Kamu aja yg belum merasakan jd ibu, jadi seolah gak mungkin seorang ibu punya karir. Lagian banyak kok, perempuan2 hebat disana yg juga seorang ibu. Let's see Bu Susi Pudjiastuti, Bu Sri Mulyani, dan masih banyak lagi
1. Untuk mempertahankan kesan maskulin nya , krn berperan sebagai pelindung jd didokrin jangan menangis agar ga kelihatan sisi lemahnya 2. Di satu sisi solidaritas kelompoknya tinggi jd kalau ada yg mengganggu anggota kelompoknya.. otomatis membela . Di satu sisi kepercayaan pada sistem yg ada masih kurang jd lebih percaya hukum kelompok drpd hukum negara. 3. Normalnya sesuai fungsi biologi seperti payudara besar ( untuk menyusui) atau pinggang besar ( untuk melahirkan normal) mengenai standard kecantikan muka umumnya di indonesia jaman skrg ( putih, mancung, kurus , dll) krn inferior kpd orang ras kulit putih atau skrg korea selatan.. jd menganggap standard mrk lebih unggul .
Sebelum ada ideologi childfree juga, secara "tersembunyi" bangsa ini juga sudah menerapkan childfree Dengan cara 1. bikin anak tapi nggak diurus 2. bikin anak, tapi masyarakat memberi asupan didikan/tontotan/teladan yang buruk 3. bikin anak, habis itu dieksploitasi Dengan kata lain, pas bikin nya enak,, abis itu dibiarkan free... Childfree ala Konoha,,,, Mungkin 80% sudah menerapkan childfree secara "tersembunyi" Sekarang ada 1-2% yang menerapkan secara "gamblang" Jadi, nambah dikit jadi 82% hahaha
Hehehe lucunya pelaku "childfree" ala konoha ini ngarep dirawat baik2 ama anaknya di hari tua, ibaratnya invest alakadar mau dpt return investny simsalabim gede, ujung2nya pada zonk dimasa tua gegara ditinggal anakny nyari nafkah di negri jiran, ya bukan salah anaknya wong anaknya gak disekolahin tinggi2 trus udah nikah punya keluarga susah cari kerja dgn gaji yg layak ada tawaran menggiurkan ya diambil
Sejauh ini dari banyak influencer react masalah ini yang saya tonton cuma di video abang yang opininya terbaik tanpa bereaksi negatif, tanpa menjatuhkan satu sisi, betul-betul bijak. Contoh opini seperti ini yang dibutuhkan publik. Salut. 👍
Sesuatu yg baik kalau di sebarkan maka akan menjadi ladang pahala & manfaat Begitu pula sebaliknya. Sesuatu yg baik menurut kita belum tentu baik buat orang lain. Pelajaran yg paling baik adalah pengalaman hidup/apa yg kita alami sendiri,bukan kata orang. Banyak wanita yg mendambakan bisa menjadi ibu namun tidak/belum di beri kepercayaan oleh Allah. Banyak macam bentuk rizki,jangan terpaku hanya dari segi materi
Feminisme awalnya sebagai gerakan biar wanita bisa vote, kerja, dan kesetaraan dalam society berubah menjadi anti laki-laki, berpikir dangkal, dan anti maskulinitas 😂😂😂
Yupp betul saya juga pernah dulu bgt liat cewe yang naik angkot karena kursinya penuh dia minta org lain buat kasih kursinya ke dia, dan kalo ga dikasih bakal blg "ko cowo ga mau ngalah sama cewe" saya sendiri ga setuju sama pemikiran si cewe ini yg menggunakan kata feminist agar menjadi privilege nya, dan yang paling menyebalkan itu karena cewe cewe kyk dia skrg banyak yg salah kaprah soal feminist, justru org org yg benar benar membutuhkan bantuan jd dikatain "kaum feminist/pick me", kalo alasan kenapa skrg banyak misandri kyknya ada hubungannya y sama maraknya kaum misoginis yg secara terang-terangan menghina wanita misalnya skrg byk meme 'kopi' itu yg dipake buat menghina perempuan
Awalnya saya agak aneh ko di korea & jepang banyak yg ga mau nikah dan pgn child free, eh pas liat komen para lelaki di chanel yt lain banyak kaum sexism sama misogyny, bahkan pernah liat cowo yg komen kalo cewe itu gunanya cmn buat ngelahirin, dan katanya kalo bukan karena para cowo yg menahan diri kami wanita sdh dijadikan s*x doll, dari situ saya tau kenapa banyak cewe yg gamau nikah, untungnya ga semua cowo kyk gitu ya masih ada yg normal kok. Btw saya sendiri bukan kaum feminist sih, nonton konten ini pun karena pgn liat tanggapan org org tntg budaya patriarki dan toxic feminist, sangat disayangkan sekarang ko jadi saling menyudutkan yah
@@ValadrienLeonhart yes, aku juga anti yng toxic macam gituan dan gak deny sama toxic Patriarchy yang marak disini, tapi...mau cewek yng toxic dengan Queen Bee Syndrome ato cowok yng toxic dengan toxic Patriarchy, itu sama aja. Kesetaraan dan keadilan gk boleh dilakukan dengan merendahkan satu gender yng gk semuanya seperti itu. Aku menentang toxic masculinity yng menghajar cewek, merendahkan cewek, tpi aku gk suka juga cewek yng menstereotipkan apapun yng terjadi disini adalah salah laki-laki yang gk semuanya toxic Patriarchy dan justru merendahkan laki-laki yang menghargai wanita dan think them as their equal.
2.A.karena ada kemungkinan "ketidakpercayaan" kepada lembaga penegak hukum terkait yang sering kali dinilai kebanyakan orang tidak proporsional atau tidak sesuai dengan porsi hukuman yang seharusnya di dapatkan B.kemungkinan selanjutnya adalah kebanyakan masyarakat di Indonesia "cenderung" memiliki tingkat ekstrimisme yang tinggi dan juga rasa kebersamaan satu sama lain sangat erat,hal ini mempunyai "potensi" masyarakat main hakim sendiri misalkan jika terjadi suatu tindak kriminal di suatu daerah terutama di daerah yang masyarakatnya masih sering bergotongroyong royong sehari hari maka jika terjadi suatu tindak kriminalitas masyarakat maka akan secara otomatis mengaktifkan insting defense mechanism yang dari zaman awal peradaban manusia zaman awal berburu dan meramu agar manusia bisa bertahan hidup secara individu atau kelompok yaitu MELAWAN disertai dengan tingkat ekstrimisme dan kebersamaan yang tinggi maka kita akan "cenderung" main hakim sendiri karena ada rasa memiliki satu sama lain dan rasa ketidakpercayaan terhadap aparat penegak hukum terkait disertai tingkat ekstrimisme yang tinggi yang kadang kadang membuat kita tidak bisa memilah atau berpikir jernih tentang hukuman apa yang seharusnya pantas dan proporsional untuk pelaku tindak kriminal yang akhirnya membuat kita main hakim sendiri terhadap pelaku tindak kriminal C.kemungkinan yang saling berkaitan selanjutnya adalah tingkat stress masyarakat karena faktor ekonomi atau tekanan psikologis dari tempat bekerja,keluarga dsb,yang mungkin beberapa atau sebagian besar orang tidak tau cara mengalihkan atau menyelesaikan masalah dan stress yang tepat kemudian lebih memilih untuk memendamnya hal ini berpotensi menjadi "bom waktu" jika terus dipendam tanpa tau cara penyelesaian yang tepat ditambah rasa memiliki dan ekstrimisme yang tinggi serta insting bertahan hidup yang tertanam dalam tubuh manusia maka mereka bisa melampiaskannya ke hal yang menurut mereka bisa untuk menjadi "tempat" pelampiasan amarah mereka sebagai contoh pelaku tindak kriminal sehingga seringkali mungkin mengakibatkan solusi dan hukuman yang tidak tepat dan proporsional bagi pelaku tindak pidana
saya ga berpengaruh. alhamdulilah udah punya anak cowo yg ganteng dan hebat insyaAllah investasi akhirat. support dari suami yg sama sama membangun mendidik anak dengan baik. 🥰🤗🤗🤗❤️
1.kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki di larang untuk menangis? 1. karena dari zaman dahulu laki2 sudah di paksa untuk bertahan hidup dengan berburu hingga sekarang bekerja dengan pada segala medan yang cocok dan tak cocok dengan tujuan bertahan hidup, sangat bagi jarang untuk melepaskan emosi mereka dengan perasaan berkebalikan dengan perempuan. 2. kenapa di indonesia tingkat main hakim sendiri masyarakat pada pelaku kriminal sangat tinggi? 2. karena hukum di mata masyarakat bisa di beli, kok bisa? melihat perilaku pemerintah yang sangat mudah keluar masuk sel menjara seperti mall, dengan kesadaran itu masyarakat tidak menganggap hukum itu ketat dan dengan mudah mengambil peran menjadi algojonya. 3. bagaimana dan mengapa standar kecantikan terbentuk? 3. karena manusia makhluk sosial namun juga makhluk berpikir dengan tujuan bertahan hidup pada suatu tempat atau masa itu dengan mereka menitik beratkan suatu kelebihannya sebagai standar untuk bisa bergabung ke kelompoknya
Intinya orang2 sekarang kebanyakan informasi, jadi bingung sendiri sama referensi yg dia baca. Padahal kita sudah punya pedoman yaitu Kitab Suci agama masing2, tinggal ikutin ajaran agama yaudah selesai. Ini kaya memaksakan pikiran yg memang terbatas, terus dipaksakan sampe batas yg dilampaui. Akhirnya ya jadi sulit membedakan mana yg baik dan mana yg buruk.
Iya bang Hasan, ketika seseorang memutuskan mau punya anak atau tidak itu keputusan pribadi. Setiap org pasti punya alasannya masing2 bisa krn masalah kesehatan, faktor ekonomi, latar belakang keluarga, dll.
Betul bgt mba Menikah atau tidak, punya anak atau tidak itu adalah keputusan yang sifatnya personal. Tiap orang beda2 case nya. Jadi tidak selayaknya dilabeli benar atau salah 👍
izin kritik juga. aku masih mempertanyakan tentang childfree itu untuk anti aging alami, lebih baik waktunya untuk dipakai cari uang supaya kalau udh tua, udh saatnya kerutan kita muncul. kita punya uang untuk botox, biar ga keriput. Pertanyaan ku, buat apa kita seobsesi itu untuk menjaga menjaga kulit kita supaya ga keriput? ok, kita harus realistis, di dunia skrng walaupun look bukan segalanya, tapi yg pertama kali org liat pasti look nya dlu. Tapi pertanyaan aku lagi, apa cuma look yg bisa upgrade? Aku punya prinsip gini "Apa yg aku produksi hari ini lebih penting, dari pada apa yang aku tampilkan hari itu." semenjak aku ga pusing2 mikirin style, makeup dll. banyak bgt kegiatan dan pengalaman yg bisa aku ambil. So I have a lot of time untuk memikirkan, mengexplore, dan memproduksi hal lain. That's give me more achivement, karena waktu yg aku aku punya pasti aku isi dgn banyak hal yg aku produksi di hari itu. Kalau misalkan look kita untuk kita keep sendiri, aku akui itu adalah suatu kenaifan, karena aku jg ngalamin itu dlu. tapi setelah aku tanya ke diri aku, klo aku hidup dgn penampilan yg buruk, aku jerawatan, aku kusam, dsb. Apakah aku ga akan bahagia?. ya jawaban ku waktu itu ofc aku bakal nerima aku, tapii ujung2nya balik lg "apa org2 bakal nerima aku?" wich mean aku masih menggantungkan aku ke hal eksternal. Dan aku sadar klo saat itu aku senaif itu, aku sepercaya itu kalau penilainan org sgt berdambak besar ke kehidupan manusia. Sampai tanpa aku sadari kalau sebenernya aku menghabiskan seluruh waktu aku demi memenuhi standar ekspetasi dunia.
"Jangan karena kamu membenci seseorang, kamu menganggap semua yang dikatakan orang itu salah. " Denger ini jadi keinget kontennya dia "kenapa kita membenci."
Berhentilah menghujat orang siapapun itu, kita tak behak menghakimi orang tanpa tau apa yang dia alami. Mari memperbaiki diri, memperbaiki keluarga sendiri, mendidik anak dengan baik, jangan sampai mereka trauma dengan cara kita mendidik jangan lupa selalu meminta maaf terhadap anak bila kita memang salah mendidik tak ada orang tua yg sempurna. Do'akan siapapun itu karena hanya Allah yg akan mengubah hati seseorang itulah yg terbaik tanpa harus menghujat.
Jangan meng-cancel Gita, walaupun terkadang opininya kontroversial, tapi banyak opini dan ilmu bagus yang bisa diambil dari dia,, ambil yg baik buang yang buruk
Sebenarnya gagasan patriarki itu ditimbulkan oleh perilaku org tua jaman dlu yg mengganggap kalau tugas seorg ibu/istri itu cm sebatas "dapur, sumur, kasur" tapi yg heran kenapa pada sangkut pautkan dgn agama.. sementara di Agama itu jelas ya kalau agama Islam itu sangat menjaga harkat dan martabat wanita dan melindungi hak-haknya.. Nabi Muhammad saja, jika ada bajunya yang robek, beliau menjahitnya sendiri, membantu istrinya mencuci pakaian, dan membantu pekerjaan rumah tangga.. sementara kita dari kecil didoktrin ortu kalau mencuci dll itu tugas istri.. perna suatu hari suami aku nyapu rumah trus ngepel, setelah itu dia cuci piring sementara aku lagi ketiduran habis nyusuin anak.. tiba2 mamaku masuk kamar dan dia bangunin aku karena gak tega liat suamiku urus rumah tapi Alhamdulillah suami menjelaskan sama mamaku kalau dia ikhlas dan sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil karena bertahun tahun hidup di pondok dan kuliah diluar kota sendiri..
Lah kalau Gita Sav aja yg katanya open minded dan sekolah di Jerman cm bs melihat dr satu perspektif, ya wajarlah netizen yg pastinya memiliki latar belakang sosial, ekonomi, budaya yg beragam jg menilai dr perspektif masing2. Ketika Gita Sav mengatakan maternal instinct adalah produk tekanan patriarki, bagaimana dia menjelaskan maternal instinct yg kuat pd hewan mamalia ataupun umumnya vertebrata? Menurutku semua produk pemikiran manusia itu terbatas sih. Cuma utk Gita Sav menurutku dia simply merespon masalah dgn masalah. Makanya ribett
1. Untuk mengapa laki-laki sering dilarang sering menangis bisa diambil dari banyak hal, misalnya: - Dari sisi sosial bisa diambil dari konsep maskulinitas pada laki-laki, dimana cwok yang maskulin itu harus kuat, berotot, menjadi pelindung, dan tidak lemah. Menangis disini dianggap lemah karena keluar dari aspek maskulinitas melainkan ke feministas yang banyak melibatkan perasaan. - Dari segi biologis itu simple nya adalah karena memang kelenjar air mata laki-laki ini lebih sedikit daripada perempuan, dan letaknya juga agak lebih jauh sehingga laki-laki cenderung sulit untuk menangis. - Dari sisi psikologis juga ini karena laki-laki ini memanglah makhluk yang lebih banyak berfikir dibandingkan perasaan, sedangkan perempuan sebaliknya. ini membuat laki laki itu akan dianggap tidak sesuai dengan laki-laki lainnya yang mayoritas pikirannya melibatkan perasaan.
Saya pernah punya pengalaman dgn predator humanis berkedok feminis najis. Jd dulu saya kuliah di fakultas seni. Di kampus ini ada genk. Sebut saja 'genk gelap'. Genk gelap dan kelompok feminis saling bekerja sama. Pd suatu hari pada sebuah event di kampus, ada seorang cowo aneh yg tiba2 mengajak saya ke suatu tempat. Hubungan saya dgn cowo aneh ini hanya sebatas kenal aja, jarang ngumpul apalagi ngobrol. Setibanya di suatu tempat, tdk lama kemudian, muncul seorang cowo berbadan besar yg dalam keadaan mabuk, tiba2 mengangkat badan saya lalu menciumi saya. Di tempat itu ada sekitar 6 org cowo, termasuk cowo aneh dan pacar aggota kelompok feminis najis. Pacar anggota kelompok feminis najis tsb memanggil pacarnya lalu memisahkan saya dr cowo berbadan besar tsb. Setelah kejadian itu, anggota kelompok feminis tsb memberi sugesti kpd saya; " apakah menurut lo kejadian itu halal?" (Pada saat ini pun saya sudah yakin bahwa kejadian ini hanya rekayasa saja). Usut punya usut, mereka mengedepankan consent kebebasan berseksual alias free sex. Mereka menopenginya dgn pergerakan feminis yg terlihat mulia. Saya tau hal ini. Saya tau krn sudah menyelidiki.
Thank you so much mas Hasan. Sudah mewakilkan keresahan saya. Pandangan feminism seperti Gita tidak multidimensi, dan tidak melihat suatu permasalahan dengan pendekatan holistik. Bahkan menihilkan pendekatan biologis dan psikologis manusia. Selain itu, alasan yang disampaikan oleh dia, menurut saya terlalu mengada-ada, dan bukan akar sebab dia memilih childfree. Why? Pada kondisi aman, kecukupan resources, seluruh makhluk hidup akan mengikuti instingnya, terutama berkembang biak. Tapi, ketika makhluk hidup merasa di kondisi terancam (stres, sakit, dan tidak mampu mendapatkan resource yang cukup), otak akan restrain makhluk hidup untuk berkembang biak. Why? Because by instinct we know, kalau bayi itu lemah, dan kondisi kehamilan membuat makhluk hidup menjadi lemah. Makanya butuh tempat aman dan resource yang cukup. Contoh realnya adalah Ken Zhu F4, dia penganut childfree juga, karena dia menderita penyakit genetis. Makanya dia gak mau punya anak, karena ada ketakutan akan menurunkan penyakit ke anaknya dan membuat anaknya menderita. Contoh lain adalah perilaku orang-orang di korea dan jepang yang saat ini mengalami minus demografi. Kenapa? Karena mereka mengalami stres yang luar biasa untuk bertahan hidup, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan resource.
Inilah kenapa kita memandang dunia harus pake kamera 'zoom-out'. Dengan scope yang lebih luas, akan sangat memungkinkan kita untuk mencoba MENGERTI sesuatu terlebih dahulu, jauh-jauh hari sebelum menilainya. 🤘
1. Kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki sering dilarang untuk menangis? Bicara tentang struktur sosial, laki-laki memang pada dasarnya dipandang sebagai sosok yang kuat. Kuat dalam segi apa? Banyak hal. Bisa secara fisik, mental, atau ekonomi (yang didasarkan pada kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hidup bagi orang disekitarnya, yang sekarang mungkin lebih mengacu ke kekuatan finansial). Seringkali, simbol kekuatan laki-laki yang dipercaya oleh beberapa struktur sosial antara lain : a. Memiliki tenaga yang besar, yang biasanya diidentikkan dengan otot ataupun kinerja yang nyata seperti aktivitas fisik yang berat; b. Tidak menunjukkan emosi atau perasaan kepada publik, sekalipun pada saat berada di bawah tekanan; c. Memiliki sumber daya yang banyak, yang dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di sekitarnya. Kembali ke persoalan menangis, pada poin b, yakni untuk tidak menunjukkan emosi sekalipun berada di bawah tekanan, menjadi landasan atau alasan kenapa tangisan, sebagai ekspresi perasaan sedih, menunjukkan kelemahan bagi seorang laki laki, sebagai sosok yang dianggap kuat.
dek gita savitri ini sebagai mahasiswa yg cukup berprestasi di bidang akademis... dulu nya.. tp berjalannya waktu... kok sering bgt blunder kejadian child free itu puncaknya aja,.. nah dari analisa sederhana sy.. sy menyimpulkan dek gitu kurang dalam referensi bacaan dan terlalu sering gagal dalam bernalar (logical fallacy),tadi nya sy berpikir mungkin karena terlalu muda.. tp sy cek di internet umurnya sudah 30-an.. jadi kesimpulan ke3 tentang usia sy batalkan.. kemungkinan 2 aspek pertama yg sy jelaskan tadi
Intinya ketika menghadapi suatu permasalahan, kita harus belajar memandangnya dari banyak sudut pandang. Tapi, kebanyakan dari kita jarang melakukan hal itu. Kita cuma kolot memandang permasalahan dr satu sudut pandang aja. Jadi ya kalau ada org lain yg mencoba menyampaikan pendapatnya dr sudut pandangnya bakal ditolak mentah2. Ujung2nya malah saling adu argumen, saling nyalah2in dll. Menurutku udah bener kalo saat ini kurikulum pendidikan itu sudah mulai mengarahkan siswa nya ke "Berpikir Kritis." Jadi biar kedepannya anak2 muda Indonesia ga jadi anak2 yg berpikir sempit dan mau mencoba melihat masalah dr segala sudut pandang untuk kemudian dianalisis dan diperoleh penyelesaian yg paling baik untuk semua pihak. Maap kalo ga nyambung.
Saya juga punya trauma sampai saya sempat berpikir, apa semua laki-laki itu sama? Jika memang iya, aku mau tumbuh besar sendiri dan tidak mau menikah, aku ingin segera besar agar bisa keluar dari sini dan membahagiakan diriku dengan uangku sendiri lalu hidup tenang. Masa kecil saya sangat burukkk sekali tidak hanya sekedar tidak dekat dengan bapak ya, jauh lebih parah, atau ini juga bukan soal ibu yang narsistik meskipun sama, ibu saya juga seperti itu mengatur saya dari A-Z hingga pada masalah jodoh. Ini lebih ke masalah pribadi diri sendiri sih soal bagaimana menyikapi trauma itu. Bisa menjadi orang yang sama seperti orangtuanya, atau bisa jadi belajar dari kesalahan orangtuanya kemudian memperbaiki untuk kebaikan kehidupannya sendiri. Tapi saya rasa, apa yang dilakukan dg mbak gita ini, "dengan perkataannya", itu tidak etis. "Anak itu beban", katanya. Mengingat dia punya agama, yang mana agama itu pondasi dalam menjalankan kehidupan. Jadi kalo ada org bilang, kenapa si lu bawa² agama. Ya jawabannya simpel, kan punya agama toh, punya kitab, itu untuk pedoman dalam menjalankan hidup yang utama.
Usia Sy 34th,saya punya pengalaman yg sma ky mbak nya ,bahkan bapak melakukan pelecehan trhdp anak nya,ibu suka minggat2an,sringkali ortu blg klo gk inget dosa udh dibunuh nya aku dr bayi,Sy cuma berani jawab dlm hati "lu yg enak ngewe Kok aku di Kata beban" Saya berjanji gmau jd sperti ortu saya,Sy memutuskan untuk tdk mnikah,sampai2 Saya tahu klw anak itu mmg beban,jgn Beranak klo gk siap. Sy gpernah berpikir semua laki2 TU sama,95% berbanding 5% lah beda nya,95 nya bobrok otak selangkangan mikir nya wanita itu Babu,contoh cerita diatas klo dy cranky dy lapar bini nya ambilkan makan🔨🔨🔨 ,sisa nya yg 5% ya laki2 baik. tp sayang nya laki2 baik hanya untuk wanita2 Baik dn beruntung,aku cuma wanita sial. Solusi yg aku lakukan saat ini,jgn nikah cepat dn jgn punya anak klo mental gk siap. Misal TUHAN kasih sy umur 40th,Sy ingin nikah di usia 35th supaya menderita nya 5th aja.
@@ekarinalamtim8003 semangat kak, saya yakin kakak akan dipertemukan dengan laki² yang menerima kakak sepenuhnya. Yukk berjuang bangkit dari masa lalu untuk masa depan yang lebih cerahh ❤️❤️❤️ peluk jauh dari akuu 🥰🤗
@@tiaraputri66 mgkin bner anak mmg beban bagi org yg ekonomi nya kekurangan,Masa kecil ku luka pertama yg kurasakan hingga berkepanjangan sampai saat ini. Aku hanya ingin kembali ke pencipta ku dgn keadaan baik dan membawa amal yg banyak. Dunia bukan tempat yg menyenangkan 🙃🤗
Masing-masing akan mendapatkan apa yang telah dia usahakan, jangan salahkan orang lain jika menjadi orang tua tidak dihormati atau bahkan ditelantarkan, karena kita memandang bahwa melahirkan dan mengasuh anak adalah sebuah beban yang menguras energi dan waktu kita.
Mau jawab yang pertama bang. Menurut ku, ini berawal dari sisi biologis cowo, yang mana cowo memiliki tubuh yang lebih besar atau lebih kuat dari pada cewe. Dapat dilihat dari perbedaan hormon² yang membentuk cowo dan cewe, sehingga kebanyakan cowo memiliki badan tersebut. Lalu lanjut ke sudut pandang sejarah. Berawal dari sifat biologis yang seperti itu, pria pada zaman purba di anggap lebih bisa menjaga sesuatu dan melawan sesuatu apabila merasa terancam. Nah hal itu terbawa sampe sekarang (karena secara biologis juga, pria sampe saat ini masih memiliki hormon yang membentuk tubuhnya lebih kuat dan lebih besar). Lanjut ke sudut pandang psikologi, menangis adalah respon tubuh yang terjadi (kebanyakan) akibat dari emosi² negatif yang menunjukkan ketidakberdayaan seperti takut, khawatir, sedih. Memangis biasanya digunakan sebagai coping mechanism individu untuk hal2 tersebut. Otomatis karena sudah terbentuk dari zaman dahulu bahwa pria itu harusnya menjaga, maka hal² seperti menangis itu akan menunjukkan ketidakberdayaan seorang pria. Sehingga society khawatir apabila seorang pria menangis, pria tersebut tidak dapat bekerja atau bertindak sesuai alamiahnya (karena dari awal sudah dianggap sebagai penjaga dan pelindung) Kira² begitu jawabannya bang. Kira² jawaban ku bener ngga ya, soalnya 1 jawaban ini terdiri dari beberapa perspektif yang saling berhubungan.
Wow it’s quite good. Btw penyebutan perspektif sejarah kurang tepat, yg kamu maksud adalah perspektif antropologi, klo sejarah itu biasanya tidak sejauh itu time-span nya, lebih ke membahas pengaruh perang dunia, era kolonialisme, era revolusi industri, era dark-ages maupun renaissance. But overall, jawabanmu udah sangat keren!
@@hasanaskari7 thankyouu for your compliment and correction bang🤩. Tetep semangat buat konten edukatif selanjutnya bang. Aku bener² terbantu dengan konten² bang hasan, dan yang aku rasain skrng aku jadi lebih bisa memahami diriku sendiri, dan jadi lebih sering berfikir kritis. Lanjutkan edukasi psikologi aliran realistis mu bang🔥🤣
@@hasanaskari7 Pak dosen, mau tanya. misal ada laki2 yg diterima oleh seorang perempuan untuk menikahinya yg sebelumnya sudah berdiskusi banyak ttg si perempuan yg sebenarnya tdk ingin menikah sama sekali dikarenakan "sakit mental" yg dideritanya secara sadar, seperti depresi, anxiety, trauma dsb. krn si perempuan tdk mau sama sekali berhububgan badah dg laki2 meskipun itu suaminya, atw bahkan memiliki anak. dy ingin fokus menyembuhkan dirinya, merawat ortu nya dan mungkin suami dan mertuanya saja. gangguan mental nya disebabkan oleh toxic parenting. ortu narsistik, tdk paham agama, workaholic, sulit ekonomi, tdk pernah sekolah sama sekali meskipun SD. jadi si anak sampai usia 30an tdk memiliki cukup wawasan ttg baik buruk benar salah dsb. krn kesehariannya dy diikat dg peraturan ortu "kalo masih mau makan, harus kerja, kalo masih mau sekolah, harus kerja". bahkan saat masih kuliah pun, otak nya sperti tak berkembang tak seperti yg seharusnya. lalu, apakah lebih baik jk dy tdk menikah, atw harus menikah dg laki2 yg seperti apa? misal ada yg mau menikahinya krn sepakat tdk HB dg sistem menjalani rumah tangga sbg partner kerja, apakah berbahaya?
Tugas Kuliah : -> Kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki sering dilarang untuk menangis? Jawaban : + Dari sudut pandang parenting, ayah mungkin akan melarang anak laki-lakinya menangis, karena ayah sendiri tidak pernah menangis. Sementara ayah tidak menangis karena memang sudah memiliki kadar testosterone, struktur tubuh, massa otot dan tulang serta pengalaman hidup yang menjadikannya dapat memertahankan composure-nya agar tidak menangis ketika mengalami masalah. Hal ini menjadi bias yang lalu ia "paksakan" pada anaknya. Seolah anak yang masih kecil sudah bisa menjaga dan meregulasi emosinya sebaik ayahnya (maupun ibunya). + Laki-laki secara tradisional memiliki peran dan tugas sebagai pemimpin keluarga dan komunitasnya, sebagai pelindung keluarganya serta sebagai pekerja berat (brick layers, buruh, kuli, sopir, maintenance / tukang, dsb). + Struktur sosial (yang disalurkan melalui orang tua dan keluarga terdekatnya) mengetahui bahwa laki-laki tidak akan secara otomatis disayangi / dicintai oleh lingkungannya, ia harus menjadi seorang yang kompeten dan baik terlebih dahulu (tidak seperti perempuan dan anak-anak yang dalam lingkup sosial hampir selalu dilindungi). Salah satu penanda kompetensi adalah kemampuannya untuk mengendalikan emosinya, dengan cara tidak menunjukkan bahwa ia sedang dalam kondisi lemah. + Dari sudut pandang sosiologi evolusional, masyarakat / suku / budaya yang tangguh akan bertahan dan meneruskan budaya-budaya dan ajaran-ajarannya. Dan salah satu budaya yang bertahan hingga sekarang adalah mengajarkan agar laki-laki tidak menangis dan dapat mengendalikan emosinya. + Dari sudut pandang Feminisme mungkin berkaitan dengan toxic masculinity yang mendukung berjalannya Patriarki, tapi jujur untuk proses faktualnya bagaimana hal itu terjadi saya kurang paham. Mohon kritik, saran dan petunjuknya Prof 😁 Terima kasih.
Gita tidak mau punya anak karena punya trauma dibesarkan ibunya yang narsistik, Tiger parenting, tidak dekat dengan bapaknya,, dia juga punya kecenderungan sifat seperti ibunya itu, jadi dia takut tidak bisa jadi ibu yang baik, dia tahu kekurangan dia, jadi sebenernya kasihan saya ke Gita,, netizen juga pada kurang ajar, tidak menghormati keputusan dia dan terus-terusan membandingkan bahkan sampai ada yang menghujat mandul, kurang ajar sekali,,
@@mohammadhanafi8524 yaa itu,, coba aja Gita diem aja gak usah baca komen atau bales komen,, tapi masalah kemarin itu kalau menurut saya dia lagi bercanda aja (childfree bikin awet muda), cuma reaksi netizen beda
Ya terus kalo beneran ga suka sama anak2 kenapa ya? Toh ga gita doang yg kek gitu. Yang ke trigger ini kan kebanyakan ibu2 beranak dan tersinggung parah karna komennya, kalo beneran sayang dan ikhlas punya anak ngapain sampe hujat2 dia HAHA pasti di hati kecil netijen yang tersungging merasa tertamparrrrr tuchhh .
i am a mother with three kids, sy tetap bekerja,berkarir, dan tetap bisa sekolah sampe S3. sy bukan penganut feminisme, dan juga bukan matriarkhi atau patriarkhi. kita dilahirkan setara. sometimes gaji saya lebih besar dr beliau, atau beliau lebih besar gajinya dari saya, kita syukuri bersama, ketika sy cape pulang kerja, atau pulang kuliah, anak PUP dan sy lagi makan. suami sy tidak keberatan untuk mengganti popok dsbnya, begitu juga sebaliknya. kuncinya hanya saling respek dan mendukung cita2 pasangan kita., dan alhamdulilah....skrg sudah melewati 18 tahun pernikahan.
Selamat mba, dalam kerepotan dan kesibukan anda tetap bahagia...ga semua orang memilikinya. Semoga selalu sukses keluarga n karier nya.
selamat mbak, anda dapat jackpot dalam hidup, semoga menjadi keluarga samawa. doakan juga keluarga saya bisa seperti mbak.
justru bisa kerja, bi9sa milih krn perjuangan kesetaraan gender. Bisa kerja punya anak dan rumah tangga diurus sama perempuan bkn kesetaraan tp pembabuan
Sayang sekali konsep patriarki tidak menerima kalau anda dianggap setara
Sama bu, aku jg begitu sama istri.
Level tertinggi orang berilmu bukanlah kepandaian, tetapi kebijaksanaan.
Orang yang paling mustahil untuk diberi nasehat, adalah orang yang selalu merasa dirinya benar. Ibarat gelas yang tertutup, mau berapa tetes air samudera yang dituangkan tidak akan masuk.
Menjadi open minded berbanding lurus dengan kerendahan hati untuk memahami berbagai perspektif lain.
Maka outputny: makin dia rendah hati untuk memahami (lebih ideal lagi mengelaborasi) perspektif lain, makin dekat pula dia dengan definisi open minded.
Oleh karenanya, jika ada orang yang hanya menggunakan satu perspektif dan tidak mau memahami perspektif lain, apakah bisa disebut open minded?
itu maknya di bilang al-'adabul fauqol 'ilmi. adab itu lebih tinggi dari ilmu,
@Ahwa'l Mahway
Nice 👍
Harus hati2 tapi. Open minded tidak berarti harus memahami semua perspektif. Harus nyasemua perspektif dikecuali yang intoleran pada ide open minded itu sendiri. Paradox memang
Open minded itu terbuka atas apapun informasi, "dizinkan" untuk melihat lebih banyak prespektif. Tapi ketika beropini, ya harus menggunakan standar dan prinsip masing-masing. Kalo kita mentoleransi semua nilai, we are not stand about anything. Kita jadi ga berpihak pada apapun.
@@bazzb9562 naaah
Aku yg rela resign dan melepas jabatan yg udh susah2 diraih waktu nikah jadi bisa sll available utk suami ga pernah merasa dioppress atau dipengaruhi oleh patriarki, krn aku melihat dari sudut pandang lain. Bahkan kalopun suami meminta sejumlah anak pun memtuskan childfree itu hal yg bisa dirundingkan bersama asal saling memahami, agak tidak suka menggunakan bahasan patriarki, feminism dll. Hidup lebih bahagia dan mudah dengan membuat masalah2 menjadi simple dan cari solusi bersama bukan saling menyudutkan pihak lain, ga akan ada habisnya.
Setujuuuu bangetttt 🥺👏👏👏
I don't want to be that person. Tapi keputusan anda itu jelas dipengaruhi oleh mindset patriarki, walaupun anda tidak menyadarinya. Patriarki menekankan bahwa perempuan bukan pencari nafkah dan laki-laki harus selalu jadi pemimpin, Itulah mengapa anda yg mengambil 1 langkah mundur dan bukan suami anda.
Coba suami diminta untuk resign dari pekerjaanya agar bisa availabel bagi istrinya yg punya pekerjaan lebih tinggi dari dia. Prosesnya gabakalan mulus, harga diri yg ditanamkan patriarki akan membuat mereka memberontak.
Sama kaya aku.
Aku sama pacar (sekarang udah jadi suami sempet LDR lama). Kehidupanku udah lumayan enak sebenarnya, kerjaan oke, gaji oke, sendiri juga gak masalah bisa bebas traveling, kulineran, dll. Tapi begitu nikah, aku melepas semua itu demi ikut dia. Karena udah komitmen sama suami kalo udah nikah harus tinggal serumah dan saya gapapa.
Yang jadi problem itu orang sekitar, bahkan sampe pada suudzon ke suami karena saya ga dibolehin kerja, dinilai kolot, suami saya dominant, dll.
Aku juga pengen jadi orang yg available buat suami karena udah ngerasain LDR tuh gak enak. Ada kebahagiaan tersendiri menyambut dia pulang, sedia-in dia minum, dll. Suami saya gak nuntut diperlakukan begitu, bahkan dia bilang "Udah kamu diem aja. Biar aku yg masak." 😂
Orang selalu menyangka saya begini karena korban patriarki dan suudzon suami saya selalu minta dilayani, padahal kalo dua2nya sama2 hepi apa salahnya 😂 Kita juga di rumah ga ada yg ngerasa paling, semuanya saling aja.
@@ValadrienLeonhart kolaborasi lbh baik. Ibu rumah tangga jga kerjaan yg berat, dan akan dpt reward ktka sudah besar anak2 msh dekat dgn ortu dan peduli.lebel2 itu malah yg membuat anda judge org, dan mnjdi diri yg g openminded. Jika memang ingn bekerja ya tdak slah.
Keren mba !!
Karna sejatinya pilihan yg mba pilih juga punya kebahagian tersendiri
Betul bang. Insting bertahan hidup manusia tidak hanya bekerja mencari makan dan mengembangkan teknologi, tapi juga mencakup meneruskan keturunan sehingga dapat mencegah kepunahan. Ini insting dasar, bukan soal doktrin patriarki. Nanti insting dasar meneruskan keturunan ini punya banyak motivasi turunan, misalnya ingin mewariskan harta kepada anak-anaknya, atau ingin punya teman baik yang bisa diajak bertukar pikiran di saat dewasa, dan banyak hal lainnya yang menjadi motivasi turunan dari insting memiliki keturunan.
1. Karena menangis biasanya terjadi karena merasa sakit, dan merasa sakit dianggap tidak kuat (lemah). Ditambah gambaran media sering menggambarkan laki2 ideal sebagai pria yang berotot, yang serius, tahan banting.
2. Bisa jadi karena "ketidakpercayaan" kepada lembaga penegak hukum yang serba diperibet untuk menindak kasus. Aspek sosiologi, banyak masyarakat ga ngerti prosedur hukum yang tepat, kurang literasi hukum. Atau dari perspektif komedi, Karena masyarakat kita suka gotong royong :)
3. Standard kecantikan terbentuk karena apa yang sering terpapar ke mata kita. Otak kita cendrung menganggap biasa apa yang sering dilihatnya terus menerus, secara tidak langsung itu menciptakan standar di alam bawah sadar kita. Aspek ekonomi, karena standar kecantikan berdampak ke industri terbesar yaitu hiburan.
dan tak lupa untuk mengucapkan imho 🙏
Nah permasalahan labeling ini sering bgt aku temuin tiap feminist ngedebat org2, ujungnya malah kebanyakan feminist ini yg ngebangun pola pikir aku bahwa selama ini yg mereka perjuangkan itu bukan kesetaraan gender melainkan women supremacy
Semua gerakan itu selalu ada yg radikal. Termasuk feminisme. Tp feminisme yg sebenarnya ya gk gitu. Jangan dipukul rata. Gk enak toh kalau islam disama ratain jd agama anti perempuan cuma karena perempuan gk bisa jadi imam? 😶
Contoh nyata nya udh ada dikorea,gerakan feminisme radikal korea (megalia) bnr2 udh melakukan sama spt yg km tulis di komen,bahkan di sana organisasi ini udh mcm sekte sesat yg dilarang ama pemerintah saking radikalnya
@@abitsourrrrsorry4885 komparasinya kurang apple to apple..
@@abitsourrrrsorry4885 perempuan bisa jadi imam kak, kata siapa ga boleh? imam bagi sesama perempuan, imam bagi anak-anak. adil itu tak berarti sama tapi sesuai tempat/sesuai takaran/sesuai kondisi
@@quinbeeart konteks yg saya maksud itu bukan "imam untuk sesama perempuan". Tp imam untuk umum. Ya jelas aja gk boleh toh? cuma teman2 saya yg ""progressive"" (biasanya orang luar) suka menggunakan hal itu untuk menunjukkan kalau agama (terutama yg abrahamic) itu tidak adil ke perempuannya. Balik lagi, karena mrk gk paham aja.
Sama seperti orang2 yg bilang kalau feminisme itu supremasi perempuan (???). Kalau paham dengan feminisme sih ya gk bakal mikir gitu.
pada akhirnya kita menyadari bahwa perdebatan yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari pada dasarnya adalah karna 'ego pribadi'. entah secara sadar maupun tidak, manusia akan selalu bersikeras bagaimana agar suatu hal (bahkan kebenaran sekalipun) dapat ditegakkan tanpa melalui proses berfikir bagaimana agar awal hal tersebut dapat diterima terlebih dahulu tanpa adanya perdebatan.
Yap bener adanya,kadang BENAR pun juga bisa jadi perdebatan karena posisi EGO
Andaikan ego itu ga pernah ada, damai udah dunia
konten ini juga sepanjang pemaparannya berangkat dari ego.
Ego bisa ditundukkan kalo sudah memegang dan menemukan "kebenaran" yang sesungguhnya. Yaitu sudut pandang dari Tuhan yang menciptakan kita mengetahui lebih baik daripada diri kita sendiri.
kan manusia berpikir tentang keuntungan pribadi terlebih dahulu. jangankan berpendapat, di pengadilan saja bagaimana kita cari sumber pendukung yang bisa mengalahkan pihak lawan.
banyak hal yang sebenernya saling tau, mana yang benar, mana yang salah, tapi manusia teramat pandai hingga bisa merumuskan apa yang diucapkan menjadi dapat dipercaya banyak orang bahwa itulah kebenaran.
Setuju banget gua kalau Gitasav ini kurang referensi, kalau dia mau harusnya coba belajar Sejarah, Budaya, Biologi dengan ragam referensinya.
Gua personal tidak ada problem dengan ide Feminis, yang jadi masalah buat gua kalau ide ini berubah menjadi Feminazi yang mana sepengalaman gua penganutnya terlalu sering berasumsi bias dan selalu merasa atau berfikir "we/I got oppressed" or "we/I are/am a victim".
Kita semua harus berhenti melihat dengan kaca mata kuda.
itu bikin kalimatnya berapa lama kak?
Feminazi biasanya terbentuk Karena sudah dapat experience yg sangat parah (relatif)
dia cuma ngikut2 feminis barat yg benci laki2 tapi dia ga nyadar banyak feminis barat yg argumennya terpatahkan, tak berdasar dan hanya mengandalkan emosi.
of all the thing she could learn in the west she choose victimhood
@@blackpunisher2200 atau cuma ikutan2 ideologi woke barat 🙃 kan kita suka latah nganggep budaya barat itu lebih baik... Untuk 30-50 tahun yang lalu mungkin iya, tapi sekarang budaya barat malah jadi backwards juga 😅
Sebetulnya pandangan childfree ini sudah ada sejak lama namun biasanya ranah nya private. Begitu di umumkan secara luas maka akan bertabrakan dengan nilai2 yang ada dalam masyarakat. Dalam ada ketimuran seorang ibu biasanya ditempatkan dalam posisi yang sangat mulia, dihormati dan akan di urus hingga hari tua, sehingga seorang anak akan sangat dinantikan dalam adat ketimuran. Berbeda jauh dengan adat kebaratan, yang menempatkan org tua sebagai objek yg sudah habis ketika masa tua. Oleh karena itu kehadiran seorang anak tidak lah terlalu signifikan
Nah bener , Gs terlalu dalam menyelam adat barat jadi berbelok pola fikirnya .
Menurutku emang person aja sih, di asia juga banyak orang tua yang di terlantar kan anak bahkan di Jepang dulu ada budaya buang orang tua di hutan karena di anggap beban, dan di barat juga mereka punya kehidupan masing masing keliatannya cuek tetapi juga masih peduli satu sama lain jadi gabisa buat di judge secara merata.
@@giornogiovanah5661 tentu tapi adat timur di sini mayoritas. Di sini di dataran timur Asia lah... Kan LBH banyak yang hirarkinya ortu itu LBH di hormati. Bahkan sampai ridho ortu ridho tuhan. Kan itu juga di pahami juga di China. Sampai ada pepatah. Menentang ortu sama saja melawan surga. Di sini konteksnya mayoritas. Bukan keseluruhan
@@zikhrahadi2313 bukan terlalu dalam, tapi belum khatam sebenarnya.
@@denyputrasetyawan7126 bener mas
Thanks for your very insightful video.
Saya sih melihat Gitasav ini seperti orang yang baru melek Feminism 😅 Jadi apa2 diliat dr kacamata Feminism. Seperti jaman saya awal kuliah dulu, apa2 dilihat dr kacamata Sosialisme. But I was in my early 20 tho. Tapi setelah mempelajari dan melihat berbagai perspective, memecahkan masalah dg melihat berbagai perspektif, baru saya sadar betapa shallow-nya kita jika melihat hanya dari satu sisi saja. Balik lagi ke Gitasav, bisa jadi dia pny trauma masa kecil, pengalaman hidup yg membuatnya seperti sekarang, bisa jadi juga lingkungannya memang mendukung ideologinya, dan bisa jadi jg berdasarkan banyak kasus (mungkin pengalaman pribadi jg) dia merasa ditekan oleh masyarakat sbg perempuan harus pny anak dll. Ya, saya bisa mengerti sih. But sorry to say, penyampaiannya immature dan terlihat norak utk individu berusia 30. Tapi ya, usia orang menjadi dewasa dan bijak beda2 sih.
mamaku dari aku kecil selalu pelan2 ngasih tau perbedaan laki2 dan perempuan. baik dari segi biologis, sosial bahkan cara berpikir dasar satu sama lain. jadi aku bisa paham kalo laki2 itu punya peran yang beda dari perempuan. nggak ada yang menindas dan ditindas padahal, karena tetep aja saling butuh satu sama lain. orang2 sekarang banyak yang nggak mau nerima fakta kalo cewek dan cowok emang punya dasar cara berpikir yang beda.
kalo dibilang cewek itu tertindas, sampe sekarang masih bingung di mananya. dibilang termarjinalkan juga nggak. mau dapet pendidikan tinggi sekarang udah bisa, nggak kayak dulu. mau punya jabatan tinggi juga bisa. kalo katanya tetep aja lebih banyak cowok daripada cewek yang jadi atasan... balik lagi, harus mau nerima kenyataan kalo cara "memimpin" cowok dan cewek itu beda. cewek bisa pake logika, tapi tetep bakal lebih banyak pake perasaan. cowok bisa pake perasaan, tapi tetep bakal lebih banyak pake logika.
Nah mantap ,,,,
Feminis2 palsu jaman skrg ga ngerti apa yg diperjuangin yg ada dipikiran mereka laki laki harus tunduk sama perempuan seperti anjing sama majikan nya bukan saling melengkapi layaknya suami istri yg serasi
Kalau di indonesia banyak patriaki dan banyak wanita yg masih ditindas,dr banyak kasus tingginya kdrt aja kelihatan kita gk boleh tutup mata juga banyak wanita blm benar2 aman atau bebas berpendapat
semua pemimpin juga pake perasaan kali. lah penggusuran aja masih dibikinin rusun. pria itu juga manusia, seyogyanya ya punya perasaan. rada horor si kalo manusia memimpin tanpa perasaan, berarti kayak Hitler dong.
@@sunnyandrea5892lah nabi aja udah bilang perbedaan pria dan wanita... Dan terbukti kok wanita berfikir pake perasaan dan laki laki berfikir dengan logika...ingat ya bukan sepenuhnya tp secara dominan jadi masih pake perasaan karna manusia sudah jelas kodratnya punya perasaan baik wanita dan pria
Formula Open Minded:
“People take different roads seeking fulfillment and happiness. Just because they’re not on your road doesn’t mean they’ve gotten lost.”
-Dalai Lama-
But some people are lost and they don't realize it until a certain point where they went quite far
Punya keturunan itu adalah salah satu insting dasar manusia untuk bertahan hidup dan tidak punah. Namun karena perkembangan zaman, manusia modern mulai banyak pertimbangan dari sisi finansial, sosial, psikologis, dll. Pengalaman individu manusia tersebut yang akan mengubah instingnya untuk survive. Contohnya org yg sering melihat kdrt akan mempertimbangkan untuk tidak menikah, org yg banyak melihat susahnya mengasuh anak akan berpikir untuk childfree, org yg melihat punya anak sebagai investasi akan memutuskan nikah muda dan punya banyak anak, dsb. Semua pilihan itu kembali pada individu masing2 dan tidak seharusnya dipaksakan. Tidak ada yg salah dengan pilihan hidup seseorang. Yang salah jika pilihan itu tidak dipertanggungjawabkan. Yg salah adalah org yg mau pny anak tp tidak mau merawat anaknya, org yg mau nikah tp tdk mau berkomitmen atau berkompromi dgn pasangan, dll.
👍👍👍
Saya setuju
1. Menangis walaupun itu adalah reaksi alamiah, tetapi dalam beberapa kasus cenderung dianggap lemah untuk laki laki. Ini terjadi karena kebudayaan yang terbentuk selama ratusan-ribuan tahun lalu menuntut laki laki untuk menjadi pelindung serta makhluk yang kuat guna menyesuaikan kondisi dengan alam. Laki laki yang menangis cenderung dianggap tidak dapat mengelola emosinya sendiri dengan baik dan akan merugikan kelompoknya sendiri ketika berhadapan dengan bahaya yang menuntut mereka harus berfikir logis dan tidak boleh membawa tendensi emosi. (Sudut pandang sosio-evolusi).
2. Main hakim sendiri sejatinya adalah kegagalan dari berbagai macam aspek (masyarakat sampai pemerintahan). Masyarakat yang main hakim sendiri melakukannya karena mereka tidak percaya dengan sistem hukum yang berjalan di suatu negara, serta kegagalan proses berpikir yang membuat mereka tidak mampu berpikir jernih serta terbawa emosi. Sedangkan dari segi pemerintahan bersalah, karena mereka tidak dapat memberikan jaminan hukum yang ideal dan aman terhadap warganya. Hukum yang baik adalah yang dapat memberikan hukuman setimpal terhadap para pelaku kejahatan, dan ini sepertinya tidak tercermin dari hukum yang berlaku di kasus main hakim sendiri.
3. Standar kecantikan dari sudut pandang evolusi dapat dilihat sebagai naluri manusia untuk melanjutkan gen mereka dengan hasil yang terbaik. Manusia yang berfisik ideal (cantik/ganteng) mencerminkan aspek kesehatan yang baik. Ini membuat gen yang diteruskan dapat bertahan hidup lebih lama dan menghasilkan keturunan yang tangguh dengan ancaman alam.
Jelas ada element of truth lah dari kenapa laki-laki dituntut secara umum menjadi pelindung along with its trait.
Sederhananya ini dapat dinilai dari pada masa kecil yang lebih sering nangis adalah perempuan, dimanapun, di saat anak kecil ga terlalu peduli pressure sosial.
.
Maka, jawabannya adalah karena pengaruh hormon. Sesimpel itu. Prolactin banyak ditemuin di perempuan, sedang testosteron di laki.
Kamu punya gelas, ya kamu pake buat minum. Faktor sosial apapun itu kalo ga sejalan dengan faktor biologis, ya nihil.
Sekali lagi ini general rule. Doesnt mean you cant cry.
@@audizul nais info
@@audizul the best!
S2
Kalo cewe2 di indo mah gapeduli perang di ukraina atau rusia , yg penting bagi cewe duit, duit, duit,duit, buat senang2,jalan2, masa bodoh dgn perang2, mau kapal perang kek,pesawat kek, senjata nato lah, senjata rahasia amerika kek, bodo amat bagi cewek2, yg penting bagi cewe adalah duit buat beli make up,baju bagus,tas bagus , sekaligus buat biaya perawatan jembutnya.
Sebenarnya jika berangkat sebagai akademisi atau paling tidak menggunakan nilai-nilai akademis maka sebenarnya sudah terbantu untuk memiliki multi persepektif. Misalnya orang yang kuliah psikologi di situ juga belajar/diajarkan tentang sosiologi dan aspek biologis (psikologi faal salah satunya), maka minimal orang tersebut sudah memiliki 3 persepektif
Persis banget ngebahas kalimat2 gitasav di storynya sama temen. Dan memang dari dulu dia selalu ngebahas soal patriarki seolah punya trauma atas patriarki tersebut. Mungkin kalau soal child free ini bisa dijelaskan dengan mudah dari kacamata biologis, bisa juga dijelaskan dengan mudah dari kacamata agama, seperti yang dilakukan kebanyakan orang Indonesia. Mengenai kodrat perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Perempuan melahirkan dan laki-laki menafkahi. Dalam banyak kasus mungkin pada akhirnya terjadi ketidakadilan pada perempuan karena laki-laki bertindak terlalu jauh sebagai kepala rumah tangga. Tapi itu tidak berarti perempuan yang bahagia dengan melahirkan dan membesarkan anak adalah orang yang tunduk dan bersedia diinjak laki-laki seolah posisinya lebih rendah. Tampaknya gita memandang bahwa patriarki ini sangat mengekang karena pada akhirnya posisi perempuan selalu lebih rendah dari laki-laki karena kodratnya. Padahal nggak begitu jadinya kalau laki-laki sebagai kepala rumah tangga menjalankan perannya dengan baik dan melindungi perempuan yang mengemban tugas berat untuk melahirkan dan membesarkan anak.
Anyway, good point soal perspektif dan contoh-contoh simple yang kita bisa ambil pelajaran 🙏
Lalu kemana rasa sabar dan syukur itu pergi?
gw udah tau lama gitsav berpaham liberal tapi sekarang2 aja frontal. Berhijab belum berarti baik dalam beragama dan tentu saja Islam tidak sejalan dg liberal modern.
Exactly. Abso fuck*ng lutely. Seakan-akan orang yang mau menjadi perempuan tradisional, yang bahagia dengan rolenya sebagai ibu dari beberapa anak MERUPAKAN Korban patriarki.
emang patriarki itu sesuatu yang benar menurut kalian?
kalo jadi ibu rumah tangga, mengurus rumah sendirian, menjamu suami sepenuh hati, mengurus anak penuh termasuk sesuatu yang membahagiakan, ya lanjutkan.
manusia hidup kan emang ingin mengejar kebahagian versi mereka.
dengan patriarki, kalian bisa menerima kebebasan, ya lanjutkan, bisa ke mall, ke pasar, ke manapun yang kalian mau tanpa banyak larangan.
dengan patriarki, kalian bebas secara finansial, ya layak kalian lanjutkan si menurutku.
@@sunnyandrea5892 patriaki itu menempatkan laki-laki sebagai penguasa tunggal di dalam rumah tangga. Di Islam ga ada yg begituan, makanya orang barat sekarang lagi perang gender padahal di Islam udah jelas suami dan istri ada tugasnya. Dunia perlu Islam bukan feminis.
Dalam Islam, peran seorang suami penting, karena dia bertanggung jawab untuk mengurus dan menafkahi keluarganya. Berikut adalah beberapa peran dan tanggung jawab utama seorang suami dalam Islam:
1. Penyedia: Adalah tanggung jawab suami untuk menafkahi istri dan anak-anaknya secara finansial. Dia harus memastikan bahwa keluarganya memiliki semua kebutuhan dasar hidup, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
2. Pelindung: Seorang suami bertanggung jawab untuk melindungi keluarganya, baik secara fisik maupun emosional. Dia harus memastikan bahwa istri dan anak-anaknya aman dari bahaya dan kesejahteraan emosional mereka dijaga.
3. Pendamping: Seorang suami juga merupakan pendamping bagi istrinya. Dia harus menghabiskan waktu berkualitas bersamanya dan memberinya dukungan emosional saat dibutuhkan.
4. Pemimpin: Seorang suami dianggap sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab memimpin keluarganya ke arah yang benar. Dia harus membuat keputusan penting dengan berkonsultasi dengan istrinya dan meminta pendapatnya tentang hal-hal yang mempengaruhi keluarga.
5. Pendidik: Seorang suami juga bertanggung jawab untuk mendidik keluarganya tentang Islam dan membekali mereka dengan pengetahuan Islam. Dia harus memastikan bahwa keluarganya dibesarkan sesuai dengan prinsip dan nilai Islam.
6. Perawat: Seorang suami juga harus merawat istri dan anak-anaknya ketika mereka sakit atau membutuhkan perawatan. Dia harus bersedia membantu keluarganya dengan cara apa pun yang memungkinkan dan menjadi suami dan ayah yang penuh kasih dan perhatian.
Secara keseluruhan, peran seorang suami dalam Islam merupakan salah satu tanggung jawab yang besar dan penting. Ia diharapkan menjadi pasangan yang peduli, penuh kasih, dan bertanggung jawab yang menafkahi dan melindungi keluarganya, sekaligus menjadi pemimpin, pendamping, dan pendidik yang baik.
Dalam Islam, seorang istri memiliki berbagai peran dan tanggung jawab terhadap suaminya, keluarga, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa peran utama seorang istri dalam Islam:
1. Pendamping dan Pendukung: Istri adalah pendamping dan pendukung suaminya. Dia adalah pasangan hidupnya dan diharapkan memberikan dukungan emosional, moral, dan fisik kepada suaminya dalam semua aspek kehidupan.
2. Pemelihara Rumah: Istri bertanggung jawab memelihara rumah dan menciptakan lingkungan yang damai dan nyaman bagi keluarga. Dia diharapkan untuk mengelola pekerjaan rumah tangga, mengurus anak-anak, dan menyiapkan makanan untuk keluarga.
3. Pelindung Kehormatan Keluarga: Istri bertanggung jawab menjaga kehormatan dan nama baik keluarga. Dia diharapkan untuk menjaga kesopanan dan kesopanan dalam perilaku dan pakaiannya, dan untuk menghindari tindakan yang dapat membawa malu atau tidak menghormati keluarga.
4. Pendidik Anak: Istri memegang peranan penting dalam pendidikan dan pengasuhan anak. Dia bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai dan ajaran Islam di dalamnya, dan memberikan mereka pendidikan moral dan agama yang baik.
5. Penasehat: Istri adalah penasehat dan penasehat bagi suaminya. Dia diharapkan untuk memberikan nasihat yang bijak dan bijaksana kepada suaminya tentang berbagai hal, dan membantunya membuat keputusan penting dalam hidup.
6. Pelindung Hak Pasangan: Istri bertanggung jawab untuk melindungi hak suaminya serta haknya sendiri. Dia tidak boleh mengungkapkan rahasia suami dan menghormati martabat dan privasinya.
Secara keseluruhan, seorang istri dalam Islam memiliki peran penting dalam kehidupan suaminya, keluarga, dan masyarakat. Dia diharapkan untuk memenuhi peran ini dengan cinta, kasih sayang, dan pengabdian.
Gw sebagai perempuan capek ya kami selalu dibawa2 dalam setiap protes oleh segelintir perempuan untuk isu yg merupakan urusan pribadi mereka. Daripada protes harusnya diskusi sama pasangan. Protes nggak menghasilkan solusi. Setiap perempuan itu beda2 tujuan, cara berpikir, dan seleranya. Kalo anda mau b atau a atau c silahkan nggak usah membela argumen dg bawa2 perempuan lain padahal intinya cuma mau membenarkan keputusan anda dalam kehidupan pribadi. Yg bikin runyam adalah ketika satu orang mencari dukungan untuk pendapat pribadinya, menjadikan orang banyak sebagai alasan untuk membenarkan opininya. Padahal nggak ada yg mempermasalahkan childfree, palingan tante2 sekitar rumah doang, itupun bisa dicuekin aja. Perkataan mereka nggak signifikan buat hidup kita. Nggak perlu merasa harus memulai gerakan abcd untuk membenarkan situasi kamu. Jalani ajalah hidup tanpa harus membuktikan, memjustifikasi, dan semacamnya.
Setan aja nyari temen dari golongan manusia untuk bisa masuk ke neraka bareng-bareng sama si setan.
Harus di pinned nih komen
Maaf aku ga paham dengan komenan ini, ada yang bisa jelasin dia komentar buat video ini atau buat gitasav?
@@alimahfud9004 komen ini buat gitsav
Sama sis... Aku jg capek dg gerakan perempuan abcd. Terserah dan senyaman tiap individu masing2 dong. Kalo ada yg childfree yasudah, itu keputusannya dg pasangannya. Ada yg pengen pny anak banyak ya monggo. Ada yg milih jd wanita karir, irt, terserah masing2. Jgn saling merendahkan. Capeeek bgt sih
Sebelum menikah saya hanya ingin punya anak satu karena takut repot dan kebebasan akan terganggu. Tetapi setelah punya anak satu dan mengasuh sendiri, ada kebahagian tersendiri. Akhirnya ketika umur 39 tahun saya telah melahirkan empat orang anak. Dan saya merasakan kebahagian yang tidak pernah saya bayangkan ketika saya masih gadis.
26:08
Bagaimana dan mengapa standard kecantikan terbentuk atau di bentuk?
Perspektif 1
Bahwa manusia itu mengasosiasikan kecantikan dengan citra positif. Seperti anggun, mempesona, menawan, pintar, dll. masyarakat standar cantik itu membedakan muka yg biasa biasa dengan muka cantik.
Perspektif 2
Karena film atau tokoh masyarakat itu rata rata cantik. Tokoh Film menunjukkan bahwa yg layak untuk jadi karakter di film yaitu "orang orang cantik" sehingga pada saat kita menonton, bisa jadi kita merasa iri atau berbeda dengan wajah kita yg biasa biasa.
Perspektif 3
Karena orang cantik lebih enak aja dilihat atau dipandang. Kita bisa lebih betah melihat orang cantik (biasanya senyum senyum sendiri wkwk) daripada tampang orang biasa saja.
Oh iya, disini aku berpandangan bahwa manusia itu ada yg jelek, biasa saja, dan cantik/ganteng ya. Jadi aku tidak setuju bahwa manusia itu semuanya ganteng/cantik.
Kalo semua ganteng/cantik, untuk apa ada skincare wkwkw
1. Kembali ke konsep patriarki tadi, laki laki dilarang menangis karena dianggap lemah, rapuh, dan rentan, laki laki dituntut harus lebih kuat dan tegar dalam menghadapi sitkon apapun, laki laki kl menangis dia akan disudutkan oleh lingkungan tempat tinggalnya
2. Main hakim sendiri dilakukan masyarakat karena sudah drop dan rendahnya kepercayaan akan sistem dan implementasi hukum di negeri ini, apalagi dengan maraknya suap yg bisa sangat meringankan tersangka dan ditambah remisi juga, belum lagi kasus yg sudah dilaporkan, dibuat berita acaranya namun hanya sampai di situ saja, tidak diproses lebih lanjut, dan juga memberikan contoh secara langsung dan nyata kepada masyarakat sekitar ataupun yg melihat aksi tersebut, bahwa jika kalian melakukan hal yg sama, maka hal itupun akan terjadi, sebagain peringatan keras tanpa kompromi
3.Standar kecantikan jelas terbentuk, banyak budaya yg punya standarisasi kecantikannya sendiri, bisa dilihat di budaya di negara macam Thailand dan negara-negara di Afrika yg standarisasi nya jelas berbeda dengan yg ada di Amerika dan Eropa, sifatnya lebih subjektif
Feminisme sering bias dengan pemikiran nya sendiri karena basis feminisme lebih condong pada sikap emosional yang jauh dari sikap rasional. Selama mereka tidak lintas batas dalam berbagai pandangan mereka justru terjebak hanya dalam satu perspektif. Dan apa yang dijelaskan bang Hasan sudah cukup membuka pikiran terutama pikiran feminisme.
ide yang muncul dari sifat emosional dan bukan berpikir mendalam apalagi cemerlang begini akhirnya.
Feminis feminis tai kucing ini pada akhirnya cuma pengen cari validasi doang bro bahwa cewe lebih superior dari cowo itu doang, padahal jaman makin modern cowo dan cewe pun setara kok haknya ya kan, malah kaum mereka ini yg takutan
feminis sering kali merasa dirinya udah rasional. tapi balik lagi faktor biologis yang gak bisa dihindari bahwa cara berpikir perempuan memang akan selalu didominasi perasaannya
Kalau mereka pada nggak mau punya anak juga gpp. Hitung2 ngurangi orang gila macam mereka
Kalo feminis bisa membuka pikirannya maka dia tidak akan jd feminis lagi .
Melihat fenomena isu "childfree", ijinkan saya menuliskan pandangan saya. Saya sudah merasakan sendiri seperti apa merawat dan membesarkan anak. Jadi menurut pemikiran saya, menikah dan punya anak adalah keputusan besar. Jika hanya menikah saja, kehidupan belum begitu berubah. Tapi ketika punya anak, kehidupan sudah berubah. Dunia udah gak sama lagi. Membesarkan anak itu butuh kesiapan mental dan finansial. Sekali lagi, KESIAPAN MENTAL DAN FINANSIAL. Itulah kenapa BABY BLUES itu nyata. Dan anak tidak minta dilahirkan. Kalau anak lahir, anak berhak untuk bahagia. Kalau mau hidup susah, ya susah aja sendiri jangan bawa-bawa anak. Anak tidak tahu apa-apa. Jadi buatku, childfree itu keputusan bijak, jika sekiranya tidak siap punya anak. Menikah dan punya anak adalah dua hal besar yang masing-masing perlu persiapan. Itu bukan mainan untuk anak kecil yang belum dewasa.
Dari pemikiran itu saya juga seringkali melihat perbedaan pandangan mengenai pemahaman agama, termasuk urusan pernikahan yang diyakini juga dalam rangka ibadah. Saya beberapa kali mendengar orang mengucapkan "menikah dengan niat ibadah", tapi pada perjalanannya ketika ketidaksiapannya menjadikan anak dan istri terlantar menjadikan saya kembali bertanya "letak ibadahnya dimana? "
Makin kesini saya makin meyakini bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai agama harus disertai dengan kemampuan penalaran yang bagus karena beresiko salah arah jika kemampuan penalaran tidak seimbang dengan beratnya nilai materi keagamaan yang sedang dipelajari.
Contoh, pelajaran tentang "adab dan tata cara berwudhu" yang berfokus pada konsep kebersihan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami dengan level penalaran yang sederhana jika dibandingkan dengan konsep dan materi tentang "ilmu ikhlas" yang penalaran dan pemahamannya lebih berat karena sudah masuk ranah filsafat.
Jika berbicara "menikah adalah ibadah", bagi saya itu baru sebatas judul dan konsep yang dalam penjabarannya masih akan butuh ratusan dan bahkan mungkin ribuan jam untuk membahasnya secara detail karena terkait dengan hidup mati dan nasib manusia.
Dan akhirnya saya sekarang berkesimpulan, untuk diri saya pribadi,
"Jika ego dan kebodohankuku dalam memahami agama membuatku menyakiti hati orang lain, maka lebih baik aku tidak beragama. Jika aku memutuskan memeluk agama, maka aku juga harus memperhatikan sesama."
Lbh baik anda tdk beragama kl begitu
@@wahidbenjamaalwahid3317 bagaimana pandangan anda mengenai poligami? Jangan bilang tidak ada hubungannya. Ini terkait pernikahan juga.
Berarti anda nyesel punya anak. Astaghfirullah istighfar bu
@@udinnews2172 berarti anda tidak bisa mencerna tulisan saya. Astaghfirullah bu. Saya ini laki-laki
@@alfatahyasin7383 Lain kali tulisannya ngga usah terlalu panjang, Bang. Tau sendiri lah minimnya literasi dan kualitas SDM Wakanda dalam memahami suatu tulisan. 😅😂
Aku belum nonton video ka Cania yang bahas soal ini juga, tetapi dari video mas Hasan sudah ngasih gambaran bahwa "memandang pendapat/klaim seseorang tidak selalu menggunakan satu kacamata." Ini membuat aku lebih selektif lagi dalam beropini atau membantah opini seseorang. Thanks banget ka Hasan. Next minta tolong buat video cara beropini dengan bijak dan cerdas dong ka Hasan.. terima kasih 🙏
Boleh dilirik juga kalo berkenan bahasan santai dari perspektif bang Pandji di Noice
Kalo ada waktu gk ada salahnya dengerin pendapat dari berbagai konten kreator, itung2 nambah ilmu
Coba deh kak nonton videonya Cania
@@Malyspace udah ko 😃
At the end of the day, I think, what we believe has to do with our personal interpertation of our personal life experience... It is really really hard to be objective. I think everything is pretty much subjective. Thus, what we can do is respecting other's perspective...
My sister and her husband desperately wanting to have a child and been trying since 10 years ago. To be honest, it is mentally and financially exhausting. Even so, no one in our family tell them to give up.
My friend in college was raped and had abortion. She married another person and decided not to have a child. No one in her family, nor her husband, push her to have children. As a friend, I also never question her decision or try to change her mind.
I am not my sister. I am not my friend. I can never walk in their shoes. What I can do is just being respectful, and wish the best for them.
say it louder mbak. im stand with u
good, now imagine someday your friend tell you that having a kid is a bad decision. that's what gitasav did
setujuuu... yg jadi masalah dikasusnya mba gitasav adalah mba gita dan netizen sama2 gampang ke trigger dan ga sensitive/ga punya empati dengan komen2 yg dibuat masing2. makanya heboh begini. jadi lingkaran setan aja.
tapi saya juga ttp setuju sm video ini, kalau mau lihat masalah yang paling bener ya lihat dr segala sisi. kalau cuma dr satu sisi jadi gampang berprasangka buruk. ga perihal kasus ini aja, ya semua hal. mulai dari polarisasi politik sampai mungkin perihal saudara pergi haji tp kok saya sendiri ga dikasih oleh2.
Point we got to remember is : You will congregate will the likes of you. I mean if your friend decided to childfree, that means your buddy "contaminated" With other people who make her take that decision...
Tiap manusia harus melihat dari berbagai sudut pandang. Agar tau rasa tenggang rasa. Tapi kita juga harus bertanggung jawab atas tindakan dan ucapan yang kita keluarkan. Dan semua yang kita bingungkan antara baik dan benar hanya bisa kembali ke Allah dan berpegang pada Al-quran sebagai pedoman kita.
Open minded bagi sebagian orang saat ini adalah seperti kacamata kuda dan merasa dirinya benar
Terimakasih ilmunya bang!! 😎👍 Good content
Ya termasuk kita
Bener, mungkin kita sendiri pun ga sadar krn mgnkn isi kepala kita msh didominasi dng perspektif negatif/sempit.. yok krn kita sudah sadar akan pentingnya persepsi yg baik dng cara pandang yg luas dan positif thdp sesuatu, maka insyaallah akan lebih mudah open minded dng positif dan ekologis
Yap Se7
gw rasa si gita itu uda sangat menikmati perannya sebagai villain/antagonis disini.... jd gini nih, ibarat lu punya temen pergaulan yg dimusuhin trus disebut pelakor... nah dia nih daripada berpura2, ngelawan ato gmana, dia lebi milih menikmati perannya, lebih memilih membakar smuanya, dibanding menjelaskan/pembelaan tentang diri dia
Sepertinya iya, jadi seru sendiri dia, gw lagi bayangin dia ngetawain orang2 yg diserang pakai komentar kasar, gw pernah tipis2 di posisi itu, tapi gak lama, krn gw sadar orang level apa yg gw serang, gak worth it
Berarti memang ada kelainan mental
Terlanjur viral, nanti kalau berubah fikiran bakal malu sendiri. Intinya sudah kepalang basah.
Drama queen?
Emang bener sih dia bagusnya dicuekin aja
1. laki-laki dilarang nangis, dari perspektif psikologi evolusi: karena di zaman perburuan, di saat laki-laki melawan mamoth lalu dia nangis ya mati, dan keluarga yg nunggu hasil buruan jadi pusing.
Jika kita kembali ke zaman perang seperti dulu, mungkin kebenaran akan semakin jelas terlihat, perdebatan antara feminis dan lawan-lawannya akan... (entahlah).
Saya hidup lama diluar negeri Amerika, Eropah, dan Jepang. Sewaktu saya masih muda, saya ingin sekali punya istri orang Indonesia. Dua kali saya trying to date Indonesian sewaktu di Eropah, tapi sewaktu sewaktu first date, mereka memilih restoran yang paling mahal, kemudian akhirnya saya pacaran dengan orang Jepang, first date saya di Burger King, what a difference. Sifat wanita Indonesia di luar negeri terlalu matre, nobody will try to date with Indonesian women. I am not upset, but sifat matre masih mendarah daging di kebudayaan kita. Sekarang wanita2 bule Amerika dan Eropah telah dipengaruhi oleh feminisme, dan menambah kesukaran pada cowok2 untuk dapat istri yang tradisionel. Thanks for your video, GBU.
Apapun pilihan perempuan dalam hidupnya, baik menjadi ibu atau tidak harusnya dibarengi dengan keputusan disusul kesiapan yang selaras dgn apa yg sudah menjadi keputusan. Kita masing2 punya panggilan dalam hidup ini. Tergantung apa tujuan kita. Ga jadi ibu ga masalah, kalau memang bukan pilihan hidup. Menjadi ibu ga masalah, jangan lupa dengan persiapan dan tanggung jawab yg matang. Kalau mau jadi gadis seumur hidup pun itu juga sebuah pilihan bijak. Yg terpenting adalah hidup kita otoritas kita pribadi. Jangan biarkan orang lain menyetir hidup kita, karna bahagia itu diri kita sendiri yg rasakan, bahagia harus karena diri sendiri bukan karena orang lain.
mau ngejawab persoalan pertama :)
karena dikebanyakan struktur sosial, laki² itu didoktrin untuk harus mempunyai jiwa maskulin, oleh sebab itu laki² dipaksa untuk tidak boleh menangis, curhat, dan hal² sebagainya yang bisa menunjukkan kelemahannya *dalam sisi psikis", berbeda dengan wanita yang didoktrin untuk menjadi feminim dikebanyakan struktur sosial
Doktrin? Wkkwk di jaman purba udh ada doktrin?
@@deonist8047 semakin kesini struktur sosial semakin berkembang dan berubah. Dan iya memang ada
@@teguh71336 bagi gua itu bukan doktrin tapi lebih ke biological behavior kalo lelaki punya sifat maskulin bukan karna doktrin karna sejak dulu laki2 sudah maskulin dengan sendirinya sebaliknya perempuan menjadi feminis karna laki2 tidak bisa menyusui dan perempuan bisa secara langsung itu yang membuat perempuan bersifat penyayang dan keibuan bukan karna doktrin, hewan pun ga di doktrin tpi lebih ke biological behavior kita bisa ambil contoh dari hewan karna hewan gapunya akal dan pikiranya ga bisa di hasut beda dengan manusia yang bisa di doktrin atau di hasut seperti pria berpenampilan wanita atau berkelakuan seperti wanita dari jaman purba juga laki2 udah strong
Mertua gw kaget pas pertama nonton drama Korea pemeran cowoknya nangis krn cinta, krn beliau selama ini nonton drama China blm pernah nemu laki2 nangis krn cinta 😂😂😂
aku suka banget sama pendapat evolutionary psychology!!! jarang dibahas padahal itu menurut aku paling fundamental sih hahaa soalnya it's in our blood dan itu bikin semuanya lebih rasional
Intinya apapun pilihan Gita Savitri Devi dan ideologisnya kita tidak berhak untuk memaksa dia, tapi jika kita memiliki pendapat yang berbeda dengan dia kita harus menyampaikan dengan baik beserta Alasan2 yang valid dan kuat
kita jangan sampai terjebak dalam Dunning-Kruger Effect
Intinya apa yg udah dimuntahin di internet sekalinya viral, ada dampak dan resikonya, kalo udah terlanjur ga perlu dipersalahkan si A atau si B, fokus benerin diri sendiri aja udah... Berguru kehidupan jangan dari content creator, dari kitab suci agama masing2 dan nabi2 , belajar agama buat nuntun jalan hidup masing2 dan membawa positif vibes buat orang Lain, bukan buat memaksakan kebenaran versi kita di orang lain
Kereeen pembahasannya 😍
Banyak sudut pandang dalam melihat sesuatu, dan terkadang kita cenderung fokus ke salah satu sudut pandang saja (mungkin karena kita sering terpapar dengan sudut pandang tsb atau kurang melihat gambaran besar masalahnya).
Sesimple cranky karena lapar. Ada pengalaman seorang anak laki-laki kelas 1 SD yang mudah emosi dan mood swing di kelas, guru mungkin akan cenderung melihat dari sisi parenting, "Mungkin ada masalah di rumah", "Orang tuanya mungkin salah asuh" atau hal lainnya, padahal bisa jadi dia seperti itu karena lapar 😁. Selesai makan, selesai masalah.
Wah, terima kasih Pak Hasan.
Klo saya paling relate di pertanyaan pertama. Kenapa laki² gk boleh menangis. Mungkin biar keliatan maskulinnya, kejantanannya, emosional yg tinggi, dll. Kalaupun laki² itu menangis, pastinya dianggap lemah oleh masyarakat.
Contoh kasusnya saya sendiri. Saya emang kadang suka nangis. Kalaupun saya berada di lingkungan seperti kampus, organisasi, atau dimanapun, itupun saya sebisa mungkin menahannya agar tidak loss nangisnya (biar pada gk tau klo saya nangis) Meskipun itu terasa baper, terharu, terbawa suasana, maupun hati tersentuh sampek keluar air mata.
Sekuat²nya, se gentle²nya, setangguh²nya, se maskulinnya cowok, bakalan nangis juga. Toh itu sifat alamiah manusia juga.
Sama halnya seperti sekelompok tawanan gangster, klitih (sebutan negatif warga Jogja), dan sejenisnya.
Di jalanan mereka pemberani, sok jagoan. Tapi pas diinterogasi/dibentak² sama polisi, langsung keok, nangis histeris menjerit².
semangat bang, mungkin nangisnya coba ke tempat yg sepi/private kek kamar mandi kampus gitu2
siapapun kalau motong bawang merah / brambang juga bisa nangis kok 😂
Aku jujur sempat berpikir tidak mau punya anak dan menikah, why? Inilah pilihan ku. Awalnya aku berfikir seperti itu. Tapi makin kesini makin ketemu banyak orang dan ngelihat bagaimana itu menikah, bagaimana bahagianya seorang ibu tersenyum dipagi hari saat menggendong anaknya. Fikiran aku mulai sedikit berubah, aku sadar ada yang beda dengan diriku dan perempuan lainnya. Yaa trauma masa kecilku yang naasnya belum bisa aku sembuhkan. Aku dibesarkan dengan orang tua tunggal yaitu ibu aku, yang pahitnya terus mengalami kegagalan pernikahan (ibu aku nggak pernah cerita masalah ini tapi orang disekitar kami yang ngasih tau aku) disitu rasa ketidakpercayaan aku atas lelaki muncul dari SMP aku udah nggak respect tentang pernikahan, anak kecil yang beranjak remaja sudah bisa berfikir seperti itu, dan selalu ingat tentang masa kecil ku yang hidup selalu iri dengan anak anak lain "ngerasain di jemput ayah, dipeluk ayah, atau bahkan dimarahin ayah" adalah hal yang ingin aku lakukan. Btw mamahku nikah lagi, tapi ya pernikahan mereka atas permintaan keluarga. Mereka ngejalanin nya sekedar tanggung jawab atas pernikahan dan kami, tanpa adanya cinta. Apakah aku yang sudah memiliki ayah bisa ngerasain itu seperti anak lain? Tidak, selain di marahin aku selalu dituntut untuk ngelakuin pekerjaan bersih bersih, tanpa perdulikan masa main main ku. Setiap mau bermain sama teman ayahku selalu marah dan bilang "Malas banget sihh, main aja udah sana bersih bersih". Main nggak sampai 30 menit udah dijemput dan dimarahin. Hal ini yang buat aku berfikir "daripada aku nikah terus punya anak, tau nya suami aku nggak bisa bahagiakan kami mending nggak usah". Dulu berfikir mau nikah tapi nggak mau punya anak, tapi nggak mungkin ada cowok yang mau dengan komitmen ku seperti itu, ada mungkin tapi sulit carinya wkwk. Yaudah berfikiran untuk tidak menikah karena hal ini lah alasan aku nggak pernah mau perdulikan yang namanya penampilan, bahkan sampai obesitas hehehe, rasa ketidakpercayaan percayaan diri aku bukan karena penampilan tapi takut untuk menjalin hubungan. Sekarang aku kuliah, aku paham ada yang salah sama aku, dan yaahhh aku diem diem tanpa sepengetahuan keluarga aku, memilih untuk konseling ke psikiater. Berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri. Untuk ayah kandungku, aku nggak tau apa yang kamu fikirkan saat tinggalin aku dan mamah ku disaat aku umur 10 bulan, tapi ayah apa pernah ayah tau kalau anakmu ini terluka parah? Ayah adalah patah hati terhebatku sebagai perempuan bahkan disaat aku belum paham dan bisa ngerasain apa itu Cinta Yah.
🥲
Masya Allah kakak hebat bisa melalui semuanya sampai sekarang. Semoga jalan kakak untuk berdamai dengan diri sendiri dilancarkan dan berakhir happy ending dengan seorang "prince" yang sangat sayang dan memahami Kakak. Semangat selalu ya kak🥰❤️
Waow, what a story. Semangat berjuang terus demi keadilan dirimu mbak🤝
Memahami banyak hal itu menurut saya sangat menyenangkan. Dan sangat bagus untuk memperkaya prespektif, melatih objektifitas dalam mencerna sesuatu serta membuat kita less judging.
Dan output action nya adalah wisdom.
Dan...mengerti, memahami & mendukung itu 3 hal yg berbeda.
Terima kasih mas hasan atas ilmunya yang bisa saya dapatkan secara gratis 🙏
Hei thankyou very much for your support! Appreciate it so much.
Bang hasan secara gk langsung mengajarkan ku untuk belajar seperti polymath, belajar ttg suatu topik dari berbagai perspektif keilmuan. Makasih bang.
1. laki-laki dipandang sebagai manusia pelindung atau manusia yang kuat, sedangkan menangis dianggap menunjukkan sisi seorang manusia dimana mereka 'lemah'. jadi kebanyakan struktur sosial menganggap laki-laki tidak boleh menangis karena kuat dan lemah tidak bisa dijalankan secara bersamaan.
kenapa di Indonesia tingkat hakim sendiri masyarakat pada pelaku kriminalitas tinggi?
-bisa jadi karena hukum yang lemah/ polisi tidak sigap/turun tangan
-bisa jadi karena tingkat kepercayaan terhadap hukum yang rendah
-bisa jadi karena merasa hukuman dari hukum terlalu ringan untuk kasus kejahatan tertentu
-mungkin karena orangnya bar-bar
-bisa jadi karena amarah/kepedulian terhadap orang yang dikenal
-bisa jadi ada orang psikopat(yang suka melakukan kekerasan atau yang senang melihat orang disiksa), yang ikut mengambil kesempatan dalam hal tersebut.
-bisa jadi karena pelampiasan
-bisa jadi karena kebiasaan/sudah membudaya(kaarena di jaman dahulu sebelum hukum mampu mengatasi permasalahan sosial mereka harus dan sudah begitu)
3. Standar kecantikan terbentuk dari kurangnya kesadaran masyarakat akan value utama seorang manusia. Kurangnya penghargaan atas akal dan akhlak menyebabkan manusia diperlakukan menurut tingkat keindahan fisiknya. Orang yang cantik/ganteng mendapatkan perlakuan dan opportunity yang lebih baik sehingga terbentuk persepsi bahwa keindahan fisik merupakan faktor penting kesuksesan. Persepsi tersebut berkembang dan menjadi mindset yang menuntun manusia untuk memiliki standar kecantikan dengan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitarnya. Contoh tersebut merujuk pada selera dan ciri khas masing-masing daerah/negara yang bisa saja berbeda antara satu dengan lainnya. Maka muncul lah standar kecantikan yang menuntut manusia untuk memenuhinya agar bisa mendapatkan opportunity terbaik di masyarakat.
Izin menjawab Pak Dosen🙏🏻
Standard kecantikan itu terbentuk dari persepsi menarik atau tidak menarik, yang terikat hukum evolusi.
Berawal dari sebuah mekanisme biologis (mutasi/kombinasi), kemudian setelah melewati seleksi dari lingkungan, muncul selection pressure dari lingkungan yang membuat (orang yang dianggap tidak menarik) akan tereliminasi dan menyisakan (orang yang dianggap menarik)
kemudian, organisme seksual akan kawin dan menurunkan gen-gennya. disinilah terjadi seleksi seksual. organisme yang tidak dikawini akan terseleksi dan tidak menurunkan gen-gennya.
Dalam berkawin, setiap individu memiliki hak untuk memilih pasangan sesuai seleranya, dan seleranya akan dihadapkan pada seleksi alam.
Laki-laki menyeleksi perempuan untuk dikawini, sedangkan perempuan menyeleksi perempuan lainnya untuk dieliminasi. Dari sini, tentu membuat standar kecantikan berbeda menurut pandangan perempuan dan laki-laki.
Kalo di Indonesia, kulit putih itu dianggap lebih cantik, karena kita di negara tropis yang kulit orangnya cenderung sawo matang, jadi memiliki kulit putih itu agak jarang dan mungkin akan dianggap (berbeda) seperti ras kulit putih yang ada di negara beriklim dingin😂 (mungkin karena itu, banyak cewe-cewe yang bela-belain beli krim yang mengandung merkuri cuma demi putih🥲)
Terus, kalo sekarang itu lagi trend masalah Body Positivity (kebalikan dari beauty standards, cenderung menentang) menurut gerakan sosial ini "gapapa badan gendut, tetep cantik" (padahal udah bisa disebut obesitas😭)
"gapapa badan kurus, yang penting bahagia", "gapapa jerawatan, self love"😭
saya jadi curiga Body positivity ujung2nya hanyalah justifikasi obesitas yg disponsori fast food companies🙏🏻🙃
atau bisa juga jadi bahan untuk marketing brand-brand skincare/makeup hehehe
kalo menurut Pak Hasan, gimana Pak?😅
This is a very well written thoughts.
Klo aku boleh nambahin, coba latih lagi untuk melihat dari lebih banyak perspektif, contohnya pada beauty standard di indonesia misal kulit putih diidentikkan dengan good-looking, kita bisa melihat dari sudut pandang sejarah juga, dimana sbg negara yg pernah mengalami kolonialisme, generasi2 di atas kita terbiasa melihat orang Belanda sebagai “bangsawan” dan berbagai label status tinggi lainnya untuk orang-orang caucasian (org kulit putih), sehingga itu jg memengaruhi masyarakat kita untuk meletakkan mereka sebagai pribadi / ras yg lebih unggul, dan itu diturun-menurunkan generasi ke generasi.
Di sisi lain, dari sudut pandang kelas sosial, orang dari status sosial atas tidak banyak menghabiskan waktu bekerja dibawah terik matahari seperti masyarakat kelas pekerja / buruh, sehingga, kulit yg lebih terang (krn tidak terlalu sering terekspos matahari) dianggap sebagai kaum elit, dan kekayaan mereka yg membuat kita mengasosiasikan kulit putih dengan beauty.
informative
@@hasanaskari7
Thank you Pak Dosen for the compliment, but I don't deserve it🙏🏻
Berarti selain dari sudut pandang evolusi, kita juga bisa melihat beauty standards dari perspektif histori ya, Pak. Saya jadi berpikir, sepertinya penjajahan Belanda juga ada kaitannya dg model pakaian dan gaya rambut Eropa yang diadopsi oleh orang indonesia pada zamannya, terutama oleh wanita kelas atas yang ingin menunjukkan status sosial mereka.
Betul kata Pak Dosen, sepertinya saya harus terus belajar untuk melihat isu ini (dan isu-isu lain) dari lebih banyak perspektif lagi.
Thank you buat responnya, Pak Dosen🙏🏻
Keep up the great work and continue creating amazing content like this. Your content is definitely worth millions of viewers✨✨💯
Body positivity sering disalahartikan sebagai menerima diri apa adanya tanpa ada usaha berubah ke arah yg lebih baik. Menurutku, body positivity itu artinya kita harus tetap percaya diri walaupun secara penampilan kita tidak menarik, meskipun begitu kita tetap harus berusaha untuk jadi lebih baik karena berubah itu butuh proses, misalnya orang obesitas, masa dia harus mengurung diri sampai dia langsing? Yang mana kita tahu bahwa proses dari gemuk menjadi langsing itu butuh waktu berbulan2 bahkan bertahun2.
@@eviii6541 menurut saya standar kecantikan itu tidak ada. yg ada tergantung bentuk wajah.
Saya setuju bngt ttg kita harus membuka hati dan pikiran kita untuk memahami ttg banyak hal dari berbagai perspektif, krn ilmu ini sangattt dibutuhkan dalam berkeluarga, hubngan dgn pasangan, parenting, ke orang tua dan berteman, alangkah lebih mudahnya dan gampang mendapatkan kebahagiaan jika kita paham ini semua.. dan saya menikmati hidup dengan cara memandang semua masalah dan kenyataan hidup dari bbrpa sudut yg saya anggap cocok,mudah, halal, sesuai tuntunan agama saya, dan bersepakat dengan pasangan bahwa kita mau melakukan upaya2 melihat semua dari berbagai macam perspektif yg tepat, kami bahagia dan nyaman,❤
GITASAV : Human is Complex Creature
also GITASAV : You Are Patriarchist
Ironis
opininya mentok ke patriarki, sama kek ormas yg kalo didebat nuduhnya wahabi
Average who claim open minded 🤣
@@nurkholis6975 HAHAHAHhahHHhH
entah kenapa gua merasa kata "patriarki" itu semacam illuminati atau freemason bagi feminis
Memang benar dalam hidup ini ada faktor nature dan nurture ..ada faktor alami (seperti gen, bahkan perempuan punya rahim dan laki2 dg testis untuk memproduksi sperma, hormon2 yg berbeda, dll faktor internalnya) dan faktor bentukan/lingkungan seperti sistem/peraturan hidup, budaya, nilai2 (value dan mindset)dan tidak ada salahnya dengan faktor2 itu, bahkan untuk faktor nurture (bentukan/binaan) untuk membentuk peran dan fungsi, bahkan bagi orang2 yang beriman, misal bagi seorang Muslim bahkan peran-peran itu telah diatur oleh Tuhan, Allah Ta'ala untuk ciptaanNya, sebagai penyempurnaan penugasannya didunia ini sebagai hamba, memang Dia memberikan beda peran dan tugasnya bagi perempuan, perempuan juga sebagai Khalifah di muka bumi, tapi dalam konteks sebagai perempuan peran dan fungsi Khalifah (pengelola dan pengatur) bumi yang disematkan/ditugaskan kepadanya salah satunya adalah melanjutkan kehidupan manusia di muka bumi, dengan melahirkan dan mengasuh, dan Allah Ta'ala menetapkan pahala mujahid fii Sabilillah atas peran tersebut.
Tapi memang Allah Ta'ala gak maksa kita mengambil peran itu, bagi yang mau memilih saja. Atau bahkan orang yg gak kenal Dia tapi menjalankan punya anak dan berketurunan karena fitrahnya (sunnatullah) atau bahkan kebetulan dan tanpa persiapan. Dan ada yg pengen banget punya anak tapi juga gak dikasih, sebagai ujianNya.
Intinya semua yang kita tampaknya dan respon adalah tergantung value yang kita punyai di mindset/otak kita.
Sekarang ada orang yang seperti GitaSav, yang merupakan agen2, dia agen pemikiran feminist-liberal. Kasihan, semoga dia menyadarinya kalau dia masih seorang muslim, ngapain ambil way of life orang barat penjajah. Pasti nanti akan ada dampak dan akibat yang merusak karena melanggar sunnatullah.
Pemikiran dan nilai2 islam saja sudah sempurna dan menyeluruh serta keren dan berperadaban. Cukup.
hasan, izin share sebuah cerita kenyataan. Ibuku umur 74 tahun uban nya masih bs dihitung jari, tidak pernah cat rambut apalagi warna hitam, giginya masih 80% ada. Masih bisa traveling ke luar kota naik mobil travel. Dulu ngedosen sampe umur 70 tahun. Kalau mau dibilang awet muda, beliau sangat awet muda, anaknya 4 termasuk saya 😊 Jadi child free = awet muda, kayaknya tidak sesimple itu ya ❤ salam sehat.
Hwaahh keren sekali ibunya 😍
childfree bikin awet muda, aku percaya ko.
lah banyak banget orang di sekitarku yang ga melahirkan anak, sekalipun menikah.
mereka lebih awet muda ketimbang orang-orang seumuran mereka yang telah melahirkan beberapa anak.
dengan taraf ekonomi yang ga jauh berbeda, mereka yang childfree lebih bisa save money, ga se-stress orang-orang yang memiliki anak.
tapi aku lihatnya si, orang yang childfree ga pernah kehilangan unsur di dalam tubuhnya karena menyusui anak.
aku juga lihat, orang yang memiliki beberapa anak, tapi ga menyusui anaknya, makan-makanan yang berserat dan bervitamin, juga awet muda.
beliau tidak begitu merawat anak-anaknya, semua diserahkan ke pengasuh dari mereka bayi sampai beranjak dewasa.
kalo ditarik kesimpulan si, emang stress si yang bikin engga awet muda.
berarti mama anda emang dari ekonomi yang bagus, ga terlalu sulit masalah keuangan, kasih perhatian lebih ke kesehatan pribadi, jadi deh awet muda.
balik lagi, mau sehat, mau cantik, mau awet muda, ya olahraga dan punya duit cukup sampe tua.
Mama kaya ya awet muda 😂
"Perempuan adalah wadah spiritual. Tempat Tuhan menyematkan asma Nya pada sebuah organ dalam tubuh manusia. Rahim.
Nuansa perempuan seolah kental dengan pengorbanan, karib dengan darah.
Langkah panjang nya seolah harus terhenti sesaat untuk mengurus fisiknya, apa apa yang keluar dari fisiknya dan tumbuh dalam dirinya.
Perempuan sumber kehidupan dari air susu yang mengalir dan rahim yang kokoh.
Kelembutan seorang perempuan harus terjaga.
Maka berkali kali ia akan dijegal, diingatkan untuk berhenti, ditarik sejenak untuk meneropong ke dalam dirinya. Diberi jeda agar ia tidak terjebak dalam rutinitas yang keras dan kaku, semata demi menjaga kelembutan nya.
Demi fungsinya dalam menjaga dan merawat kelanjutan generasi manusia."
Dian Noviyanthi
Puas sih sumpah.. penjelasan nya ka hasan.. makin lama.. makin keren
12:07 - 13:10
People need to understand why we shouldn't blame anyone for the sake of our own perspectives and expectations. Both Dr. Ryu and Gita have their own expertise and perspectives, there is no problem if you are not agree with their thought, but if because of that you put your anger and hatred on them, thinking you have the right to spread insult and offend, aren't YOU the problem?
Abis nonton konten kak cania, bahas child free(khusus nya komentar gistav dan anti anging) dari pandangan Domain selera dan doamain fakta.lalu liat konten bang Hasan, aku komen dulu sebelum nonton, kira kira gimana ya isinya di video ini hehehe, oke lanjut nonton
di kelas membership, konten Cania soal itu termasuk konten yg wajib ditonton btw 🔥 salute to her!
@@hasanaskari7 Pak dosen, request konten ttg keterlambatan mental anak yg udh dewasa krn disfungsional family, ortu toxic Pak, hehe
semoga direspon
Intinya kerendahan hati atau pemakluman atas segala hal yg terjadi memang perlu dilakukan. Krn semua hal yg terjadi disekitar kita selalu ada sebab akibatnya. Dan semuanya tdk bisa dilihat dr satu sisi
Istilahnya berempati untuk semua org. Posisikan diri kita di posisinya. Jd bisa lebih berempati hingga bisa memaklumi
Pembahasan yang menarik dan banyak kebenaran di dalamnya. Penting sekali menilai sebuah fenomena dari berbagai perspektif. Tapi ada satu poin yang mengganjal. Saya rasa kurang tepat untuk menyimpulkan bahwa feminisme mempromosikan childfree. Yang diperjuangkan feminisme adalah hak setiap perempuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, terlepas dari norma atau ekspektasi masyarakat yang dipaksakan kepada dirinya.
Itulah kenapa kita dianjurkan untuk "berbaik sangka". Sebab ada begitu banyak perspektif, tidak ada yang salah antara aku dan kamu, yang ada hanya kamu benar dengan dan dalam perspektifmu, aku benar dengan dan dalam perspektifku, nah tugas kita selanjutnya adalah berbagi perspektif tsb.
Disclaimer: Saya masih murid SMA jadi pemikiran saya ada kemungkinan besar salah
1. Karena secara biologis, Laki-laki memiliki banyak hormon testosteron yang membuat mereka sangat agresif dan kompetitif. Hal itu membuat mereka berpikir bahwa mereka harus selalu terlihat kuat dan berani. Dan secara budaya, Laki-laki dianggap sebagai pelindung keluarga, pada zaman dahulu mereka dituntut untuk berperang, oleh karena itu mereka dianggap tidak boleh menjadi lemah atau penakut. Sehingga perilaku cengeng, pengecut, atau maaf... ngondek dan menunjukkan kelemahan dianggap tidak cocok dengan Laki-laki.
2. Kalo saya boleh mengutip dari pernyataan guru gembul (ini sepemahaman saya saja ya... mungkin bisa jadi tidak benar-benar sesuai dengan yg dimaksud Guru gembul) , kita sebagai manusia memang ada kecenderungan untuk julid dan bergosip karena itu bagian dari insting bertahan hidup. Mental kawanan lah kira-kira.
Dan saya ingat di kontennya bang Hasan, kurang lebih seperti ini (boleh tolong dikoreksi). Tubuh kita cenderung tidak terima jika kita salah, makanya gengsi itu susah dihilangkan. Karena ketika kita salah dan terlihat rendah, antibodi/sistem kekebalan tubuh kita mendadak mogok bekerja. Makanya kita suka menyalahkan orang lain untuk membuktikan bahwa kita benar.
Saya ingin bilang karena faktor pendidikan kita yg rendah tapi... Sebenarnya kalo kita lihat di Korea atau Amerika, masyarakatnya jg sama julidnya seperti kita. Padahal pendidikannya maju. Atau mungkin karena dari dulu budaya kita memang barbar (suka tawuran dll).
3. Balik lagi kalo secara hewani dan biologis, Sesuai insting manusia untuk ber-keturunan... Kita pasti cenderung ingin memiliki "Bibit unggul" jadi kita pasti ingin mencari pasangan terbaik. Mulai dari penampilan, kecerdasan, karakter, dll.
Bisa jg karena kita memang lebih mudah menikmati sesuatu yang indah, makanya kalo dalam bidang kuliner, ada yang dinamakan aspek "tampilan" (ini gara-gara nonton masterchef wkwkwk). Kalo kita pilih makanan, pasti kita pilih yg bentuknya bagus daripada yg bentuknya jelek dan amburadul meski sama-sama enak.
Sya menikmati bonding keluarga yg terbentuk oleh orang tua, saudara, kakek nenek dan keluarga besar, amaziinng luar biasaa cerita cerita di dalamnya, berkah dan karunia, rame, cerewet, amarah, jengkel, rasan2 🤣 seruuu poolll.. ku malah ingin meneruskan ikatan tsb tapi sewajarnya, bukan berarti saya pengen punya anak lebih dari 2 atau 5 atau 10... Bukan jg gak pengen beranak pinak & bukan berarti gakmau meniti karir... Ya semampunya batas kewajaran kami. 🥱 Pikiran tenang, ati adem ayem
Very smart analysis! Kita butuh lebih banyak analisis seperti ini! Bagaimana memahami sesuatu dengan berbagai kacamata.
Feminist kicep kalau debat sama orang yang ngerti evolutionary psychology. Saya sudah membaca banyak literatur terkait EP ini mulai dari Kanazawa hingga Dawkins.
Apalagi dengan mengerti teori konformitas, biology, macroeconomy (supply-demand) dll. Wahh sulit sekali mendebat orang yang punya banyak perspektif seperti ini.
laki-laki sering dilarang untuk menangis di kebanyakan struktur sosial karena laki-laki itu sendiri dinilai sebagai objek yang mengandung kekuatan besar dan melambangkan maskulinitas dalam banyak struktur sosial sehingga akan menjadi sangat bertentangan jika objek tersebut menangis dan cenderung akan dianggap lemah serta diremehkan. sejatinya laki-laki yang menangis adalah tidak diketahui.
Aku ibu seorang anak (ini akun yutub pak suami). Walaupun jadi ibu, aku tetap bisa mengajar di sekolah dan punya usaha kecil2an. Maksud dia ibu mana sih yg less focus career hanya utk ngurus anak. Buka kacamata anda lebih lebar Bu gitaa. Kamu aja yg belum merasakan jd ibu, jadi seolah gak mungkin seorang ibu punya karir. Lagian banyak kok, perempuan2 hebat disana yg juga seorang ibu. Let's see Bu Susi Pudjiastuti, Bu Sri Mulyani, dan masih banyak lagi
1. Untuk mempertahankan kesan maskulin nya , krn berperan sebagai pelindung jd didokrin jangan menangis agar ga kelihatan sisi lemahnya
2. Di satu sisi solidaritas kelompoknya tinggi jd kalau ada yg mengganggu anggota kelompoknya.. otomatis membela . Di satu sisi kepercayaan pada sistem yg ada masih kurang jd lebih percaya hukum kelompok drpd hukum negara.
3. Normalnya sesuai fungsi biologi seperti payudara besar ( untuk menyusui) atau pinggang besar ( untuk melahirkan normal) mengenai standard kecantikan muka umumnya di indonesia jaman skrg ( putih, mancung, kurus , dll) krn inferior kpd orang ras kulit putih atau skrg korea selatan.. jd menganggap standard mrk lebih unggul .
Point yang saya ambil adalah jangan mengambil kesimpulan dari satu persepsi
Betul banget. Manusia itu manusia. Harus pada nonton sih buat yang masih melihat sesuatu dari satu sisi saja.
Sebelum ada ideologi childfree juga, secara "tersembunyi" bangsa ini juga sudah menerapkan childfree
Dengan cara
1. bikin anak tapi nggak diurus
2. bikin anak, tapi masyarakat memberi asupan didikan/tontotan/teladan yang buruk
3. bikin anak, habis itu dieksploitasi
Dengan kata lain, pas bikin nya enak,, abis itu dibiarkan free...
Childfree ala Konoha,,,,
Mungkin 80% sudah menerapkan childfree secara "tersembunyi"
Sekarang ada 1-2% yang menerapkan secara "gamblang"
Jadi, nambah dikit jadi 82% hahaha
Sumber : trust me 😂
@@Chindik 82%, wahh jadi teringat tragedi 8-2 nih wkwk
@@fajrimahardhika8277 wkwk kocak.
Sarkasnya 👍👍👍👍👍
Hehehe lucunya pelaku "childfree" ala konoha ini ngarep dirawat baik2 ama anaknya di hari tua, ibaratnya invest alakadar mau dpt return investny simsalabim gede, ujung2nya pada zonk dimasa tua gegara ditinggal anakny nyari nafkah di negri jiran, ya bukan salah anaknya wong anaknya gak disekolahin tinggi2 trus udah nikah punya keluarga susah cari kerja dgn gaji yg layak ada tawaran menggiurkan ya diambil
Sejauh ini dari banyak influencer react masalah ini yang saya tonton cuma di video abang yang opininya terbaik tanpa bereaksi negatif, tanpa menjatuhkan satu sisi, betul-betul bijak. Contoh opini seperti ini yang dibutuhkan publik. Salut. 👍
"kerendahan hati" jarang sekali terdengar dari para influecer , aku jadi #diingatkan thanks bro...
Sesuatu yg baik kalau di sebarkan maka akan menjadi ladang pahala & manfaat
Begitu pula sebaliknya.
Sesuatu yg baik menurut kita belum tentu baik buat orang lain.
Pelajaran yg paling baik adalah pengalaman hidup/apa yg kita alami sendiri,bukan kata orang.
Banyak wanita yg mendambakan bisa menjadi ibu namun tidak/belum di beri kepercayaan oleh Allah.
Banyak macam bentuk rizki,jangan terpaku hanya dari segi materi
Feminisme awalnya sebagai gerakan biar wanita bisa vote, kerja, dan kesetaraan dalam society berubah menjadi anti laki-laki, berpikir dangkal, dan anti maskulinitas 😂😂😂
Itu yg dilakukan sama orang yang terjebak dalam definisi feminisme versi dia dan golongan nya . Seolah2 semua hal yg berhub dg laki2 adalah salah .
Tapi nyatanya Indonesia masih masyarakat dengan budaya patriarki yang cukup kental. Only a fool will deny it.
Yupp betul saya juga pernah dulu bgt liat cewe yang naik angkot karena kursinya penuh dia minta org lain buat kasih kursinya ke dia, dan kalo ga dikasih bakal blg "ko cowo ga mau ngalah sama cewe" saya sendiri ga setuju sama pemikiran si cewe ini yg menggunakan kata feminist agar menjadi privilege nya, dan yang paling menyebalkan itu karena cewe cewe kyk dia skrg banyak yg salah kaprah soal feminist, justru org org yg benar benar membutuhkan bantuan jd dikatain "kaum feminist/pick me", kalo alasan kenapa skrg banyak misandri kyknya ada hubungannya y sama maraknya kaum misoginis yg secara terang-terangan menghina wanita misalnya skrg byk meme 'kopi' itu yg dipake buat menghina perempuan
Awalnya saya agak aneh ko di korea & jepang banyak yg ga mau nikah dan pgn child free, eh pas liat komen para lelaki di chanel yt lain banyak kaum sexism sama misogyny, bahkan pernah liat cowo yg komen kalo cewe itu gunanya cmn buat ngelahirin, dan katanya kalo bukan karena para cowo yg menahan diri kami wanita sdh dijadikan s*x doll, dari situ saya tau kenapa banyak cewe yg gamau nikah, untungnya ga semua cowo kyk gitu ya masih ada yg normal kok. Btw saya sendiri bukan kaum feminist sih, nonton konten ini pun karena pgn liat tanggapan org org tntg budaya patriarki dan toxic feminist, sangat disayangkan sekarang ko jadi saling menyudutkan yah
@@ValadrienLeonhart yes, aku juga anti yng toxic macam gituan dan gak deny sama toxic Patriarchy yang marak disini, tapi...mau cewek yng toxic dengan Queen Bee Syndrome ato cowok yng toxic dengan toxic Patriarchy, itu sama aja. Kesetaraan dan keadilan gk boleh dilakukan dengan merendahkan satu gender yng gk semuanya seperti itu. Aku menentang toxic masculinity yng menghajar cewek, merendahkan cewek, tpi aku gk suka juga cewek yng menstereotipkan apapun yng terjadi disini adalah salah laki-laki yang gk semuanya toxic Patriarchy dan justru merendahkan laki-laki yang menghargai wanita dan think them as their equal.
2.A.karena ada kemungkinan "ketidakpercayaan" kepada lembaga penegak hukum terkait yang sering kali dinilai kebanyakan orang tidak proporsional atau tidak sesuai dengan porsi hukuman yang seharusnya di dapatkan
B.kemungkinan selanjutnya adalah kebanyakan masyarakat di Indonesia "cenderung" memiliki tingkat ekstrimisme yang tinggi dan juga rasa kebersamaan satu sama lain sangat erat,hal ini mempunyai "potensi" masyarakat main hakim sendiri misalkan jika terjadi suatu tindak kriminal di suatu daerah terutama di daerah yang masyarakatnya masih sering bergotongroyong royong sehari hari maka jika terjadi suatu tindak kriminalitas masyarakat maka akan secara otomatis mengaktifkan insting defense mechanism yang dari zaman awal peradaban manusia zaman awal berburu dan meramu agar manusia bisa bertahan hidup secara individu atau kelompok yaitu MELAWAN disertai dengan tingkat ekstrimisme dan kebersamaan yang tinggi maka kita akan "cenderung" main hakim sendiri karena ada rasa memiliki satu sama lain dan rasa ketidakpercayaan terhadap aparat penegak hukum terkait disertai tingkat ekstrimisme yang tinggi yang kadang kadang membuat kita tidak bisa memilah atau berpikir jernih tentang hukuman apa yang seharusnya pantas dan proporsional untuk pelaku tindak kriminal yang akhirnya membuat kita main hakim sendiri terhadap pelaku tindak kriminal
C.kemungkinan yang saling berkaitan selanjutnya adalah tingkat stress masyarakat karena faktor ekonomi atau tekanan psikologis dari tempat bekerja,keluarga dsb,yang mungkin beberapa atau sebagian besar orang tidak tau cara mengalihkan atau menyelesaikan masalah dan stress yang tepat kemudian lebih memilih untuk memendamnya hal ini berpotensi menjadi "bom waktu" jika terus dipendam tanpa tau cara penyelesaian yang tepat ditambah rasa memiliki dan ekstrimisme yang tinggi serta insting bertahan hidup yang tertanam dalam tubuh manusia maka mereka bisa melampiaskannya ke hal yang menurut mereka bisa untuk menjadi "tempat" pelampiasan amarah mereka sebagai contoh pelaku tindak kriminal sehingga seringkali mungkin mengakibatkan solusi dan hukuman yang tidak tepat dan proporsional bagi pelaku tindak pidana
saya ga berpengaruh. alhamdulilah udah punya anak cowo yg ganteng dan hebat insyaAllah investasi akhirat. support dari suami yg sama sama membangun mendidik anak dengan baik. 🥰🤗🤗🤗❤️
1.kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki di larang untuk menangis?
1. karena dari zaman dahulu laki2 sudah di paksa untuk bertahan hidup dengan berburu hingga sekarang bekerja dengan pada segala medan yang cocok dan tak cocok dengan tujuan bertahan hidup, sangat bagi jarang untuk melepaskan emosi mereka dengan perasaan berkebalikan dengan perempuan.
2. kenapa di indonesia tingkat main hakim sendiri masyarakat pada pelaku kriminal sangat tinggi?
2. karena hukum di mata masyarakat bisa di beli, kok bisa? melihat perilaku pemerintah yang sangat mudah keluar masuk sel menjara seperti mall, dengan kesadaran itu masyarakat tidak menganggap hukum itu ketat dan dengan mudah mengambil peran menjadi algojonya.
3. bagaimana dan mengapa standar kecantikan terbentuk?
3. karena manusia makhluk sosial namun juga makhluk berpikir dengan tujuan bertahan hidup pada suatu tempat atau masa itu dengan mereka menitik beratkan suatu kelebihannya sebagai standar untuk bisa bergabung ke kelompoknya
Huaaaaa kereeen bangettt kakk pola berpikirnyaaa bener2 ngajarin cara berpikir yang out of the box 😭
Intinya orang2 sekarang kebanyakan informasi, jadi bingung sendiri sama referensi yg dia baca. Padahal kita sudah punya pedoman yaitu Kitab Suci agama masing2, tinggal ikutin ajaran agama yaudah selesai. Ini kaya memaksakan pikiran yg memang terbatas, terus dipaksakan sampe batas yg dilampaui. Akhirnya ya jadi sulit membedakan mana yg baik dan mana yg buruk.
Iya bang Hasan, ketika seseorang memutuskan mau punya anak atau tidak itu keputusan pribadi. Setiap org pasti punya alasannya masing2 bisa krn masalah kesehatan, faktor ekonomi, latar belakang keluarga, dll.
Betul bgt mba
Menikah atau tidak, punya anak atau tidak itu adalah keputusan yang sifatnya personal. Tiap orang beda2 case nya. Jadi tidak selayaknya dilabeli benar atau salah 👍
izin kritik juga. aku masih mempertanyakan tentang childfree itu untuk anti aging alami, lebih baik waktunya untuk dipakai cari uang supaya kalau udh tua, udh saatnya kerutan kita muncul. kita punya uang untuk botox, biar ga keriput. Pertanyaan ku, buat apa kita seobsesi itu untuk menjaga menjaga kulit kita supaya ga keriput? ok, kita harus realistis, di dunia skrng walaupun look bukan segalanya, tapi yg pertama kali org liat pasti look nya dlu. Tapi pertanyaan aku lagi, apa cuma look yg bisa upgrade? Aku punya prinsip gini "Apa yg aku produksi hari ini lebih penting, dari pada apa yang aku tampilkan hari itu." semenjak aku ga pusing2 mikirin style, makeup dll. banyak bgt kegiatan dan pengalaman yg bisa aku ambil. So I have a lot of time untuk memikirkan, mengexplore, dan memproduksi hal lain. That's give me more achivement, karena waktu yg aku aku punya pasti aku isi dgn banyak hal yg aku produksi di hari itu. Kalau misalkan look kita untuk kita keep sendiri, aku akui itu adalah suatu kenaifan, karena aku jg ngalamin itu dlu. tapi setelah aku tanya ke diri aku, klo aku hidup dgn penampilan yg buruk, aku jerawatan, aku kusam, dsb. Apakah aku ga akan bahagia?. ya jawaban ku waktu itu ofc aku bakal nerima aku, tapii ujung2nya balik lg "apa org2 bakal nerima aku?" wich mean aku masih menggantungkan aku ke hal eksternal. Dan aku sadar klo saat itu aku senaif itu, aku sepercaya itu kalau penilainan org sgt berdambak besar ke kehidupan manusia. Sampai tanpa aku sadari kalau sebenernya aku menghabiskan seluruh waktu aku demi memenuhi standar ekspetasi dunia.
"Jangan karena kamu membenci seseorang, kamu menganggap semua yang dikatakan orang itu salah. " Denger ini jadi keinget kontennya dia "kenapa kita membenci."
Berhentilah menghujat orang siapapun itu, kita tak behak menghakimi orang tanpa tau apa yang dia alami. Mari memperbaiki diri, memperbaiki keluarga sendiri, mendidik anak dengan baik, jangan sampai mereka trauma dengan cara kita mendidik jangan lupa selalu meminta maaf terhadap anak bila kita memang salah mendidik tak ada orang tua yg sempurna. Do'akan siapapun itu karena hanya Allah yg akan mengubah hati seseorang itulah yg terbaik tanpa harus menghujat.
Jangan meng-cancel Gita, walaupun terkadang opininya kontroversial, tapi banyak opini dan ilmu bagus yang bisa diambil dari dia,, ambil yg baik buang yang buruk
💯
bukan terkadang sih kak, sering, kalau 1,2,3 kali kan biasa, kalau gita sav itu sering, kalau anda mengidolakannya mungkin udh bnyak kali tau.
Sepakat,... Berdiri lebih tinggi itu bukan utk merendahkan yg lain, tp agar mampu melihat hal yg sama dg perpektif yg berbeda...
KLO katanya pak Faiz kita harus miliki banyak alat kalo yg kita miliki hanya palu maka setiap sesuatu kita pukuli krna dianngapnya paku
Sebenarnya gagasan patriarki itu ditimbulkan oleh perilaku org tua jaman dlu yg mengganggap kalau tugas seorg ibu/istri itu cm sebatas "dapur, sumur, kasur" tapi yg heran kenapa pada sangkut pautkan dgn agama.. sementara di Agama itu jelas ya kalau agama Islam itu sangat menjaga harkat dan martabat wanita dan melindungi hak-haknya.. Nabi Muhammad saja, jika ada bajunya yang robek, beliau menjahitnya sendiri, membantu istrinya mencuci pakaian, dan membantu pekerjaan rumah tangga.. sementara kita dari kecil didoktrin ortu kalau mencuci dll itu tugas istri.. perna suatu hari suami aku nyapu rumah trus ngepel, setelah itu dia cuci piring sementara aku lagi ketiduran habis nyusuin anak.. tiba2 mamaku masuk kamar dan dia bangunin aku karena gak tega liat suamiku urus rumah tapi Alhamdulillah suami menjelaskan sama mamaku kalau dia ikhlas dan sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil karena bertahun tahun hidup di pondok dan kuliah diluar kota sendiri..
Lah kalau Gita Sav aja yg katanya open minded dan sekolah di Jerman cm bs melihat dr satu perspektif, ya wajarlah netizen yg pastinya memiliki latar belakang sosial, ekonomi, budaya yg beragam jg menilai dr perspektif masing2. Ketika Gita Sav mengatakan maternal instinct adalah produk tekanan patriarki, bagaimana dia menjelaskan maternal instinct yg kuat pd hewan mamalia ataupun umumnya vertebrata? Menurutku semua produk pemikiran manusia itu terbatas sih. Cuma utk Gita Sav menurutku dia simply merespon masalah dgn masalah. Makanya ribett
1. Untuk mengapa laki-laki sering dilarang sering menangis bisa diambil dari banyak hal, misalnya:
- Dari sisi sosial bisa diambil dari konsep maskulinitas pada laki-laki, dimana cwok yang maskulin itu harus kuat, berotot, menjadi pelindung, dan tidak lemah. Menangis disini dianggap lemah karena keluar dari aspek maskulinitas melainkan ke feministas yang banyak melibatkan perasaan.
- Dari segi biologis itu simple nya adalah karena memang kelenjar air mata laki-laki ini lebih sedikit daripada perempuan, dan letaknya juga agak lebih jauh sehingga laki-laki cenderung sulit untuk menangis.
- Dari sisi psikologis juga ini karena laki-laki ini memanglah makhluk yang lebih banyak berfikir dibandingkan perasaan, sedangkan perempuan sebaliknya. ini membuat laki laki itu akan dianggap tidak sesuai dengan laki-laki lainnya yang mayoritas pikirannya melibatkan perasaan.
Kalau ingin nangis.. ya kunci kamar rapat rapat.. cara kerja sosial yah memang seperti gitu gak bisa diprotes..
Saya pernah punya pengalaman dgn predator humanis berkedok feminis najis. Jd dulu saya kuliah di fakultas seni. Di kampus ini ada genk. Sebut saja 'genk gelap'. Genk gelap dan kelompok feminis saling bekerja sama. Pd suatu hari pada sebuah event di kampus, ada seorang cowo aneh yg tiba2 mengajak saya ke suatu tempat. Hubungan saya dgn cowo aneh ini hanya sebatas kenal aja, jarang ngumpul apalagi ngobrol. Setibanya di suatu tempat, tdk lama kemudian, muncul seorang cowo berbadan besar yg dalam keadaan mabuk, tiba2 mengangkat badan saya lalu menciumi saya. Di tempat itu ada sekitar 6 org cowo, termasuk cowo aneh dan pacar aggota kelompok feminis najis. Pacar anggota kelompok feminis najis tsb memanggil pacarnya lalu memisahkan saya dr cowo berbadan besar tsb.
Setelah kejadian itu, anggota kelompok feminis tsb memberi sugesti kpd saya; " apakah menurut lo kejadian itu halal?" (Pada saat ini pun saya sudah yakin bahwa kejadian ini hanya rekayasa saja). Usut punya usut, mereka mengedepankan consent kebebasan berseksual alias free sex. Mereka menopenginya dgn pergerakan feminis yg terlihat mulia. Saya tau hal ini. Saya tau krn sudah menyelidiki.
Thank you so much mas Hasan. Sudah mewakilkan keresahan saya. Pandangan feminism seperti Gita tidak multidimensi, dan tidak melihat suatu permasalahan dengan pendekatan holistik. Bahkan menihilkan pendekatan biologis dan psikologis manusia.
Selain itu, alasan yang disampaikan oleh dia, menurut saya terlalu mengada-ada, dan bukan akar sebab dia memilih childfree. Why?
Pada kondisi aman, kecukupan resources, seluruh makhluk hidup akan mengikuti instingnya, terutama berkembang biak. Tapi, ketika makhluk hidup merasa di kondisi terancam (stres, sakit, dan tidak mampu mendapatkan resource yang cukup), otak akan restrain makhluk hidup untuk berkembang biak. Why? Because by instinct we know, kalau bayi itu lemah, dan kondisi kehamilan membuat makhluk hidup menjadi lemah. Makanya butuh tempat aman dan resource yang cukup.
Contoh realnya adalah Ken Zhu F4, dia penganut childfree juga, karena dia menderita penyakit genetis. Makanya dia gak mau punya anak, karena ada ketakutan akan menurunkan penyakit ke anaknya dan membuat anaknya menderita. Contoh lain adalah perilaku orang-orang di korea dan jepang yang saat ini mengalami minus demografi. Kenapa? Karena mereka mengalami stres yang luar biasa untuk bertahan hidup, mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan resource.
Inilah kenapa kita memandang dunia harus pake kamera 'zoom-out'. Dengan scope yang lebih luas, akan sangat memungkinkan kita untuk mencoba MENGERTI sesuatu terlebih dahulu, jauh-jauh hari sebelum menilainya. 🤘
1. Kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki sering dilarang untuk menangis?
Bicara tentang struktur sosial, laki-laki memang pada dasarnya dipandang sebagai sosok yang kuat. Kuat dalam segi apa? Banyak hal. Bisa secara fisik, mental, atau ekonomi (yang didasarkan pada kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hidup bagi orang disekitarnya, yang sekarang mungkin lebih mengacu ke kekuatan finansial). Seringkali, simbol kekuatan laki-laki yang dipercaya oleh beberapa struktur sosial antara lain :
a. Memiliki tenaga yang besar, yang biasanya diidentikkan dengan otot ataupun kinerja yang nyata seperti aktivitas fisik yang berat;
b. Tidak menunjukkan emosi atau perasaan kepada publik, sekalipun pada saat berada di bawah tekanan;
c. Memiliki sumber daya yang banyak, yang dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di sekitarnya.
Kembali ke persoalan menangis, pada poin b, yakni untuk tidak menunjukkan emosi sekalipun berada di bawah tekanan, menjadi landasan atau alasan kenapa tangisan, sebagai ekspresi perasaan sedih, menunjukkan kelemahan bagi seorang laki laki, sebagai sosok yang dianggap kuat.
Ternyata beliau ini sidoarjo pride, sukses terus cak
dek gita savitri ini sebagai mahasiswa yg cukup berprestasi di bidang akademis... dulu nya.. tp berjalannya waktu... kok sering bgt blunder kejadian child free itu puncaknya aja,.. nah dari analisa sederhana sy.. sy menyimpulkan dek gitu kurang dalam referensi bacaan dan terlalu sering gagal dalam bernalar (logical fallacy),tadi nya sy berpikir mungkin karena terlalu muda.. tp sy cek di internet umurnya sudah 30-an.. jadi kesimpulan ke3 tentang usia sy batalkan.. kemungkinan 2 aspek pertama yg sy jelaskan tadi
Mereka mengaku open minded, padahal mereka sendiri malah menutup pikiran dari perspektif lain 😂
Intinya ketika menghadapi suatu permasalahan, kita harus belajar memandangnya dari banyak sudut pandang. Tapi, kebanyakan dari kita jarang melakukan hal itu. Kita cuma kolot memandang permasalahan dr satu sudut pandang aja. Jadi ya kalau ada org lain yg mencoba menyampaikan pendapatnya dr sudut pandangnya bakal ditolak mentah2. Ujung2nya malah saling adu argumen, saling nyalah2in dll. Menurutku udah bener kalo saat ini kurikulum pendidikan itu sudah mulai mengarahkan siswa nya ke "Berpikir Kritis." Jadi biar kedepannya anak2 muda Indonesia ga jadi anak2 yg berpikir sempit dan mau mencoba melihat masalah dr segala sudut pandang untuk kemudian dianalisis dan diperoleh penyelesaian yg paling baik untuk semua pihak.
Maap kalo ga nyambung.
Saya juga punya trauma sampai saya sempat berpikir, apa semua laki-laki itu sama? Jika memang iya, aku mau tumbuh besar sendiri dan tidak mau menikah, aku ingin segera besar agar bisa keluar dari sini dan membahagiakan diriku dengan uangku sendiri lalu hidup tenang. Masa kecil saya sangat burukkk sekali tidak hanya sekedar tidak dekat dengan bapak ya, jauh lebih parah, atau ini juga bukan soal ibu yang narsistik meskipun sama, ibu saya juga seperti itu mengatur saya dari A-Z hingga pada masalah jodoh. Ini lebih ke masalah pribadi diri sendiri sih soal bagaimana menyikapi trauma itu. Bisa menjadi orang yang sama seperti orangtuanya, atau bisa jadi belajar dari kesalahan orangtuanya kemudian memperbaiki untuk kebaikan kehidupannya sendiri. Tapi saya rasa, apa yang dilakukan dg mbak gita ini, "dengan perkataannya", itu tidak etis. "Anak itu beban", katanya. Mengingat dia punya agama, yang mana agama itu pondasi dalam menjalankan kehidupan. Jadi kalo ada org bilang, kenapa si lu bawa² agama. Ya jawabannya simpel, kan punya agama toh, punya kitab, itu untuk pedoman dalam menjalankan hidup yang utama.
Usia Sy 34th,saya punya pengalaman yg sma ky mbak nya ,bahkan bapak melakukan pelecehan trhdp anak nya,ibu suka minggat2an,sringkali ortu blg klo gk inget dosa udh dibunuh nya aku dr bayi,Sy cuma berani jawab dlm hati "lu yg enak ngewe Kok aku di Kata beban"
Saya berjanji gmau jd sperti ortu saya,Sy memutuskan untuk tdk mnikah,sampai2 Saya tahu klw anak itu mmg beban,jgn Beranak klo gk siap.
Sy gpernah berpikir semua laki2 TU sama,95% berbanding 5% lah beda nya,95 nya bobrok otak selangkangan mikir nya wanita itu Babu,contoh cerita diatas klo dy cranky dy lapar bini nya ambilkan makan🔨🔨🔨
,sisa nya yg 5% ya laki2 baik.
tp sayang nya laki2 baik hanya untuk wanita2 Baik dn beruntung,aku cuma wanita sial.
Solusi yg aku lakukan saat ini,jgn nikah cepat dn jgn punya anak klo mental gk siap.
Misal TUHAN kasih sy umur 40th,Sy ingin nikah di usia 35th supaya menderita nya 5th aja.
@@ekarinalamtim8003 semangat kak, saya yakin kakak akan dipertemukan dengan laki² yang menerima kakak sepenuhnya. Yukk berjuang bangkit dari masa lalu untuk masa depan yang lebih cerahh ❤️❤️❤️ peluk jauh dari akuu 🥰🤗
@@tiaraputri66 mgkin bner anak mmg beban bagi org yg ekonomi nya kekurangan,Masa kecil ku luka pertama yg kurasakan hingga berkepanjangan sampai saat ini. Aku hanya ingin kembali ke pencipta ku dgn keadaan baik dan membawa amal yg banyak. Dunia bukan tempat yg menyenangkan 🙃🤗
Terimakasih banyak pak hasan . Atas semua konten yg penuh faedah ini. Saya orang awam miskin edukasi semavam beginian . 🙏🙏🙏
Terima kasih atas ilmunya mas hasan🙏
Masing-masing akan mendapatkan apa yang telah dia usahakan, jangan salahkan orang lain jika menjadi orang tua tidak dihormati atau bahkan ditelantarkan, karena kita memandang bahwa melahirkan dan mengasuh anak adalah sebuah beban yang menguras energi dan waktu kita.
Mau jawab yang pertama bang.
Menurut ku, ini berawal dari sisi biologis cowo, yang mana cowo memiliki tubuh yang lebih besar atau lebih kuat dari pada cewe. Dapat dilihat dari perbedaan hormon² yang membentuk cowo dan cewe, sehingga kebanyakan cowo memiliki badan tersebut.
Lalu lanjut ke sudut pandang sejarah. Berawal dari sifat biologis yang seperti itu, pria pada zaman purba di anggap lebih bisa menjaga sesuatu dan melawan sesuatu apabila merasa terancam. Nah hal itu terbawa sampe sekarang (karena secara biologis juga, pria sampe saat ini masih memiliki hormon yang membentuk tubuhnya lebih kuat dan lebih besar).
Lanjut ke sudut pandang psikologi, menangis adalah respon tubuh yang terjadi (kebanyakan) akibat dari emosi² negatif yang menunjukkan ketidakberdayaan seperti takut, khawatir, sedih. Memangis biasanya digunakan sebagai coping mechanism individu untuk hal2 tersebut. Otomatis karena sudah terbentuk dari zaman dahulu bahwa pria itu harusnya menjaga, maka hal² seperti menangis itu akan menunjukkan ketidakberdayaan seorang pria. Sehingga society khawatir apabila seorang pria menangis, pria tersebut tidak dapat bekerja atau bertindak sesuai alamiahnya (karena dari awal sudah dianggap sebagai penjaga dan pelindung)
Kira² begitu jawabannya bang. Kira² jawaban ku bener ngga ya, soalnya 1 jawaban ini terdiri dari beberapa perspektif yang saling berhubungan.
Wow it’s quite good. Btw penyebutan perspektif sejarah kurang tepat, yg kamu maksud adalah perspektif antropologi, klo sejarah itu biasanya tidak sejauh itu time-span nya, lebih ke membahas pengaruh perang dunia, era kolonialisme, era revolusi industri, era dark-ages maupun renaissance.
But overall, jawabanmu udah sangat keren!
@@hasanaskari7 thankyouu for your compliment and correction bang🤩. Tetep semangat buat konten edukatif selanjutnya bang. Aku bener² terbantu dengan konten² bang hasan, dan yang aku rasain skrng aku jadi lebih bisa memahami diriku sendiri, dan jadi lebih sering berfikir kritis. Lanjutkan edukasi psikologi aliran realistis mu bang🔥🤣
@@hasanaskari7 Pak dosen, mau tanya. misal ada laki2 yg diterima oleh seorang perempuan untuk menikahinya yg sebelumnya sudah berdiskusi banyak ttg si perempuan yg sebenarnya tdk ingin menikah sama sekali dikarenakan "sakit mental" yg dideritanya secara sadar, seperti depresi, anxiety, trauma dsb. krn si perempuan tdk mau sama sekali berhububgan badah dg laki2 meskipun itu suaminya, atw bahkan memiliki anak. dy ingin fokus menyembuhkan dirinya, merawat ortu nya dan mungkin suami dan mertuanya saja.
gangguan mental nya disebabkan oleh toxic parenting. ortu narsistik, tdk paham agama, workaholic, sulit ekonomi, tdk pernah sekolah sama sekali meskipun SD. jadi si anak sampai usia 30an tdk memiliki cukup wawasan ttg baik buruk benar salah dsb. krn kesehariannya dy diikat dg peraturan ortu "kalo masih mau makan, harus kerja, kalo masih mau sekolah, harus kerja". bahkan saat masih kuliah pun, otak nya sperti tak berkembang tak seperti yg seharusnya.
lalu, apakah lebih baik jk dy tdk menikah, atw harus menikah dg laki2 yg seperti apa? misal ada yg mau menikahinya krn sepakat tdk HB dg sistem menjalani rumah tangga sbg partner kerja, apakah berbahaya?
i'm definitely not an expert, but this comment makes sense so much sense 👍
Tugas Kuliah :
-> Kenapa di kebanyakan struktur sosial, laki-laki sering dilarang untuk menangis?
Jawaban :
+ Dari sudut pandang parenting, ayah mungkin akan melarang anak laki-lakinya menangis, karena ayah sendiri tidak pernah menangis. Sementara ayah tidak menangis karena memang sudah memiliki kadar testosterone, struktur tubuh, massa otot dan tulang serta pengalaman hidup yang menjadikannya dapat memertahankan composure-nya agar tidak menangis ketika mengalami masalah. Hal ini menjadi bias yang lalu ia "paksakan" pada anaknya. Seolah anak yang masih kecil sudah bisa menjaga dan meregulasi emosinya sebaik ayahnya (maupun ibunya).
+ Laki-laki secara tradisional memiliki peran dan tugas sebagai pemimpin keluarga dan komunitasnya, sebagai pelindung keluarganya serta sebagai pekerja berat (brick layers, buruh, kuli, sopir, maintenance / tukang, dsb).
+ Struktur sosial (yang disalurkan melalui orang tua dan keluarga terdekatnya) mengetahui bahwa laki-laki tidak akan secara otomatis disayangi / dicintai oleh lingkungannya, ia harus menjadi seorang yang kompeten dan baik terlebih dahulu (tidak seperti perempuan dan anak-anak yang dalam lingkup sosial hampir selalu dilindungi). Salah satu penanda kompetensi adalah kemampuannya untuk mengendalikan emosinya, dengan cara tidak menunjukkan bahwa ia sedang dalam kondisi lemah.
+ Dari sudut pandang sosiologi evolusional, masyarakat / suku / budaya yang tangguh akan bertahan dan meneruskan budaya-budaya dan ajaran-ajarannya. Dan salah satu budaya yang bertahan hingga sekarang adalah mengajarkan agar laki-laki tidak menangis dan dapat mengendalikan emosinya.
+ Dari sudut pandang Feminisme mungkin berkaitan dengan toxic masculinity yang mendukung berjalannya Patriarki, tapi jujur untuk proses faktualnya bagaimana hal itu terjadi saya kurang paham.
Mohon kritik, saran dan petunjuknya Prof 😁
Terima kasih.
Gita tidak mau punya anak karena punya trauma dibesarkan ibunya yang narsistik, Tiger parenting, tidak dekat dengan bapaknya,, dia juga punya kecenderungan sifat seperti ibunya itu, jadi dia takut tidak bisa jadi ibu yang baik, dia tahu kekurangan dia, jadi sebenernya kasihan saya ke Gita,, netizen juga pada kurang ajar, tidak menghormati keputusan dia dan terus-terusan membandingkan bahkan sampai ada yang menghujat mandul, kurang ajar sekali,,
Tapi dari omongan dia lebih ada unsur kebencian sama anak-anak, alih-alih nunjukin alasan gak mampu ngurus anak
Tpi balesan komen dia terkesan ngga bijak dan dewasa ke orang2 nih
@@12rixnnndn namanya juga punya trauma apalagi banyak netizen yang hujat keputusan dan membanding-bandingkan,, jadi dia kepancing,,
@@mohammadhanafi8524 yaa itu,, coba aja Gita diem aja gak usah baca komen atau bales komen,, tapi masalah kemarin itu kalau menurut saya dia lagi bercanda aja (childfree bikin awet muda), cuma reaksi netizen beda
Ya terus kalo beneran ga suka sama anak2 kenapa ya? Toh ga gita doang yg kek gitu. Yang ke trigger ini kan kebanyakan ibu2 beranak dan tersinggung parah karna komennya, kalo beneran sayang dan ikhlas punya anak ngapain sampe hujat2 dia HAHA pasti di hati kecil netijen yang tersungging merasa tertamparrrrr tuchhh .