Di Indonesia ssb usia 6 tahun, aja masih hitungan jari. Malah selama ini rata-rata pemain kita, baru sepenuhnya belajar sepakbola dari usia 13-14 tahun. Telat banget hhh. Anak anak jepang usia SD, keterampilan olah bola, sudah menguasai skill skill yg rumit dan level tinggi. Lah di turnamen SSB u13 di Indonesia, masih sering saya nonton anak anak yg bawa bola di tekan lawan sedikit saja, udah keserimpet bola. Haduhh. Prihatin saya. Ada jurang lebar disitu. Asiop di nasional, itu akademi top. Tapi saya nonton beberapa bulan kemarin, asiop main di jepang melawan akademi shonan bellmare. U11 atau berapalah lupa saya. Gila, asiop pegang bola lebih dari 5 detik aja nggak mampu loh. Anak-anak sd di Jepang, main bola sudah satu sentuhan semua. Mahir melakukannya. Itu pemandangan umum di sana. Dan itu Mereka peragakan dalam keadaan di pressure oleh tim lawan. Mahir meloloskan diri dari tekanan lawan dg satu sentuhan terus bergerak maju. Bukan umpan umpan yang statis. Organisasi permainan sangat rapi, matang dst. Padahal masih SD. Ity cermin yang terlalu jelas untuk menjelaskan dimana posisi kita saat ini. Anak-anak jepang sejak usia TK sudah masuk ke program pengenalan sepakbola. Udah latihan di rumah masing-masing dg memiliki bola di rumahnya masing masing. Di latih olah bola aneka variasi dll. Dari level standar sampai yg rumit. Makanya pas usia 10 tahun, mereka sudah skill tingkat tinggi. Mampu mencari solusi dalam tekanan lawan. Baik momen individu atau permainan tim. Mereka sangat percaya diri krn punya bekal olah bola sejak TK. Sehingga pas di tekan di ruangan kecil, mereka nggak panik. Nggak asal leri lari nggak jelas sampai bola out. Nggak gitu. Mereka nggak asal tendang bola meski di tekan di ruangan sempit. Krn punya bekal olah bola tadi. Bisa meloloskan diri dengan beberapa gerakan dan kemudian mengalirkan bola lagi ke teman. Enak. Di sini kebiasaan, anak anak kita, di hampiri lawan dari jarak agak dekat, udah panik. Nggak bisa cari solusi. Tendang aja ngawur ke depan. Atau maksa bawa bola sambil lari lurus saja sampai keluar lapangan. Parah banget. Nggak tega saya melihat nya. Bukan salah mereka. Karena kita belum menyediakan fasilitas pendidikan sepakbola yang bagus. Jadinya kayak gitu.
Bener yg di ungkapkan pak seto. Kalau kita melakukan kunjungan ke klub top dunia, untuk belajar pembinaan dll. Nggak mungkin dapat ilmu nya 100%. Karena rahasia dapurnya akan di tutup. Sebab itu ladang bisnis mereka. Nggak mungkin koki, mau ngasih tau resep yg asli, untuk membuat menu terbaiknya. Krn nanti dagangan nya ga akan terlalu laku. Sebab org lain juga udah tau bumbu nya dll. Biasanya hal-hal terpenting akan di tutup rapat. Nggak di kasih tau ke siapapun. Jadi sebenarnya mau kerjasama kayak gimanapun, tetap saja, nggak semua rahasianya akan di kasih tau ke kita. Kecuali misal negara ini, bikin perjanjian dg klub tsb. Misal dengan Benfica yg juga terkenal salah satu klub paling efektif menghasilkan pemain di level top eropa. Negara yg bikin fasilitas pendidikan sepakbola nya. Menyediakan segala macam teknologi nya dst. Kemudian SDM nya dll untuk metodologi nya dll, itu dari Benfica sepenuhnya. Mereka bebas mengolah nya. Kalau ada pemain yg berkualitas bisa muncul. Maka perjanjian nya adalah, Benfica berhak mengambil secara gratis. Kalau kayak gitu, saya yakin mereka mau mengerjakan nya dg standar terbaik yg mereka miliki. Walaupun tetap kita ga tau rahasia dapurnya. Minimal mereka mau memasak bahan bahan yg kita miliki dg standar mereka.
masih ingat sering nonton liga indonesia sekitar tahun 2007, waktu itu masih di ANTV penyiarannya.. dan PSIM salah satu tim yg saya suka nonton terutama mas seto nurdiyantoro, entah kenapa suka cara mainnya (visi permainannya bagus).. Dan terbukti waktu mas seto jadi pelatih pss sleman permainannya sangat bagus dan atraktif, dan sy yakin kualitasnya sangat layak melatih timnas (mungkin cocok timnas kalangan umur)
Pelatih perfectionis di indo tuh ada 2 yaitu coach Nil Maizar dan coch Seto nurdiantoro ,seandai nya 2 orang ini di kasih waktu dan kepercayaan utk tim nas gw yakin,indo akan lebih baik tim nas nya ...
Kalau kita sudah berhasil memenuhi syarat di pengembangan sepakbola sejak level 1. Maka bisa di sempurnakan dengan membikin beberapa pusat pelatihan elit untuk usia muda. Tempat berkumpulnya dan di didik nya, bakat-bakat terbaik, yg kita punya. Seperti yang di punyai jerman dll. Dulu Australia juga punya. Itu hanya bisa efektif kalau kita sudah memenuhi syarat syarat tadi. Kalau langsung lompat ke pengembangan level elit. Tiba-tiba bikin pusat pelatihan elit usia muda dg segala kelengkapan teknologi dll. Akan sia sia. Nggak akan optimal. Karena bakat yg tersedia untuk di kembangkan tsb, kurang kompetitif level nya. Sebab berasal dari persaingan yang kurang. Di sebabkan level2 dasar di Piramida nya belum terpenuhi.
Kalo di luar negri usia 14 sdh harus menonjol diantara teman2nya, contoh son heung min usia 15 sd pisah dari ortunya ke akademi hamburg sv, haaland di usia 14 sd masuk klub profesional. Sudah telat mnurut saya kalo baru menonjol di usia 17-18
Semua pelatih top dunia juga bilang begitu..dari jaman dulu hingga sekarang itu hanya kata2 hiburan biar kita seneng logika aja g mungkin mereka2 bilang sepak bola kita bapuk,jelek dan g mungkin mendunia ntar kena hujat..ingat walaupun pembinaan usia dini dan sarana sudah ok tpi klo minset pemain g bisa profesional g bisa atur pola makan dan milih main dizona aman maen diliga BRI yg penting gaji gede udah sepak bola kita akan g mungkin bisa berkembang
IQ masyarakat kita belum cukup baik. Maka kalau di suguhkan hal-hal yg sifatnya glamor, ya mudah terpikat. Dan lupa ada banyak hal-hal primer yang mestinya di utamakan untuk segara di kejar. Supaya kita bertumbuh. Di Indonesia, ketika ngomong pembangunan sepakbola nasional, maka yg di pikiran adalah: 1. Stadion mewah 2. Training center tim nasional mewah 3. Sebanyak-banyaknya pemain keturunan 4. Pelatih top tim nasional Cuma itu itu aja di otaknya. Nggak ada aksi yg membangun. Itu semua bagus. Tetapi harap di ketahui, bahwa hal-hal tsb tidak akan membuat sepakbola nasional hebat. Nggak akan. Karena semua tsb tidak menjawab persoalan. Mau bikin 100 training center untuk tim nasional dll dg alat canggih dll. Juga ga akan bikin pemain kita mencapai level top. Nggak akan. Pakai akal aja.
Ketika kalian sumpek dengan kehidupan sehari hari, stres, cunthel, cobalah nonton pss ketika bermain, sukur sukur di tribun selatan, ikut teriak dengan temen2 bcs, percayalah setelah itu kita merasa plong
Indonesia kekurangan pelatih dan pemain bola. Makanya kualitas produk dari akademi dll juga belum cukup tinggi levelnya. Karena yg main bola cuma 80 ribu dari sekian ratus juta rakyat. Di Thailand aja 1 juta lebih yg main bola. Singapura pun 300 an ribu. Malaysia 600 an ribu. Semua negara sepakbola top dunia, punya jutaaan pemain bola. Brazil malah belasan juta. Yg terdaftar ya. Pakai akal aja. Akan sulit menemukan berlian, kalau partisipasi sangat rendah. Tingkat kompetitif nya juga rendah. Jepang pengembangan level elit nya sudah bisa optimal. Karena yg main bola juta-an orang dan pelatih level tinggi, ada puluhan ribu orang. Kompetisi segala usia juga jalan konsisten. Bukan home turnamen kayak disini. Tata kelola liga, klub, dll dan merapikan kualitas ber organisasi di federasi nya dst. Udah komplit. Kita keliru membangun sepakbola. Tiba-tiba lompat ke pengembangan level elit. Padahal level dasar saja belum lulus. Kan kocak. Jepang sudah melalui proses tsb dg sangat sabar. Berdekade lama nya. Puluhan tahun mereka sabar, memenuhi syarat untuk level pengembangan awal. Di mulai dari program pengenalan sepakbola dll. Setelah syarat nya terpenuhi. Barulah mereka genjot naik ke level 3, yaitu pengembangan elit fi di Piramida nya. Kita belum lulus level 1. Tapi langsung ke level 3. Memang pantas mendapatkan posisi bawah seperti sekarang. Karena kita terlalu bodoh dan selalu nyari jalan pintas. Nggak mau mengalami proses dg benar dan sabar. Jepang sekarang sudah panen. Tinggal merem aja, tiap tahun melahirkan pemain level top. Karena mereka sudah kerja keras selama puluhan tahun lamanya, untuk memenuhi syarat yg di perlukan untuk bisa menciptakan kondisi yg ideal dalam membina pesepakbola. Kita belum melakukan nya.
Jangan bahas bola mas puthut....msh lama kita menuju main di piala dunia.bahas yg lg krisis skrng ini saja...sampahbyg belum bisa teratasi di jogja...pecut itu para bupati se diy utk meniru bupati banyumas pak hisyam itu.....
Buku Super Seto bisa dibeli di shopee.co.id/product/55031708/23979656077/
Di Indonesia ssb usia 6 tahun, aja masih hitungan jari.
Malah selama ini rata-rata pemain kita, baru sepenuhnya belajar sepakbola dari usia 13-14 tahun. Telat banget hhh.
Anak anak jepang usia SD, keterampilan olah bola, sudah menguasai skill skill yg rumit dan level tinggi.
Lah di turnamen SSB u13 di Indonesia, masih sering saya nonton anak anak yg bawa bola di tekan lawan sedikit saja, udah keserimpet bola. Haduhh. Prihatin saya.
Ada jurang lebar disitu.
Asiop di nasional, itu akademi top. Tapi saya nonton beberapa bulan kemarin, asiop main di jepang melawan akademi shonan bellmare.
U11 atau berapalah lupa saya.
Gila, asiop pegang bola lebih dari 5 detik aja nggak mampu loh.
Anak-anak sd di Jepang, main bola sudah satu sentuhan semua. Mahir melakukannya.
Itu pemandangan umum di sana.
Dan itu Mereka peragakan dalam keadaan di pressure oleh tim lawan. Mahir meloloskan diri dari tekanan lawan dg satu sentuhan terus bergerak maju. Bukan umpan umpan yang statis.
Organisasi permainan sangat rapi, matang dst. Padahal masih SD.
Ity cermin yang terlalu jelas untuk menjelaskan dimana posisi kita saat ini.
Anak-anak jepang sejak usia TK sudah masuk ke program pengenalan sepakbola.
Udah latihan di rumah masing-masing dg memiliki bola di rumahnya masing masing.
Di latih olah bola aneka variasi dll. Dari level standar sampai yg rumit. Makanya pas usia 10 tahun, mereka sudah skill tingkat tinggi. Mampu mencari solusi dalam tekanan lawan. Baik momen individu atau permainan tim.
Mereka sangat percaya diri krn punya bekal olah bola sejak TK.
Sehingga pas di tekan di ruangan kecil, mereka nggak panik. Nggak asal leri lari nggak jelas sampai bola out. Nggak gitu.
Mereka nggak asal tendang bola meski di tekan di ruangan sempit. Krn punya bekal olah bola tadi. Bisa meloloskan diri dengan beberapa gerakan dan kemudian mengalirkan bola lagi ke teman. Enak.
Di sini kebiasaan, anak anak kita, di hampiri lawan dari jarak agak dekat, udah panik. Nggak bisa cari solusi. Tendang aja ngawur ke depan. Atau maksa bawa bola sambil lari lurus saja sampai keluar lapangan.
Parah banget.
Nggak tega saya melihat nya.
Bukan salah mereka.
Karena kita belum menyediakan fasilitas pendidikan sepakbola yang bagus. Jadinya kayak gitu.
Bener yg di ungkapkan pak seto. Kalau kita melakukan kunjungan ke klub top dunia, untuk belajar pembinaan dll. Nggak mungkin dapat ilmu nya 100%. Karena rahasia dapurnya akan di tutup.
Sebab itu ladang bisnis mereka.
Nggak mungkin koki, mau ngasih tau resep yg asli, untuk membuat menu terbaiknya. Krn nanti dagangan nya ga akan terlalu laku. Sebab org lain juga udah tau bumbu nya dll.
Biasanya hal-hal terpenting akan di tutup rapat. Nggak di kasih tau ke siapapun.
Jadi sebenarnya mau kerjasama kayak gimanapun, tetap saja, nggak semua rahasianya akan di kasih tau ke kita.
Kecuali misal negara ini, bikin perjanjian dg klub tsb.
Misal dengan Benfica yg juga terkenal salah satu klub paling efektif menghasilkan pemain di level top eropa.
Negara yg bikin fasilitas pendidikan sepakbola nya. Menyediakan segala macam teknologi nya dst.
Kemudian SDM nya dll untuk metodologi nya dll, itu dari Benfica sepenuhnya.
Mereka bebas mengolah nya.
Kalau ada pemain yg berkualitas bisa muncul. Maka perjanjian nya adalah, Benfica berhak mengambil secara gratis.
Kalau kayak gitu, saya yakin mereka mau mengerjakan nya dg standar terbaik yg mereka miliki.
Walaupun tetap kita ga tau rahasia dapurnya. Minimal mereka mau memasak bahan bahan yg kita miliki dg standar mereka.
Di konten sebelumnya saya komentar untuk request Narasumbernya atlet dari jogja & langsung dikabulkan, maturnuwun mas/mbak mojok .. Rahayu 🙏🙏
masih ingat sering nonton liga indonesia sekitar tahun 2007, waktu itu masih di ANTV penyiarannya.. dan PSIM salah satu tim yg saya suka nonton terutama mas seto nurdiyantoro, entah kenapa suka cara mainnya (visi permainannya bagus).. Dan terbukti waktu mas seto jadi pelatih pss sleman permainannya sangat bagus dan atraktif, dan sy yakin kualitasnya sangat layak melatih timnas (mungkin cocok timnas kalangan umur)
topp coach seto
Dari PSK primagama kalasan👉 PSS sleman divisi 2 & 1 👉pelita solo👉timnas👉psim👉persiba ass pelatih
Pelatih perfectionis di indo tuh ada 2 yaitu coach Nil Maizar dan coch Seto nurdiantoro ,seandai nya 2 orang ini di kasih waktu dan kepercayaan utk tim nas gw yakin,indo akan lebih baik tim nas nya ...
Kalau senior jangan dulu, mereka belum mampu selevel STY untuk saat ini. Tapi kalau untuk kelompok usia bisa dicoba
Coach seto layak jadi pelatih timnas u19 atau u17
SEHARUSNYA COACH YANG BEGINI YANG LATIH TIMNAS KELOMPOK UMUR..
Kan gitu Pak Coach
Matursuwun gelar liga 2 nya kuch, we never forget!🦅🇳🇬
Kalau kita sudah berhasil memenuhi syarat di pengembangan sepakbola sejak level 1. Maka bisa di sempurnakan dengan membikin beberapa pusat pelatihan elit untuk usia muda.
Tempat berkumpulnya dan di didik nya, bakat-bakat terbaik, yg kita punya. Seperti yang di punyai jerman dll. Dulu Australia juga punya.
Itu hanya bisa efektif kalau kita sudah memenuhi syarat syarat tadi.
Kalau langsung lompat ke pengembangan level elit. Tiba-tiba bikin pusat pelatihan elit usia muda dg segala kelengkapan teknologi dll. Akan sia sia. Nggak akan optimal.
Karena bakat yg tersedia untuk di kembangkan tsb, kurang kompetitif level nya. Sebab berasal dari persaingan yang kurang. Di sebabkan level2 dasar di Piramida nya belum terpenuhi.
Kalo di luar negri usia 14 sdh harus menonjol diantara teman2nya, contoh son heung min usia 15 sd pisah dari ortunya ke akademi hamburg sv, haaland di usia 14 sd masuk klub profesional. Sudah telat mnurut saya kalo baru menonjol di usia 17-18
Semua pelatih top dunia juga bilang begitu..dari jaman dulu hingga sekarang itu hanya kata2 hiburan biar kita seneng logika aja g mungkin mereka2 bilang sepak bola kita bapuk,jelek dan g mungkin mendunia ntar kena hujat..ingat walaupun pembinaan usia dini dan sarana sudah ok tpi klo minset pemain g bisa profesional g bisa atur pola makan dan milih main dizona aman maen diliga BRI yg penting gaji gede udah sepak bola kita akan g mungkin bisa berkembang
Terima kasih Mas Puthut EA dan tim #PutCast mojokdotco.
digandrungi warga DIY❤💚💙 dan penikmat sepak bola Indonesia, suwun coach👌.
IQ masyarakat kita belum cukup baik. Maka kalau di suguhkan hal-hal yg sifatnya glamor, ya mudah terpikat. Dan lupa ada banyak hal-hal primer yang mestinya di utamakan untuk segara di kejar. Supaya kita bertumbuh.
Di Indonesia, ketika ngomong pembangunan sepakbola nasional, maka yg di pikiran adalah:
1. Stadion mewah
2. Training center tim nasional mewah
3. Sebanyak-banyaknya pemain keturunan
4. Pelatih top tim nasional
Cuma itu itu aja di otaknya.
Nggak ada aksi yg membangun.
Itu semua bagus. Tetapi harap di ketahui, bahwa hal-hal tsb tidak akan membuat sepakbola nasional hebat.
Nggak akan.
Karena semua tsb tidak menjawab persoalan.
Mau bikin 100 training center untuk tim nasional dll dg alat canggih dll. Juga ga akan bikin pemain kita mencapai level top. Nggak akan.
Pakai akal aja.
Pelatih lokal terbaik menurutku
Super Seto adalah salah satu ASET DIY 💙💚❤️
Roma era Batistuta itu 2000/2001. Asliii itu Roma bener bener tak terbendung. Keren bgt maennya. Skuad terbaik. Tiap lini rata bagus semua.
Kudu diduetke kro mas mukti ki jane coach seto
Semoga pssi menunjuk coach seto gantiin BM
Ketika kalian sumpek dengan kehidupan sehari hari, stres, cunthel, cobalah nonton pss ketika bermain, sukur sukur di tribun selatan, ikut teriak dengan temen2 bcs, percayalah setelah itu kita merasa plong
Nek pas ditonton ndilalah kalah marai tambah cunthel ora mas? 😅
ciri khas coach seto: "kan gitu"😁
next undang coach justin
Super seto idola 😊
kan gituu....
Nonton pertama PSS di Tridadi. Slemania selamanya
Seumuranku ini kayanya. Sempat ngalami PSS nebeng di Mandala Krida apa enggak, Mas?
@@bungeko belum sempet mas.
Sungkem
tempatnya bagus...di mana itu min?
First mas putut
Indonesia kekurangan pelatih dan pemain bola.
Makanya kualitas produk dari akademi dll juga belum cukup tinggi levelnya.
Karena yg main bola cuma 80 ribu dari sekian ratus juta rakyat.
Di Thailand aja 1 juta lebih yg main bola. Singapura pun 300 an ribu. Malaysia 600 an ribu.
Semua negara sepakbola top dunia, punya jutaaan pemain bola. Brazil malah belasan juta. Yg terdaftar ya.
Pakai akal aja.
Akan sulit menemukan berlian, kalau partisipasi sangat rendah. Tingkat kompetitif nya juga rendah.
Jepang pengembangan level elit nya sudah bisa optimal. Karena yg main bola juta-an orang dan pelatih level tinggi, ada puluhan ribu orang.
Kompetisi segala usia juga jalan konsisten. Bukan home turnamen kayak disini.
Tata kelola liga, klub, dll dan merapikan kualitas ber organisasi di federasi nya dst. Udah komplit.
Kita keliru membangun sepakbola.
Tiba-tiba lompat ke pengembangan level elit.
Padahal level dasar saja belum lulus.
Kan kocak.
Jepang sudah melalui proses tsb dg sangat sabar. Berdekade lama nya. Puluhan tahun mereka sabar, memenuhi syarat untuk level pengembangan awal. Di mulai dari program pengenalan sepakbola dll.
Setelah syarat nya terpenuhi. Barulah mereka genjot naik ke level 3, yaitu pengembangan elit fi di Piramida nya.
Kita belum lulus level 1. Tapi langsung ke level 3.
Memang pantas mendapatkan posisi bawah seperti sekarang. Karena kita terlalu bodoh dan selalu nyari jalan pintas.
Nggak mau mengalami proses dg benar dan sabar.
Jepang sekarang sudah panen.
Tinggal merem aja, tiap tahun melahirkan pemain level top.
Karena mereka sudah kerja keras selama puluhan tahun lamanya, untuk memenuhi syarat yg di perlukan untuk bisa menciptakan kondisi yg ideal dalam membina pesepakbola.
Kita belum melakukan nya.
Panggah Persiba❤
Meh tak like tapi west total 55 like gek min, 3daditra tak comment saja nggih
First❤
Jangan bahas bola mas puthut....msh lama kita menuju main di piala dunia.bahas yg lg krisis skrng ini saja...sampahbyg belum bisa teratasi di jogja...pecut itu para bupati se diy utk meniru bupati banyumas pak hisyam itu.....