Melik-melik josh, tarian dari Wahyu Budoyo Brahol Durensawit Leksono

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 12 вер 2024
  • Tari Lengger adalah kesenian tari yang berasal dari Jawa Tengah. Jenis tari ini sudah dikenal sejak lama dan hingga saat ini pun masih sering dipentaskan dalam berbagai acara seperti ferstival tahunan. Tari Lengger tepatnya berasal dari Dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Wonosobo yang dikembangkan sejak tahun 1910 oleh Bapak Gondowinangun, lalu mulai dikembangkan lagi pada tahun 1970-an oleh Ki Hadi Soewarno. Istilah Lengger memiliki pengertian tledhek laki-laki yang berasal dari kata “eling ngger”, “eling” artinya ingat dan “ngger” artinya sebutan untuk seorang anak. Sehingga fungsi dari tarian lengger adalah mengingatkan seorang anak pada kebesaran Tuhan-Nya. Maksud dari tarian ini bertujuan untuk memberikan pesan dan nasihat agar setiap orang dapat mengajak dalam menyingkirkan keburukan dan membela kebenaran.
    Menurut sejarahnya, Tari Lengger menceritakan kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Galuh Candra Kirana. Tarian ini tidak hanya menceritakan kisah asmara saja, tapi juga berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Konon, awalnya tari ini dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga sebagai sarana untuk mengenalkan agama Islam. Dalam setiap pentas tarian ini selalu diselipkan atau nilai-nilai ajaran Islam. Nilai yang diselipkan oleh Sunan Kalijaga adalah mengingatkan kepada umat Islam bahwa tidak boleh meninggalkan sholat 5 waktu.
    Keunikan dari Tari Lengger adalah dulunya tarian ini dimainkan oleh penari pria tapi berdandan seperti wanita. Masyarakat menyebutnya sebagai tari lengger lanang. Namun seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai dimainkan pria dan wanita tanpa harus menunjukkan sisi transgender. Sebagai gantinya, penari laki-laki mengenakan topeng untuk aksesoris tariannya. Keunikan lainnya, pertunjukkan dalam tarian lengger masih disangkutpautkan dengan hal-hal yang berbau mitos. Misalnya seperti pantangan penonton tidak boleh mengenakan pakaian yang berwarna tertentu karena bisa menyebabkan penari kerasukan.
    Selain itu, tarian lengger mempunyai makna lainnya yaitu untuk menunjukkan keindahan dari penari wanita. Riasan yang cantik memperlihatkan kodrat wanita Jawa yang anggun dalam balutan busana tradisional Jawa Tengah. Karena tarian ini berkembang di Wonosobo, sehingga sering juga disebut Tarian Wanasaban khas Jawa Tengah.
    English :
    Tari Lengger is a dance art originating from Central Java. This type of dance has been known for a long time and is still often performed in various events such as annual festivals. Lengger dance to be exact comes from Giyanti Hamlet, Selomerto District, Wonosobo which was developed since 1910 by Mr. Gondowinangun, then began to be developed again in the 1970s by Ki Hadi Soewarno. The term Lengger means male tledhek which comes from the word "eling ngger", “eling” means remember and “ngger” means the name for a child. So that the function of the Tari Lengger is to remind a child of the greatness of God. The purpose of this dance is to provide messages and advice so that everyone can invite people to get rid of evil and defend the truth.
    Historically, the Tari Lengger tells the loved story of Panji Asmoro Bangun and Galuh Candra Kirana. This dance not only tells the story of romance, but also relates to the spread of Islam in Central Java. That said, this dance was originally developed by Sunan Kali Jaga as a means of introducing Islam. In every stage of this dance, Islamic teachings or values ​​are always inserted. The value inserted by Sunan Kalijaga is to remind Muslims that they are not allowed to leave the prayer 5 times a day.
    The uniqueness of the Tari Lengger is that this dance was previously played by male dancers but dressed up like women. The community calls it the Tari Lengger Lanang . But over time, this dance began to be played by men and women without having to show a transgender side. Instead, male dancers wear masks for dance accessories. Another uniqueness, the performance in the Tari Lengger is still associated with mythical things. For example, the audience is prohibited from wearing certain colored clothes because it can cause the dancer to be possessed.
    Beautiful makeup shows the elegant nature of Javanese women in traditional Central Javanese clothing. Because this dance developed in Wonosobo, it is often called the Wanasaban dance typical of Central Java.
  • Розваги

КОМЕНТАРІ •