NGAJI QURAN JUZ -01- LENGKAP - |TADARUSAN- RAMADHAN|

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 20 гру 2024

КОМЕНТАРІ • 66

  • @CandS3wu
    @CandS3wu День тому +4

    Al-fatihah

  • @ميلاء-يوسف-عفرين
    @ميلاء-يوسف-عفرين 9 годин тому +2

    👍👍👍👍👍مناظر حلوه كتير مزرعه الحيوانات 🥀🕊⚘️وجميل جدا 🥀🕊⚘️

  • @iyyaakanabudu1663
    @iyyaakanabudu1663 День тому +4

    Allohummarhamnaa bil qur.aan

  • @ASEELMHNA-34
    @ASEELMHNA-34 День тому +4

    ما شاء الله ✨✨✨

  • @mohamadesmail89
    @mohamadesmail89 День тому +4

    ماشاء الله

  • @syahrulmunir3311
    @syahrulmunir3311 День тому +4

    AlkhamduLillah❤

  • @abuyamulkan1175
    @abuyamulkan1175 День тому +4

    Subhaanallooh

  • @senenpaing5774
    @senenpaing5774 День тому +4

    Mantab bnget

  • @DidikPahlawanbibit
    @DidikPahlawanbibit День тому +2

    Ikut mendengarkan❤❤❤

  • @wongbeneh6560
    @wongbeneh6560 День тому +4

    😌😌😌

  • @AHR-Channell
    @AHR-Channell День тому +2

    Mantap 👍

  • @GerhanaAkbarOfficial
    @GerhanaAkbarOfficial 17 годин тому +2

    MasyaAllah

  • @kungponconolo2634
    @kungponconolo2634 День тому +2

    Yaaaa.. sip

  • @TeaTubruk
    @TeaTubruk День тому +2

    Mantul

  • @SaktiAji-m2m
    @SaktiAji-m2m День тому +2

    Qwerty is Good

  • @dwiarianto4487
    @dwiarianto4487 День тому +3

  • @Yawmiatmalak
    @Yawmiatmalak 15 годин тому +2

    تبارك الله عليك ❤

  • @PagodaModern
    @PagodaModern 22 години тому +2

    Kuntum khoiro ummatin...

  • @HeningMalem
    @HeningMalem 19 годин тому +2

    Kembali nyimak,,

  • @barikmusowwir3006
    @barikmusowwir3006 День тому +2

    Anta mabruuk

  • @Anwariyah-Channel
    @Anwariyah-Channel День тому +2

    Halowtemn selamatpagi selamat ber aktipitas. Semoga selalu sehat dan barokah amin❤❤❤

  • @oumhafsa6326
    @oumhafsa6326 День тому +3

    👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🎉🎉🎉🎉

  • @DjarumKing-m4d
    @DjarumKing-m4d 18 годин тому +2

    Kembali lagi...

  • @قناةمتنوعأمأيةواحدة
    @قناةمتنوعأمأيةواحدة 7 годин тому +2

    ❤❤❤❤❤❤🎉🎉🎉🎉🎉

  • @berkahrojab
    @berkahrojab 18 годин тому +1

    Mari baca komen asbabunnuzul...

  • @LimpangLimpung-q8c
    @LimpangLimpung-q8c 18 годин тому +2

    Manto lagi...

  • @AntaMabruuk
    @AntaMabruuk 18 годин тому +1

    Mari baca komen asbabun nuzul

  • @arrohmaanarrohiim2195
    @arrohmaanarrohiim2195 17 годин тому +2

    Absen hadir

  • @ميلاء-يوسف-عفرين
    @ميلاء-يوسف-عفرين 9 годин тому +1

    ماشاءالله تبارك الرحمن فيديو جميل🥀🕊🪷ورائع جدا🥀🕊🪷حلوووووة كتير مساء الخير والخيرات 🥀🕊🪷

  • @Houria714
    @Houria714 День тому +2

    بالتوفيق والنجاح بإذن الله تعالى احلى لايك 👍👍

  • @DarmaBhakti-h6b
    @DarmaBhakti-h6b 18 годин тому +2

    Subhaanalloh ada komen asbabunnuzulnya,,,

  • @DarmaBhakti-h6b
    @DarmaBhakti-h6b 22 години тому +2

    Absen

  • @calonGuru-s6f
    @calonGuru-s6f День тому +3

    سورة الفاتحة
    سبب نزول
    ١- ابن‌عبّاس (رحمة الله علیه)- کَانَتْ إِذَا نَزَلَتْ فَاتِحَةُ سُورَةٍ بِمَکَّةَ کُتِبَتْ بِمَکَّةَ ثُمَ یَزِیدُ اللَّـهُ فِیهَا مَا یَشَاءُ بِالْمَدِینَة.‌ [تفسير اهل البيت عليهم السلام ج١، ص٨ - بحارالأنوار، ج٣٥، ص٢٥٦]١
    ١- الصّادق (علیه السلام)- عَنْ أَبِی‌الْحَسَنِ مُوسَی‌بْنِ‌جَعْفَرٍ (علیه السلام) عَنْ أَبِیهِ (علیه السلام) قَالَ: قَالَ لِأَبِی حَنِیفَةَ: مَا سُورَةٌ أَوَّلُهَا تَحْمِیدٌ وَ أَوْسَطُهَا إِخْلَاصٌ وَ آخِرُهَا دُعَاءٌ؟ فَبَقِیَ مُتَحَیِّراً ثُمَّ قَالَ: لَا أَدْرِی. فَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّـهِ (علیه السلام): السُّورَةُ الَّتِی أَوَّلُهَا تَحْمِیدٌ وَ أَوْسَطُهَا إِخْلَاصٌ وَ آخِرُهَا دُعَاءٌ سُورَةُ الْحَمْد.‌ [تفسير اهل البيت عليهم السلام ج١، ص٨ - البرهان/ بحارالأنوار، ج٨٩، ص٢٣٥]٢
    ١- الرّسول (صلی الله علیه و آله)- إِنَّ اللَّهَ مَنَّ عَلَیَّ بِفَاتِحَةِ الْکِتَابِ مِنْ کَنْزِ الْجَنَّةِ.‌ [تفسير اهل البيت عليهم السلام ج١، ص٨ - بحارالأنوار، ج٨٩، ص٢٣٨/ مستدرک الوسایل، ج٤، ص١٦٦/ نورالثقلین]٣
    ٢- الرّسول (صلی الله علیه و آله)- عَن جَابِرٍ عَنِ النَّبِیِّ (صلی الله علیه و آله) حَدِیثٌ طَوِیلٌ یَقُولُ فِیهِ حَاکِیاً عَنِ اللهِ تَعَالَی وَ أَعْطَیْتُکَ وَ لِأُمَّتِکَ کَنْزاً مِنْ کُنُوزِ عَرْشِی فَاتِحَةَ الْکِتَاب.‌ [تفسير اهل البيت عليهم السلام ج١، ص٨ - نورالثقلین/ بحارالأنوار، ج١٦، ص٩٣]٤
    ٣- الرّسول (صلی الله علیه و آله)- إِنَّ اللَّهَ عَزَّوَجَلَّ قَالَ لِی: یَا مُحَمَّدُ (صلی الله علیه و آله) وَ لَقَدْ آتَیْناکَ سَبْعاً مِنَ الْمَثانِی وَ الْقُرْآنَ الْعَظِیمَ فَأَفْرَدَ الِامْتِنَانَ عَلَیَّ بِفَاتِحَةِ الْکِتَابِ وَ جَعَلَهَا بِإِزَاءِ الْقُرْآنِ الْعَظِیمِ وَ إِنَّ فَاتِحَةَ الْکِتَابِ أَشْرَفُ مَا فِی کُنُوزِ الْعَرْشِ وَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّوَجَلَّ خَصَّ مُحَمَّداً (صلی الله علیه و آله) وَ شَرَّفَهُ بِهَا وَ لَمْ یُشْرِکْ مَعَهُ فِیهَا أَحَداً مِنْ أَنْبِیَائِهِ مَا خَلَا سُلَیْمَانَ (علیه السلام).‌ [تفسير اهل البيت عليهم السلام ج١، ص٨ - بحارالأنوار، ج٨٩، ص٢٢٧/ الأمالی للصدوق، ص١٧٥/ الإمام العسکری، ص٢٩/ نورالثقلین/ البرهان]

  • @tasbihungu7133
    @tasbihungu7133 17 годин тому +1

    Irhamna bilqur,aan

  • @Discover_With_Us1
    @Discover_With_Us1 День тому +2

    Nice sharing 🥰🥰🥰

  • @RoutinesFerieldz
    @RoutinesFerieldz 14 годин тому +2

    Good Luck ❤

  • @sampan-l9o
    @sampan-l9o День тому +4

    ikutan menyimak bosku

  • @IdingIding-e7k
    @IdingIding-e7k День тому +2

    Mantappp .nyimak kawan kuh❤❤❤

  • @delimamerah2775
    @delimamerah2775 День тому +5

    Ulumul Quran
    Ilmu Qiroah
    A. Pengertian
    Berdasarkan etimologi (bahasa), qiraah merupakan kata jadian (mashdar) dari kata kerja qiraah (membaca), jamaknya yaitu qiraat. Bila dirujuk berdasarkan pengertian terminology (istilah), ada beberapa definisi yang diintrodusirkan ulama :
    > Menurut az-Zarqani, Az-Zarqani mendefinsikan qiraah dalam terjemahan bukunya yaitu : mazhab yang dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan al-Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya.
    > Menurut Ibn al Jazari : Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya.
    > Menurut al-Qasthalani : Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan.
    > Menurut az-Zarkasyi : Qiraat adalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya.
    > Menurut Ibnu al-Jazari Qira’at adalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya dengan membangsakaanya kepada penukilnya ,
    Perbedaan cara pendefenisian di atas sebenarnya berada pada satu kerangka yang sama, yaitu bahwa ada beberapa cara melafalkan Al-Qur’an walaupun sama-sama berasal dari satu sumber, yaitu Muhammad. Dengan demikian, dari penjelasan-penjelasan di atas, maka ada tiga qira’at yang dapat ditangkap dari definisi diatas yaitu :
    1. Qira’at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah seorang iman dan berbeda cara yang dilakukan imam-imam lainnya.
    2. Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung kepada Nabi. Jadi, bersifat tauqifi, bukan ijtihadi. 3. Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut persolan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washil.
    B. Latar belakang timbulnya perbedaan Qira’at
    Qira’at sebenarnya telah muncul sejak zaman Nabi walaupun pada saat itu qira’at bukan merupakan sebuah disiplin ilmu, ada beberapa riwayat yang dapat mendukung asumsi ini, yaitu :
    Suatu ketika Umar bin Khathtab mendapatkan perbedaan dalm membaca Ayat Al-Qur’an. Kemudian peristiwa perbedaan membaca ini mereka laporkan ke Rasulullah Saw. Maka beliau menjawab dengan sabdanya, yang artinya :
    “Memang begitulah Al-Qur’an diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dalam tuju huruf, maka bacalah oleh kalian apa yang kalian anggap mudah dari tujuh huruf itu,” 7 Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran qira’at dimulai pada masa tabi’in, yaitu pad awal abad II H, tatkala para qari’ tersebar di berbagai pelosok, telah tersebar di berbagai pelosok. Mereka lebih suka mngemukakan qira’at gurunya daripada mengikuti qira’at imam-imam lainnya. Qira’at-qira’at tersebut diajarkan secara turun-menurun dari guru ke murid, sehingga sampai kepada imam qira’at baik yang tujuh, sepuluh atau yang empat belas.
    Timbulnya sebab lain dengan penyebaran qori’-qori’ keberbagai penjuru pada masa Abu Bakar, maka timbullah qira’at yang beragam. Lebih-lebih setelah terjadinya transformasi bahasa dan akulturasi akibat bersentuhan dengan bangsa-bangsa bukan arab, yang pada akhirnya perbedaan qira’at itu berada pada kondisi itu secara tepat.
    C. Latar Belakang cara penyampaian (kaifiyat al-ada’)
    Menurut analisis yang disampaikan Sayyid Ahmad khalil, perbedaan qira’at itu bermula dari bagaimana seorang guru membacakan qira’at itu kepada murid-muridnya. Dan kalau diruntun, cara membaca Al-Qur’an yang berbeda-beda itu, sebagaimana dalam kasus Umar dengan Hisyam, dan itupun diperbolehkan oleh Nabi sendiri. Hal itulah yang mendorong beberapa utama mencoba merangkum bentuk-bentuk perbedaan cara menghafalkan Al-Qur’an itu sebagai berikut :
    1. Perbedaan dalam I’rab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat, misalnya pada firman Allah pada surat An-nisa’ ayat 37 tentang pembacaan “Bil Buhkhli” (artinya kikir), disini dapat dibaca dengan harakat “Fatha” pada huruf Ba’-nya, sehingga dibaca Bil Bakhli, dapat pula dibaca “Dhommah” pada Ba’-nya, sehingga menjadi Bil Bukhli.
    2. Perbedaan I’rab dan harakat (baris) kalimat sehingga mengubah maknanya, misalnya pada firman Allah surah Saba’ ayat 19, yang artinya “ Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami “. Kata yang diterjemahkan menjadi jauhkanlah diatas adalah “ba’id karena statusnya fi”il amar, maka boleh juga dibaca ba’ada yang berarti kedudukannya menjadi fi’il mahdhi artinya telah jauh
    3. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisannya, sedangkan maknanya berubah, misalnya pada firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 259, yang artinya “……dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian kami menyusunnya kembali.” Di dalam ayat tersebut terdapat kata “nunsyizuhaa” artinya (kemudian kami menyusun kembali), yang ditulis dengan huruf Zai diganti dengan huruf ra’ sehingga berubah bunyi menjadi “nunsyiruha” yang berarti (kami hidupkan kembali).
    4. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi maknanya tidak berubah, misalnya pada firman Allah dalam surah Al-Qoria’ah ayat : 5, yang artinya “……..dan gunung-gunung seperti bulu yang dihamburkan “. Dalam ayat tersebut terdapat bacaan “kal-ih-ni” dengan “ka-ash-shufi” sehingga kata itu yang mulanya bermakna bulu-bulu berubah menjadi bulu-bulu domba.
    5. Perbedaan pada kalimat yang menyebabkan perubahan bentuk dan maknanya, misalnya pada ungkapan “thal in mandhud” menjadi “thalhin mandhud”
    6. Perbedaan dalam mendahulukan dan mengakhirkannya, misalnya pada firman Allah dalam surah Qof ayat : 19, yang artinya “dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya”. Menurut suatu riwayat Abu Bakar pernah membacanya menjadi “wa ja’at sakrat al-haqq bin al-maut. Ia menggeser kata “al-maut” ke belakang dan memasukkan kata “al-Haq”. Sehingga jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “dan datanglah sekarat yang benar-benar dengan kematian”.
    7. Perbedaan dengan menambahi dan mengurangi huruf, seperti pada firman Allah dalam surah al-Baqarah: 25, yang artinya “…surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” Dalam ayat tersebut terdapat kata “min”, kata ini dibuang pada ayat serupa menjadi tanpa “min” dan sebaliknya pada ayat lain yang serupa menjadi tanpa “min” dan sebaliknya pada ayat lain yang serupa tidak terdapat “min” justru ditambah.
    D. Penyebab Perbedaan Qira’at
    Sebab-sebab munculnya beberapa qiraat yang berbeda adalah :
    1. Perbedaan qiraat nabi, artinya dalam mengajarkan al-Qur’an kepada para sahabatnya, nabi memakai beberapa versi qiraat. Misalnya nabi pernah membaca surat as-Sajadah ayat 17, Pada kata (ة )dalam ayat ini, nabi membaca dengan “ta” ( ( ت biasa.
    2. Pengakuan dari nabi terhadap berbagai qiraat yang berlaku di kalangan kaum muslimin waktu itu, hal ini menyangkut dialek di antara mereka dalam mengucapkan kata-kata di dalam al-Qur’an. Contohnya ketika seorang Hudzail membaca di hadapan Rasul “atta hin”. Padahal ia menghendaki “hatta hin” ( ). Ada riwayat dari para sahabat nabi menyangkut berbagai versi qiraat yang ada atau perbedaan riwayat dari para sahabat nabi menyangkut ayat-ayat tertentu.
    3. Adanya lahjah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa arab pada masa turunnya al-Qur’an.
    4. Perbedaan syakh, harakah atau huruf. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 222.
    Kata”yathurna” bisa dibaca “yathurna” dan bisa dibaca “yatthoh-har-na”. jika dibaca qiraat pertama, maka berarti : “dan jangalah kamu mendekati mereka (istri-istrimu) sampai mereka suci (berhenti dari haidh tanpa mandi terlebih dahulu). Sedangkan qiraat kedua berarti: “dan janganlah kamu mendekati mereka (istri-istrimu) sampai mereka bersuci (berhenti dari haidh dan telah mandi wajib terlebih dahulu).”
    E. Macam-Macam Dan Syarat-Syarat Qiraat
    1. Macam-macam qiraat dari segi kuantitas
    Qiraah sab’ah (qiraah tujuh)
    Kata sab’ah artinya adalah imam-imam qiraat yang tujuh. Mereka itu adalah : Abdullah bin Katsir ad-Dari (w. 120 H), Nafi bin Abdurrahman bin Abu Naim (w. 169 H), Abdullah al-Yashibi (q. 118 H), Abu ‘Amar (w. 154 H), Ya’qub (w. 205 H), Hamzah (w. 188 H), Ashim ibnu Abi al-Najub al-Asadi.
    Qiraat Asyrah (qiraat sepuluh)
    Yang dimaksud qiraat sepuluh adalah qiraat tujuh yang telah disebutkan di atas ditambah tiga qiraat sebagai berikut : Abu Ja’far. Nama lengkapnya Yazid bin al-Qa’qa al-Makhzumi al-Madani. Ya’qub (117 - 205 H) lengkapnya Ya’qub bin Ishaq bin Yazid bin Abdullah bin Abu Ishaq al-Hadrani, Khallaf bin Hisyam (w. 229 H)
    Qiraat Arba’at Asyarh (qiraat empat belas)
    Yang dimaksud qiraat empat belas adalah qiraat sepuluh sebagaimana yang telah disebutkan di atas ditambah dengan empat qiraat lagi, yakni : al-Hasan al-Bashri (w. 110 H), Muhammad bin Abdurrahman (w. 23 H), Yahya bin al-Mubarak al-Yazidi and-Nahwi al-Baghdadi (w. 202 H), Abu al-Fajr Muhammad bin Ahmad asy-Syambudz (w. 388

  • @abuyamulkan1175
    @abuyamulkan1175 17 годин тому +1

    Hadir lagi

  • @AntaMabruuk
    @AntaMabruuk 21 годину тому +2

    Asbabun Nuzul
    An-Nasai meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab."
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Yahudi. Mereka mendapati ciri-ciri Nabi tertulis dalam kitab Taurat, yaitu bahwa pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal dan berwajah tampan. Namun kemudian mereka menghapusnya dikarenakan kedengkian dan kezaliman mereka. Atau mereka berkata, 'Kami mendapatinya bertubuh tinggi, berkulit biru dan berambut lurus.' "

  • @calonmurid3609
    @calonmurid3609 День тому +3

    Asbabun Nuzul
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi di Madinah.
    Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, dia berkata, "Dua ayat turun berkenaan dengan perang Ahzab yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka,...' sampai, '..., dan mereka akan mendapat siksaan yang berat.' " (Al-Baqarah: 6-7)

  • @UmbolDungo
    @UmbolDungo День тому +4

    ‏الآية [سورة الفاتحة (١): آية ٣]
    ‏الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ (٣)
    ‏التّفسير
    ‏معنی (الرّحمن) و (الرّحيم) و اتساع مفهومهما و الفرق بينهما، شرحناه في تفسير البسملة، و لا حاجة إلی التكرار. و ما نضيفه هنا هو أن هاتين الصفتين تتكرران في البسملة و الحمد، «و الملتزمون» بذكر البسملة في السّورة بعد الحمد يكررون هاتين الصفتين فی صلواتهم اليومية الواجبة ثلاثين مرّة. و بذلك يصفون اللّه برحمته ستين مرّة يوميا.
    ‏و هذا في الواقع درس لكل جماعة بشرية سائرة علی طريق اللّه، و تواقة للتخلق بأخلاق اللّه. إنه درس يبعد البشرية عن تلك الحالات التي شهدها تاريخ الرق في ظل القياصرة و الأكاسرة و الفراعنة.
    ‏القرآن يركز علی علاقة الرحمة و الرأفة بين ربّ العباد و العباد، حيث يقول:
    ‏قُلْ يا عِبادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلی‌ أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّـهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً [الزمر، ٥٣.]١.
    ‏هذه العلاقة نستحضرها مرات يوميا إذ نقول: الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ‌، لنربّي أنفسنا تربية صحيحة في علاقتنا باللّه، و في علاقتنا بأبناء جنسنا.
    ‏١ الزمر، ٥٣.

  • @HeningMalem
    @HeningMalem 22 години тому +2

    Asbabun Nuzul
    Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari jalur al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat dan orang-orang muslim yang sesusu dengannya, 'Tetaplah berada dalam agamamu dan pada apa yang laki-laki itu (Muhammad) perintahkan karena apa yang dia perintahkan adalah benar.' Ketika itu, orang-orang Yahudi selalu memerintahkan orang-orang hal itu, namun mereka sendiri tidak melakukannya."

  • @SawahDuit
    @SawahDuit 18 годин тому +1

    Sinau maleh,,,

  • @AdirrocOficial
    @AdirrocOficial День тому +3

    Muito bom Mbahguru👏👏+ um like e inscrito💯👍👍💫

  • @AnnisakAnnisak-d5b
    @AnnisakAnnisak-d5b 22 години тому +2

    Kun anta

  • @اكلاتاقتصاديه-ص2ذ
    @اكلاتاقتصاديه-ص2ذ 15 годин тому +2

    السلام عليكم ورحمه الله وبركاته بالتوفيق ان شاء الله انا ضيفه جديده عندكم يدوم التواصل بيننا وشكرا لكم

  • @AkunGoogle-v8k
    @AkunGoogle-v8k 21 годину тому +2

    Asbabun Nuzul
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, "Ketika perang Bani Quraizhah, Nabi berdiri di bawah benteng mereka seraya berkata, 'Wahai saudara-saudara kera, wahai saudara-saudara babi, wahai para penyembah thaghut!' Maka mereka berkata, 'siapa yang memberitahukan Muhammad tentang ini? Hal ini pasti berasal dari kalian. Apakah kalian mengatakan kepada mereka apa yang Allah terangkan kepada kalian agar mereka memiliki hujah untuk mengalahkan kalian?' Maka turunlah ayat tersebut."
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Jika mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata, 'Kami percaya bahwa kawan kalian itu adalah utusan Allah. Akan tetapi khusus bagi kalian.' Dan jika mereka mereka kembali kepada kawan-kawan mereka, mereka berkata, 'Apakah dia memberitahukan orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya dulu kalian meminta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka padahal dia adalah bagian dari mereka.' Maka turunlah firman Allah, 'Dan jika mereka bertemu...' (Al-Baqarah: 76)."
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, "Ayat tersebut turun berkenaan dengan segolongan orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik dan berkata kepada orang-orang Arab yang beriman tentang siksaan yang dulu menimpa golongan mereka. Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada sebagian yang lain, 'Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang siksaan yang Allah hilangkan dari kalian agar mereka berkata, 'Kami lebih Allah cintai dan lebih Allah muliakan daripada kalian' ' "

  • @motivasiyoutube8374
    @motivasiyoutube8374 День тому +2

    Ulumul Quran
    Ilmu Aqsam Al-qur’an
    Pengertian
    Menurut bahasa, aqsam merupakan lafal jamak dari kata qasam. Sedangkan kata qasam sama artinya dengan kata halaf dan yamin, karena memang satu makna yaitu berarti sumpah. Sumpah dinamakan dengan yamin karena orang Arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan masing-masing. Qasam dan yamin merupakan sinonim yang didefinisikan untuk memperkuat maksud sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang lain yang memposisikan posisi yang lebih tinggi.
    Menurut istilah qasam diberi definisi sebagai berikut: “Sumpah ialah mengikatkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah, baik secara nyata ataupun secara keyakinan saja.” Sumpah itu dalam ucapan sehari-hari merupakan salah satu cara menguatkan pembicaraan yang diselipi dengan persaksian/pembuktian yang mendorong lawan pembicara untuk bisa mempercayai/ menerimanya. Sebab, pembicaraan yang diperkuat dengan sumpah itu, berarti sudah dipersaksikan di depan Tuhan.
    Bentuk sumpah itu tidak hanya terdapat dalam Al Quran saja, juga tidak hanya dalam bahasa Arab, melainkan umum dan terdapat dalam kitab suci serta dalam segala bahasa di dunia, baik Arab, Inggris, Perancis, Urdu dan sebagainya termasuk pula dalam bahasa Indonesia.
    Dr. Bakri Syekh Amin dalam buku At Ta’birul Fanni Fil Quran menjelaskan beberapa bentuk sumpah yang biasa terjadi dikalangan orang Arab, sebagai berikut: Dengan bentuk salam-salaman tangan kanan mereka, dengan bentuk memercikkan minyak wangi ke tangan atau pakaian mereka, dengan bentuk saling mengikatkan tampar yang satu kepada yang lain, dengan bentuk tekad/nazar dan dengan bentuk-bentuk yang lain.
    Orang yang pertama menyusun Ilmu Aqsamil Quran ini ialah Imam Ibnu Al Jauziyah (wafat 751 H.) yang menulis kitab At Tibyan Fi Aqsamil Quran.
    A. Rukun-Rukun Qasam
    Sighat qasam yang asli itu terdiri dari tiga rukun yaitu:
    1. Harus ada fi’il qasam yang di muta’addikan dengan huruf ba’.
    Dalam percakapan sehari-hari atau dalam ayat al Quran, sumpah itu tidak terlalu lengkap mencakup rukun tersebut. Kadang-kadang fi’il qasamnya dibuang/tidak disebutkan. Tetapi dalam Al Quran, penggunaan huruf ba’ ini hanya terjadi jika fi’il qasamnya disebutkan. Contohnya seperti dalam ayat 53 surat An Nur:
    وَاَقْسَمُوْا بالله جَهْدَ اَيْمَانِهِمْ (النور )
    Bahkan terkadang huruf ba’ itupun diganti dengan wawu, seperti surat Al lail ayat 1:
    والّيْلِ اِذَا يَغْشى (اليل)
    Atau diganti dengan huruf ta’, seperti dalam surat Al Anbiya’ ayat 57:
    تَالله لاَ كَيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ (الانبياء)
    Sumpah ada juga yang menggunakan huruf wau. Sumpah yang menggunakan wau ini tidak perlu menggunakan lafad aqsama, ahlafa. Sebaliknya huruf itu harus digunakan kata yang jelas, bukan pengganti.
    2. Harus ada muqsam bih (penguat sumpah), yaitu sumpah itu harus diperkuat sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah. Misalnya dengan menggunakan lafal Allah:
    a. Keadaan Muqsam Bih
    Dr. Bakri Syekh Amin dalam buku At Ta’bir Alfan fil Quran menceritakan bahwa kebiasaan sumpah orang-orang arab jahiliyah yang selalu memakai muqsam bih selain Allah, misalnya dengan umurnya, kakeknya, hidupnya, kepala dan sebagainya. Maksud sumpah orang Arab Jahiliyah tersebut adalah untk memuliakan hal-hal yang dijadikan muqsam bih itu. Menurut kebiasaan, mereka memang memuliakan hal tersebut. Sejalan dengan kebiasaan orang Arab itulah, dalam Al Quran juga kadang-kadang terdapat qasam seperti qasam orang Arab Jahiliyah. Misalnya yang terdapat dalam surat Al Hijr ayat 72:
    لَعَمْرُكَ أَنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ (الحجر)
    Padahal menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu seharusnya memakai nama Allah SWT, Dzat atau sifat-sifat-Nya, terutama bagi sumpah manusia. Sebab ada larangan bersumpah dengan muqsam bih selain Allah, yang dihukumi musyrik. Hal itu berdasarkan hadits riwayat Umar:
    مَنْ خَلَفَ بِغَيْرِ الله فَقَدْ كَفَرَ اَوْ شَرَكَ (رواه الترميذي)
    Artinya: barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka berarti dia telah kafir atau musyrik (H.R. Tirmdzi)
    bagi Allah boleh bersumpah dengan apa saja. Sebab, muqsam bih itu harus berupa sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah yang Maha Agung tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya. Sehingga dia boleh bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun makhluk-Nya, tetapi tidak untuk mengagungkan makhluk itu. Melainkan supaya manusia mengerti bahwa makhluk/benda yang dijadikan muqsam bih Allah SWT. itu adalah benda yang penting dan besar artinya.
    3. Harus ada muqsam ‘alaihi (berita yang diperkuat dengan sumpah itu), yaitu ucapan yang ingin diterima/dipercaya orang yang mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tesebut.
    a. Keadaan Muqsam Alaihi
    Muqsam Alaihi adalah berita yang dikuatkan dengan sumpah atau disebut juga jawaban sumpah. Ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam ‘alaihi, yaitu:
    Muqsam ‘alaihi/berita itu terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji atau hal-hal penting.
    Muqsam ‘alaihi itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Jika muqsam ‘alaihii tersebut kalimatnya terlalu panjang, maka muqsam ‘alaihi boleh di buang.
    Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan), maka harus dimasuki huruf “lam” dan “qad”.
    Materi isi muqsam ‘alaihi itu bisa bermacam-macam, terdiri dari berbagai bidang.

  • @dzalikalkitabulaaroibafiih6450
    @dzalikalkitabulaaroibafiih6450 День тому +3

    Ulumul Quran
    Ilmu Al-muhkam wa Al-mutasyabih
    A. Pengertian Al-Muhkam wal Mutasyabih
    Secara etimologis muhkam berasal dari kata hakama dengan pengertian “mana’a” yaitu melarang untuk kebaikan. Kendali yang dipasang di leher binatang disebut hakama. Orang Arab mengatakan hakamatu ad-dabbah artinya aku melarang binatang itu dengan hikmah. Jika dikatakan ahkantuha artinya ja’altu laha hakamah yaitu aku pasang kendali pada binatang itu agar tidak bergerak liar.
    Dari pengertian ini muncul kata al-hikmah yang berarti kebijakan, karena ia dapat mencegah kepemilikanya dari hal-hal yang tidak pantas. Ahkam al-amr berarti ia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan; Ahkam al-faras berarti ia membuat kekang pada mulut untuk mencegahnya dari goncangan. Dan juga al-hukm yang berarti memisahkan antara dua hal. Al-hakim adalah orang yang mencegah kejadian kezaliman, memisahkan antara dua pihak yang berperkara, serta memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan antara yang jujur dan bohong.
    Jadi al-Muhkam adalah perkataan yang kokoh, rapi, indah, dan benar. Dengan pengertian seperti itulah Allah SWT mensifati Al-Qur’an bahwa keseluruhan ayat-ayatnya adalah muhkam seperti diterangkan dalam firmannya dalam Q.S Hud 11: 1 yang artinya
    “Alif laam raa, (inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan kokoh (uhkimat) serta dijelaskan secara terperinci (fushshilat), yang diturunkan dari sisi Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
    Al-Qur’an seluruhnya muhkam dalam arti seluruh ayat-ayat Al-Qur’an itu kokoh, fasih, indah dan jelas, membedakan antara hak dan batil dan antara yang benar dan yang dusta. Inilah yang dimaksud dengan al-hikam al’am atau muhkam dalam arti umum.
    Sedangkan secara etimologis mutasyabih berasal dari kata syabaha-asy-syibhu-asy-syabahu-asy-syabihu, hakikatnya adalah keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Misalnya dari segi warna, rasa, keadilan, dan kezaliman. Apabila diantara dua hal tidak bisa dibedakan karena adanya kemiripan antara keduanya disebut asy-syubhan. Misalnya tentang buah-buahan di surga (Q.S Baqarah 2: 25).
    Buah-buahan di surga itu satu sama lain serupa warnanya, bukan rasa dan hakikatnya.
    Dikatakan pula mutasyabih adalah mutamatsil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi, tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagiannya membetulkan sebagai yang lain. Dengan pengertian seperti itulah Allah SWT mensifati Al-Qur’an bahwa keseluruhan ayat-ayatnya adalah mutayabihah seperti diterangkan dalam firman-Nya dalam Q.S Az-Zumar 39: 23 yang artinya:
    “ Allah telah menurunkan perkataaan yang paling baik yaitu Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. . . “
    Dalam uraian di atas jelas bahwa dalam Al-Qur’an seluruhnya adalah muhkam dan mutasyabih. Tidak demikian halnya jika kita menilainya dari terminologis, karena sebagai ayat-ayat Al-Qur’an muhkamat dan sebagian lagi mutasyabih sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S Ali ‘Imran ayat 3: 7 yang artinya:
    “Dia-lah yang Menurunkan Kitab (al-Quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat”. Itulah pokok-pokok Kitab (al-Quran) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (al-Quran), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”
    Menurut ayat ini, jelas bahwa ayat-ayat Al-Qur’an ada yang Muhkam dan ada yang Mutasyabih. Atas dasar itulah maka para ulama memberi definisi kedua jenis ayat itu. Diantaranya:
    Definisi dari Dr. Amir dinyatakan sebagai pendapat Ahlu Sunnah. Muhkam adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang atau dengan melalui ta’wil, karena ayat yang perlu dita’wil itu mengandung pengertian lebih dari satu kemungkinan. Adapun Mutasyabih adalah ayat-ayat yang pengertian pastinya hanya diketahui oleh Allah.
    Definisi dari Ibnu Abbas. Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya mengandung satu makna. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang mengandung pengertian bermacam-macam.
    Muhkam adalah ayat yang maknanya rasional. Artinya, dengan akal manusia saja pengertian ayat itu sudah dapat ditangkap. Tetapi ayat-ayat mutasyabih mengandung pengertian yang tidak dapat dirasionalkan. Misalnya, bilangan raka’at di dalam salat 5 waktu. Demikian juga penetapan kewajiban shaum yang dijatuhkan pada bulan Ramadhan, bukan pula bulan Sya’ban atau Muharam.
    Ayat-ayat Al-Qr’an yang muhkam adalah ayat yang nasikh dan padanya mengandung pesan pernyataan halal, haram, hudud, faraidh dan semua yang wajib diimani dan diamalkan.adapun mutasyabih ayat yang padanya terdapat mansukh, dan qasam (sumpah) serta yang wajib diimani tetapi tak wajib di amalkan lantaran tidak tertangkapnya makna yang dimaksud. Definisi ini menurut Dr. Amir Abd al-Aziz, juga dinisbatkan kepada Ibnu Abbas.
    Ayat-ayat muhkam yaitu ayat yang mengandung halal dan haram. Di luar ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat mutasyabih.
    Ayat muhkam adalah ayat yang tidak ter-naskh (tidak mansukh). Sementara ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang dinasakh.
    Kalau secara etimologis muhkam dan mutasyabih disebut sebagai al-ihkam al-‘am dan at-tasyabuh al-‘am, maka muhkam dan mutasyabih secara terminologis ini disebut sebagai al-ihkam al-khash dan at-tasyabiuh al-khash.
    Contoh ayat mutasyabih antara lain adalah ayat Allah SWT dalm surat Al-a’raf 7: 54
    Aspek-aspek Tasyabuh
    Tasyabuh artinya kesamaran makna. Ada tiga aspek dalam ayat-ayat mutasyabihat, yaitu segi lafal ayat, makna ayat, dan pada lafal dan makna ayat sekaligus.
    1. Tasyabuh pada lafal ayat
    Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena kosakata (mufrodat) yang digunakan oleh Al Qur’an tidak umum dipakai oleh bangsa arab seperti penggunaan kata “abban” dalam Surat Abasa ayat 31.
    Dua orang sahabat yaitu Abu Bakar ash Shiddiq dan Umar ibn al Khathab tidak tahu makna kata “abban” tersebut. Tatkala Abu Bakar ditanya apa makna kata itu, beliau menjawab “Langit mana yang akan menaungiku, bumi mana tempat aku berpijak, jika aku katakan sesuatu tentang Kitab Allah apa-apa yang aku tidak punya ilmu tentangnya”. Senada dengan itu Umar juga menyatakan “Kata “fakihah” kita tahu, tetapi apa maknanya “abban?”. Makna “abban” baru diketahui setelah dihubungkan dengan ayat berikut.
    Dari ayat ini baru jelas bahwa “fakihah atau buah-buahan” adalah kesenangan untuk kamu, sedangkan “abban” kesenangan untuk binatang ternakmu. “abban” artinya rumput-rumput untuk binatang ternak.
    Tasyabuh juga disebabkan karena kata yang digunakan bersifat “musytarak” atau mempunyai lebih dari satu pengertian, misalnya kata “quru” yang terdapat dalam Surat Al Baqarah ayat 228.
    Tasyabuh juga bisa terjadi disebabkan oleh susunan kalimat, baik kalimatnya ringkas, luas atau karena susunan kalimatnya. Contohnya dalam surat An-Nisa ayat 3.
    2. Tasyabuh pada makna ayat
    Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena kendungan makna ayat itu sendiri yang berbicara tentang hal-hal yang ghaib seperti sifat Allah SWT dan hal ihwal Hari Akhir. Hal-hal ghaib seperti itu, sekalipun tahu artinya, tetapi tentu saja akal manusia tidak bisa mengungkap hakikat sifat-sifat Allah SWT dan hal ikhwal mengenai Hari Akhir.
    Jadi, tasyabuh bukan disebabkan oleh lafal yang gharib atau musyatarak, bukan pula dari susunan kalimat, tetapi justru dari kandungan makna ayat-ayat itu sendiri.
    3. Tasyabuh pada lafal dan makna ayat sekaligus
    Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena lafal dan makna ayat sekaligus. Contohnya dalam surat Al Baqarah ayat 189. Tasyabuh pada ayat ini terjadi karena lafalnya yang padat dan juga dari segi makna.
    Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih
    Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat mutasyabih dapat diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada (QS. ‘Ali Imran : 7)
    Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm di-athaf-kan pada lafazh Allah, sementara lafazh yaaquluna sebagai hal. Itu artinya, bahwa ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang mendalami ilmunya,Yang kedua, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaquluna sebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya.
    Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahuinya menjadi tiga bagan:
    Bagian yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kiamat.
    Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz yang ganjil, sulit difahami namun bisa ditemukan artinya
    Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya diketahui orang- orang yang mendalami ilmunya.

  • @LimpangLimpung-q8c
    @LimpangLimpung-q8c 22 години тому +1

    Asbabun Nuzul
    Ibnu Abi Hatim dan al-'Adni dalam musnadnya meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Nujaih, dari Mujahid, dia berkata, "Salman berkata, 'Saya bertanya kepada Nabi tentang para pemeluk agama yang dulu saya anut' Lalu aku ceritakan tentang shalat dan ibadah mereka. Maka turunlah ayat, 'Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi ...' (Al-Baqarah: 62).' "
    Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, dia berkata, "Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kawan-kawannya dulu beliau berkata, 'Mereka masuk neraka.' Salman berkata, 'Maka bumi terasa gelap bagiku.' Kemudian turunlah ayat, 'Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi...' sampai firman-Nya, '...Mereka tidak bersedih hati.' (Al- Baqarah: 62). Dia berkata, 'Seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuhku.' "
    Ibnu Jariri dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur as-Suddi, dia berkata, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kawan-kawan Salman al-Farisi dulu."

  • @kawasankelud1392
    @kawasankelud1392 День тому +2

    Asbabun Nuzul
    Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Muhammad bin Marwan as-Suddi as-Shagir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
    "Ayat tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Pada suatu hari mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Rasulullah Saw. Maka Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh ini dari kalian.' Kemudian dia pergi menghampiri Abu Bakar dan memegang tangannya, lalu berkata, 'Selamat datang ash-Shiddiiq, tuan Bani Tamim, syaikhul Islam, orang kedua setelah Rasulullah saat berada dalam gua, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Umar dan berkata, 'Selamat datang tuan Bani 'Addi bin Ka'ab, al-Faruuq yang kokoh di dalam agama Allah, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Ali dan berkata, 'Selamat datang sepupu Rasulullah dan menantu beliau, tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.' Kemudian mereka pergi secara terpisah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada kawan-kawannya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang yang telah aku lakukan tadi? Jika kalian melihat mereka, maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan.' Maka mereka memujinya. Kemudian orang-orang muslim menemui Nabi dan menceritakan hal tersebut, maka turunlah ayat ini."
    Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena as-Suddi ash-Shaghir dan al-Kalabi adalah pendusta. Dan Abu Shalih sendiri adalah orang yang lemah.

  • @SobatNgarit-j5b
    @SobatNgarit-j5b 20 годин тому +2

    Kapan kapan mampir kak❤

  • @DongoKinabul
    @DongoKinabul 18 годин тому +1

    Mari kita baca komentar yang penuh keterangan kawan,selanjutnya balaslah dengan baik

  • @TeaJahe
    @TeaJahe 16 годин тому +2

    Absen

  • @DjarumKing-m4d
    @DjarumKing-m4d День тому +2

    Asbabun Nuzul
    Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Muhammad bin Marwan as-Suddi as-Shagir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
    "Ayat tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Pada suatu hari mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Rasulullah Saw. Maka Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh ini dari kalian.' Kemudian dia pergi menghampiri Abu Bakar dan memegang tangannya, lalu berkata, 'Selamat datang ash-Shiddiiq, tuan Bani Tamim, syaikhul Islam, orang kedua setelah Rasulullah saat berada dalam gua, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Umar dan berkata, 'Selamat datang tuan Bani 'Addi bin Ka'ab, al-Faruuq yang kokoh di dalam agama Allah, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Ali dan berkata, 'Selamat datang sepupu Rasulullah dan menantu beliau, tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.' Kemudian mereka pergi secara terpisah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada kawan-kawannya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang yang telah aku lakukan tadi? Jika kalian melihat mereka, maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan.' Maka mereka memujinya. Kemudian orang-orang muslim menemui Nabi dan menceritakan hal tersebut, maka turunlah ayat ini."
    Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena as-Suddi ash-Shaghir dan al-Kalabi adalah pendusta. Dan Abu Shalih sendiri adalah orang yang lemah.