Saya apresiasi tayangan ini. Ada sedikit koreksi : Maklumat 5 September 1945 adalah penyatuan Dwitunggal Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman ke dalam NKRI, sebagai daerah awal NKRI republiken, oleh Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Dalam proses suksesi di kasultanan Ngayogyakarta, ada 2 sultan yang wafatnya misterius/pembunuhan, dan tentunya ini bukan adat di karaton Ngayogyakarta. Jadi, suksesi dari Sultan pertama sampai ke-10 saat ini, tidak sama. Ada yang mulus, ada yang 'misterius', dan ada yang diintervensi Belanda dan Inggris, bahkan ada yang melalui prahara. Saat jaman telah memasuki jaman gen-z saat ini, apakah kraton tidak mampu mengikuti/memasukinya? Tentunya harus mampu, ya. Harus! Sultan 10 telah memulainya, yakni, salah satunya, dengan menempatkan cinta sejati (ejawantah keimanan dan kebudayaan tingkat tertinggi) dalam bertahta, termasuk tidak berpoligami. Ini revolusi, ini restorasi. Dan Beliau tinakdir merubah tumurunnya wahyu sultan atau sultanah. Trah Hamengkubuwanan tidak putus jika Kraton dipimpin oleh Sultan atau Sultanah, sebagaimana ada syarif/syarifah dan sayyid/sayyidah. Luar biasa. Nah, dalam kondisi belum nampaknya "jiwa sultan" pada adik-adik Ngarsa Dalem ka-10, apalagi dalam sebuah petikan wawancara (ua-cam.com/video/MBCH2-CG6Ns/v-deo.html menit 0' 44" sampai 1' 33") di mana tercermati adanya pernyataan yang tidak 'njawani', kasar dan tendensius, Gusti Prabu amat tidak pantas jadi Sultan, maka GKR Mangkubumi amat pantas menerima turunnya wahyu ratu, bertahta sekaligus menjadi gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Merdeka ! Salam NKRI !
Nderek Ngarso Dalem 🙏🏻🙏🏻
Saya apresiasi tayangan ini.
Ada sedikit koreksi : Maklumat 5 September 1945 adalah penyatuan Dwitunggal Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman ke dalam NKRI, sebagai daerah awal NKRI republiken, oleh Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
perhatikan audio !
Dalam proses suksesi di kasultanan Ngayogyakarta, ada 2 sultan yang wafatnya misterius/pembunuhan, dan tentunya ini bukan adat di karaton Ngayogyakarta. Jadi, suksesi dari Sultan pertama sampai ke-10 saat ini, tidak sama. Ada yang mulus, ada yang 'misterius', dan ada yang diintervensi Belanda dan Inggris, bahkan ada yang melalui prahara.
Saat jaman telah memasuki jaman gen-z saat ini, apakah kraton tidak mampu mengikuti/memasukinya? Tentunya harus mampu, ya. Harus! Sultan 10 telah memulainya, yakni, salah satunya, dengan menempatkan cinta sejati (ejawantah keimanan dan kebudayaan tingkat tertinggi) dalam bertahta, termasuk tidak berpoligami. Ini revolusi, ini restorasi. Dan Beliau tinakdir merubah tumurunnya wahyu sultan atau sultanah. Trah Hamengkubuwanan tidak putus jika Kraton dipimpin oleh Sultan atau Sultanah, sebagaimana ada syarif/syarifah dan sayyid/sayyidah. Luar biasa.
Nah, dalam kondisi belum nampaknya "jiwa sultan" pada adik-adik Ngarsa Dalem ka-10, apalagi dalam sebuah petikan wawancara (ua-cam.com/video/MBCH2-CG6Ns/v-deo.html menit 0' 44" sampai 1' 33") di mana tercermati adanya pernyataan yang tidak 'njawani', kasar dan tendensius, Gusti Prabu amat tidak pantas jadi Sultan, maka GKR Mangkubumi amat pantas menerima turunnya wahyu ratu, bertahta sekaligus menjadi gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Merdeka !
Salam NKRI !
jelek banget angle kamera-nya saat interview. kayak amaritan sj.