Pemimpin yg omonganya didengan samapai akir dgn sangan antusias,dan tak akan pernah bosan walau berapa lama pun,adakah yg mampu sepreti itu,patut menjadi contoh bagi semua pemimpin idonesia
Salah satu model dakwah yg diharapkan diantaranya adalah harus tegas tentang perkara hukum agama, kalo perintah katakan perintah, bagi yg meninggalkan berdosa, bagi yg dilarang katakan terlarang dan yg melanggar diganjar dosa. Dalam menyampaikan hukum harus tegas walaupun terasa pahit. Haram katakan haram, dosa katakan dosa, Bid'ah katakan Bid'ah. Wallahua'lam
Walaopun bliao sampun Sedo rasane taksi wonten LAN katah jasa2 ne kangge kemajuan kota Tegal mugo2 di ampuni segala kesalahan kan ansal.tempat ingkang sae amin ya robbal alamin
*NU & MUHAMMADIYAH* *Kyai Hasyim* (Hasyim Asy'ari) adalah pendiri NU. Pondoknya di Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur. Hampir semua kyai pendiri pondok pesantren di Jawa umumnya adalah pernah belajar kepadanya sehingga diberi gelar *Hadratusy Syaikh* (Maha guru). Ada kisah menarik. Waktu itu belum ada Muhammadiyah, belum ada NU. Kedua ormas terbesar di Indonesia itu belum didirikan. Suatu saat ada santri dari Kauman Jogja bernama *Basyir* mengadu menjelek-jelekkan *KH. Ahmad Dahlan* dihadapan Kyai Hasyim gurunya. KH. Ahmad Dahlan adalah tetangga Basyir. Kyai Haji Ahmad Dahlan baru pulang dari Makkah, dan diangap membuat _odo-odo_ baru (pembaharuan) sehingga memancing keresahan antara masyarakat kampungnya di Kauman. “Siapa namanya?” tanya Kyai Hasyim. "Ahmad Dahlan” "Bagaimana ciri-cirinya?” Santri Basyir menggambarkannya. "Itu Kang Dahlan!” Kata Kyai Hasyim. Kyai Hasyim dan Kyai Dahlan adalah teman satu pondokan dalam mengaji di pondok Kyai Saleh Darat Semarang dan ketika ngaji di Mekkah. “Tidak apa-apa”, kata Kyai Hasyim, “yang dia lakukan itu _ndalan_ . Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya." Pada akhirnya Basyir justru mendapat _dawuh_ dari KH. Hasyim Asy'ri mendapat amanat untuk membantu perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Tidak hanya Basyir tetapi santri Kyai Hasyim Asy'ari lain ---- juga dari Kauman Jogja yaitu *Fahruddin* juga mendapat _dawuh_ yang sama. Satu tahun kemudian ketika Kiai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kiai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya. Yang menarik kedua santri KH. Hasyim Asy'ari diatas (Basyir dan Fahruddin) -- putra-putranya akhirnya pernah menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah semua. Kyai Fahruddin berputera *Pak A.R Fahruddin* pernah menjabat ketua umum di Muhammadiyah. Setelah itu diganti puteranya Kyai Basyir yaitu *Ahmad Azhar Basyir, M.A.* Kyai Basyir beliau juga menitipkan anaknya bernama Ahmad Azhar Basyir kepada kyai NU Kiai Abdul Qodir Munawwir (kakak ipar Kiai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Bahkan bisa dikatakan, Ahmad Azhar Basyir hampir tak pernah ketinggalan mengikuti pengajian Kiai Ali Ma’shum ketika di Krapyak. *KH. ALI MAKSUM, KH. AZHAR BASYIR dan AZIZ* Senja kala itu, santri dari Pati bernama Aziz tiba di Pesantren Krapyak usai menempuh perjalanan beratus kilo dari kediamannya di bagian utara Jawa Tengah. Merasa letih, Aziz kemudian mencari tempat teduh di celah pesantren sekedar untuk beristirahat sembari menunggu jeda Magrib. Maksud dan tujuan ia datang ke Krapyak adalah untuk mendalami keilmuan KH Ali Maksum. Selepas berjamaah, Aziz sowan ke ndalem (rumah) Mbah Ali, memohon restu mengangsuh-kaweruh di Pesantren Krapyak. Ia memperkenalkan diri, bertukar kabar, sampai berkisah mengenai perjalanannya dari Pati hingga sampai di Krapyak. Alih-alih langsung direstui, Mbah Ali malah menguji Aziz. Ia diperintah Mbah Ali meneruskan bait di nazam Alfiyah. Mulanya, Aziz ketar-ketir mendapat tantangan tersebut. “Ayo coba, teruskan nazam ini..” Mbah Ali melantunkan sebait nazam dan dengan lanyah Aziz meneruskan. “Baik, sekarang dibalik. Dibaca dari belakang..” perintah Mbah Ali. Seperti tantangan pertama, Aziz lanyah, tangkas, meneruskan bait-bait yang diucapkan Mbah Ali. Merasa terkagum, Mbah Ali lantas berujar, “Yo wés Ziz, koe wés ra usah sinau agomo nang aku. Besok pagi selepas subuh ikut aku yaaa…” “Nggih, Kiai.” Aziz menjawab gugup. Namun jiwa santrinya menuntun Aziz memilih sami’na wa atho’na dan segera pamit untuk menyudahi sowan yang begitu menggetarkan tadi. Sembari keluar dari ndalem Mbah Ali, Aziz gusar dan terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, “Kira-kira besok pagi Mbah Ali mau ngajak ke mana ya?” Keesokan harinya, Aziz diajak Mbah Ali pergi. Berdua mereka berboncengan menaiki vespa. Sementara Mbah Ali menyetir di depan, Aziz yang di belakang semakin gusar. Pertanyaan malam terus menggeliat dalam pikirannya. Hingga vespa Mbah Ali berhenti di depan sebuah rumah. Mbah Ali berucap salam sembari tangan kanannya mengetok pintu rumah. Tak berselang lama seorang membukakan pintu. Yang tampak adalah sosok orang tua gagah, berkaca mata dan berpenampilan rapih. Mbah Ali lalu beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya. Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Teh hangat dan hidangan ringan terpapar di meja. Aziz mendapati di sekeliling ruang tamu buku-buku tertata sangat rapih di rak. “Ini Kiai Basyir, sekarang kamu kutitipkan di sini. Belajarlah kepadanya, habiskan buku bacaannya,” pesan Mbah Ali pada Aziz. Seketika perasaan Aziz kalut. Ekspestasi kepergiannya ke Krapyak untuk menimba ilmu ke KH. Ali Maksum, tapi seperti ada “takdir” lain. Ia diperintahkan supaya belajar pengetahuan umum ke tokoh Muhammadiyah, KH. Basyir. Selang beberapa tahun kemudian, Mbah Ali berniat mengambil Aziz di kediaman Kiai Azhar Basyir untuk diboyong kembali ke Krapyak. Sendiri beliau mengendarai vespanya. Sesampainya di kediaman Kiai Azhar, Mbah Ali terkekeh ketika mendapati Aziz sedang membaca buku di pelataran rumah Kiai Azhar. “Loh. Sekarang kamu sudah bisa pakai celana, Ziz?” Aziz diam tak membalas. Kepalanya merunduk tersenyum malu. Mbah Ali masih mengamatinya dari ujung kaki sampai pucuk rambut. Terkekeh. Tak berselang lama, Kiai Azhar Basyir mengenali tawa tersebut dan keluar rumah. Kembali mereka berdua beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya. “Ngéné yo Syir, sekarang anakku, Aziz mau kubawa kembali ke Krapyak. Kiranya sudah cukup ia dua tahun belajar di sini. Nanti kalau terlalu lama, takutnya ia jadi Muhammadiyah.” Mereka berdua tertawa. Aziz tidak ikut tertawa, merasa belum maqamnya mengikuti tertawa para ulama unggul dari NU dan Muhammadiyah ini. Masih dalam kondisi tertawa, Mbah Ali berujar, “Lihat saja”, telunjuk Mbah Ali tertuju ke celana Aziz, “sekarang dia sudah pakai celana, padahal sewaktu pertama kali ke sini ia masih memakai sarung.” Gelak tawa kembali memenuhi ruang tamu, kecuali Aziz yang hanya mesem. Menurut Shohibul Hikayat, santri bernama Aziz dari Pati ini adalah ayahanda dari M. Imam Aziz (ketua PBNU dan staf khusus wapres). Belakangan diketahui jika Azhar Basyir ketika muda, ia dititipkan kepada KH Abdul Qodir Munawwir oleh ayahnya sendiri, Kiai Basyir-untuk belajar Alquran. Ayah KH Azhar Basyir, yakni Kiai Basyir, pernah mengenyam pendidikan pesantren di Tebuireng Hadrastusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Tidak hanya itu, Azhar muda juga tidak pernah absen mengikuti pengajian kitab kuning yang diampu oleh KH Ali Maksum. Setelah belajar di Krapyak, Azhar melanjutkan ke Tremas-Pacitan dan lalu Kairo. Di Kairo Azhar berjumpa dan berkarib dengan Gus Dur. Sekembalinya dari Kairo, Kiai Azhar Basyir menjadi Ketua PP Muhammadiyah dan Gus Dur menjadi Ketua PBNU. _Hairus Salim_
KembalikanJamaah NU yg nyasar ke PKS untuk kembali ke PKB Kader NU harus selalu sosialisasikan partainya NU yaitu PKB PKB harus rutin turun dor to dor ke RT & RW, ditempat saya dokter yg menangani pemeriksaan kesehatan Manula/ orang tua itu dokter PKS, biayanya Asam urat Rp 5000, Diabet, Rp. 5000, tekanan darah, obat & dokternya gratis rutin tiap bulan sekali, saya berharap PKB juga bisa begitu jangan sampai kandang NU diserobot oleh PKS partainya Wahabi, soalnya banyak Jamaah NU yg gak tau penyaluran politiknya. bahkan ada yg gak tau kalo jamaah yg diikuti itu adalah Aswaja NU. Kembalikan Jamaah NU untuk kembali dukung PKB,Kader PKB harus aktif dor to dor ke Jamaah NU, soalnya Ibu2 dan bapak2 Manula banyak yg gak tau kalo Jamaah NU penyaluran aspirasi politiknya ke PKB, bahkan banyak yg mendukung PKS, Kader PKB harus aktif datang kalo ada Yasinan & kegiatan Jamaah NU lainnya, diterangkan bahkan didoktrin agar setiap Jamaah NU harus dukung partai yg didirikan Ulama NU dan terangkan bahayanya kalo dukung PKS partainya wahabi, karena akidah wahabi menghalalkan darah sesama Muslim selain fahamnya, jadi akidahnya tidak sesuai dg ajaran & tuntunan Rosululloh, makanya kegiatan kita bisa dilarang menjalankan budaya NU bahkan bisa dibunuh kalo PKS partai wahabi besar. Besarkan Aswaja NU besarkan PKB, kader NU harus selalu ada di Pemerintahan, jangan kalah dg PKS.
PKS, PPP, PKB itu tujuan pembentukanya untuk politik kekuasaan.. Sejak khittah NU secara terbuka mendeklarasikan diri untuk tidak ikut campur dalam urusan kampanye ! PERJUANGAN NU murni untuk kemaslahatan bangsa BUKAN kepentingan Elit politik !
lebih TEGAS dari AHOK, lebih RELIGIUS dari AHOK, lebihSANTUN dari AHOK dan yang pasti lebih BERHASIL dari AHOK, siapa bilang pemimpin muslim tidak ada yang amanah dan lebih TEGAS dari AHOK, buka mata lebar-lebar = MELOTOT ( Cerbon punya .....???? Buapti atau Walikota-nya......????)
Cakrabuana Macan Ali tidak SMU tmpt Di Indonesia punya pemimpin seperti ini contohnya Jakarta...Jakarta hanya ahok yg tegas sayang perbedaan ras agama dijadikan senjata
@@tegaltv ok mksh infx....sy pertama x lihat DIA d UA-cam br akhir Februari 2022... .sblum th 2022 sy tdk kenal / melihat DIA sm s x MAKANYA sy KAGET & SANGAT SEDIH... TIDAK ADA ORANG yg BAIK, LUCU, AGAMIS, ADIL dlm KEPEMIMPINANYA , HANYA MAU cr UANG yg HALAL kecuali DIA . 😭😭😭😭😭😭.
Ya allloh mbok ciptakan lagi orang seperti ki entus di bumi indonesia kalau bisa lebih dari satu. Aamiin
Ki Enthus : ulama, dalang profesional, bupati, komedian, penceramah....
Apa yg sy suka di ki Antus , krn tak ada Batas, tak membatas, tak mau di hormati tp di turuti,
Alfatihah
Guru ku Ki Entus
Pemimpin yg omonganya didengan samapai akir dgn sangan antusias,dan tak akan pernah bosan walau berapa lama pun,adakah yg mampu sepreti itu,patut menjadi contoh bagi semua pemimpin idonesia
innalillahi wainna ilahirajiuunn...sekarang beliau sudah d sisinya...mari alfatihah untuk beliau emiga beliau husnul khotimah
Alfatihah buat Abah,Abah insya Allah masuk surga karena selama hidupnya selalu bikin orang bahagia tertawa 🤲
Amii n
NU dan Muhhamadiah .. ceramahnya kalem.. beda dngn yg lain suka mengkafirkan
andy troyandi
Muhammadiyah yg betul tulisan nya
Muhammadiyah & nahdatul ulama adalah saudara kita semua .sama2 ahlussunah wal jamaah
Salaf yg sebenar nya bkn salapi wahabi
Salah satu model dakwah yg diharapkan diantaranya adalah harus tegas tentang perkara hukum agama, kalo perintah katakan perintah, bagi yg meninggalkan berdosa, bagi yg dilarang katakan terlarang dan yg melanggar diganjar dosa. Dalam menyampaikan hukum harus tegas walaupun terasa pahit. Haram katakan haram, dosa katakan dosa, Bid'ah katakan Bid'ah. Wallahua'lam
Semoga bnyk peminpin sprti entus utk bngsa ini ..tulus dan bersaudara
Walaopun bliao sampun Sedo rasane taksi wonten LAN katah jasa2 ne kangge kemajuan kota Tegal mugo2 di ampuni segala kesalahan kan ansal.tempat ingkang sae amin ya robbal alamin
Innalillahi wa innailaihi roji'un semoga ilmunya bermanfaat dan bisa di Gunakan sebaik-baiknya
slamat jln mi Enthus semoga surga menantimu
cramahnya ki mantep sekali sampai pagi pun gak ngantuk . tapi kasihan ki nya di depan nya gak di kasih air minum ki haus.
mantap n jos gandos kotos2 ki entus humoris n bnyak maknanya
Mhn utk tdk diselingi iklan
Ya allah indahnya kebersamaan antara NU dan Muhammadiyah
amiin
Salaf sejati
*NU & MUHAMMADIYAH*
*Kyai Hasyim* (Hasyim Asy'ari) adalah pendiri NU. Pondoknya di Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur. Hampir semua kyai pendiri pondok pesantren di Jawa umumnya adalah pernah belajar kepadanya sehingga diberi gelar *Hadratusy Syaikh* (Maha guru).
Ada kisah menarik. Waktu itu belum ada Muhammadiyah, belum ada NU. Kedua ormas terbesar di Indonesia itu belum didirikan. Suatu saat ada santri dari Kauman Jogja bernama *Basyir* mengadu menjelek-jelekkan *KH. Ahmad Dahlan* dihadapan Kyai Hasyim gurunya. KH. Ahmad Dahlan adalah tetangga Basyir. Kyai Haji Ahmad Dahlan baru pulang dari Makkah, dan diangap membuat _odo-odo_ baru (pembaharuan) sehingga memancing keresahan antara masyarakat kampungnya di Kauman.
“Siapa namanya?” tanya Kyai Hasyim.
"Ahmad Dahlan”
"Bagaimana ciri-cirinya?”
Santri Basyir menggambarkannya.
"Itu Kang Dahlan!” Kata Kyai Hasyim.
Kyai Hasyim dan Kyai Dahlan adalah teman satu pondokan dalam mengaji di pondok Kyai Saleh Darat Semarang dan ketika ngaji di Mekkah. “Tidak apa-apa”, kata Kyai Hasyim, “yang dia lakukan itu _ndalan_ . Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya."
Pada akhirnya Basyir justru mendapat _dawuh_ dari KH. Hasyim Asy'ri mendapat amanat untuk membantu perjuangan KH. Ahmad Dahlan.
Tidak hanya Basyir tetapi santri Kyai Hasyim Asy'ari lain ---- juga dari Kauman Jogja yaitu *Fahruddin* juga mendapat _dawuh_ yang sama. Satu tahun kemudian ketika Kiai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kiai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.
Yang menarik kedua santri KH. Hasyim Asy'ari diatas (Basyir dan Fahruddin) -- putra-putranya akhirnya pernah menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah semua. Kyai Fahruddin berputera *Pak A.R Fahruddin* pernah menjabat ketua umum di Muhammadiyah. Setelah itu diganti puteranya Kyai Basyir yaitu *Ahmad Azhar Basyir, M.A.*
Kyai Basyir beliau juga menitipkan anaknya bernama Ahmad Azhar Basyir kepada kyai NU Kiai Abdul Qodir Munawwir (kakak ipar Kiai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Bahkan bisa dikatakan, Ahmad Azhar Basyir hampir tak pernah ketinggalan mengikuti pengajian Kiai Ali Ma’shum ketika di Krapyak.
*KH. ALI MAKSUM, KH. AZHAR BASYIR dan AZIZ*
Senja kala itu, santri dari Pati bernama Aziz tiba di Pesantren Krapyak usai menempuh perjalanan beratus kilo dari kediamannya di bagian utara Jawa Tengah. Merasa letih, Aziz kemudian mencari tempat teduh di celah pesantren sekedar untuk beristirahat sembari menunggu jeda Magrib.
Maksud dan tujuan ia datang ke Krapyak adalah untuk mendalami keilmuan KH Ali Maksum.
Selepas berjamaah, Aziz sowan ke ndalem (rumah) Mbah Ali, memohon restu mengangsuh-kaweruh di Pesantren Krapyak. Ia memperkenalkan diri, bertukar kabar, sampai berkisah mengenai perjalanannya dari Pati hingga sampai di Krapyak.
Alih-alih langsung direstui, Mbah Ali malah menguji Aziz. Ia diperintah Mbah Ali meneruskan bait di nazam Alfiyah.
Mulanya, Aziz ketar-ketir mendapat tantangan tersebut.
“Ayo coba, teruskan nazam ini..” Mbah Ali melantunkan sebait nazam dan dengan lanyah Aziz meneruskan.
“Baik, sekarang dibalik. Dibaca dari belakang..” perintah Mbah Ali.
Seperti tantangan pertama, Aziz lanyah, tangkas, meneruskan bait-bait yang diucapkan Mbah Ali.
Merasa terkagum, Mbah Ali lantas berujar, “Yo wés Ziz, koe wés ra usah sinau agomo nang aku. Besok pagi selepas subuh ikut aku yaaa…”
“Nggih, Kiai.” Aziz menjawab gugup. Namun jiwa santrinya menuntun Aziz memilih sami’na wa atho’na dan segera pamit untuk menyudahi sowan yang begitu menggetarkan tadi.
Sembari keluar dari ndalem Mbah Ali, Aziz gusar dan terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, “Kira-kira besok pagi Mbah Ali mau ngajak ke mana ya?”
Keesokan harinya, Aziz diajak Mbah Ali pergi. Berdua mereka berboncengan menaiki vespa. Sementara Mbah Ali menyetir di depan, Aziz yang di belakang semakin gusar. Pertanyaan malam terus menggeliat dalam pikirannya.
Hingga vespa Mbah Ali berhenti di depan sebuah rumah. Mbah Ali berucap salam sembari tangan kanannya mengetok pintu rumah. Tak berselang lama seorang membukakan pintu. Yang tampak adalah sosok orang tua gagah, berkaca mata dan berpenampilan rapih. Mbah Ali lalu beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya.
Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Teh hangat dan hidangan ringan terpapar di meja. Aziz mendapati di sekeliling ruang tamu buku-buku tertata sangat rapih di rak.
“Ini Kiai Basyir, sekarang kamu kutitipkan di sini. Belajarlah kepadanya, habiskan buku bacaannya,” pesan Mbah Ali pada Aziz.
Seketika perasaan Aziz kalut. Ekspestasi kepergiannya ke Krapyak untuk menimba ilmu ke KH. Ali Maksum, tapi seperti ada “takdir” lain. Ia diperintahkan supaya belajar pengetahuan umum ke tokoh Muhammadiyah, KH. Basyir.
Selang beberapa tahun kemudian, Mbah Ali berniat mengambil Aziz di kediaman Kiai Azhar Basyir untuk diboyong kembali ke Krapyak. Sendiri beliau mengendarai vespanya. Sesampainya di kediaman Kiai Azhar, Mbah Ali terkekeh ketika mendapati Aziz sedang membaca buku di pelataran rumah Kiai Azhar.
“Loh. Sekarang kamu sudah bisa pakai celana, Ziz?”
Aziz diam tak membalas. Kepalanya merunduk tersenyum malu.
Mbah Ali masih mengamatinya dari ujung kaki sampai pucuk rambut. Terkekeh.
Tak berselang lama, Kiai Azhar Basyir mengenali tawa tersebut dan keluar rumah. Kembali mereka berdua beruluk salam, bertukar sapa, hingga berpelukan erat sekali seperti bertemu sahabat yang lama tidak ditemuinya.
“Ngéné yo Syir, sekarang anakku, Aziz mau kubawa kembali ke Krapyak. Kiranya sudah cukup ia dua tahun belajar di sini. Nanti kalau terlalu lama, takutnya ia jadi Muhammadiyah.” Mereka berdua tertawa. Aziz tidak ikut tertawa, merasa belum maqamnya mengikuti tertawa para ulama unggul dari NU dan Muhammadiyah ini. Masih dalam kondisi tertawa, Mbah Ali berujar, “Lihat saja”, telunjuk Mbah Ali tertuju ke celana Aziz, “sekarang dia sudah pakai celana, padahal sewaktu pertama kali ke sini ia masih memakai sarung.” Gelak tawa kembali memenuhi ruang tamu, kecuali Aziz yang hanya mesem. Menurut Shohibul Hikayat, santri bernama Aziz dari Pati ini adalah ayahanda dari M. Imam Aziz (ketua PBNU dan staf khusus wapres).
Belakangan diketahui jika Azhar Basyir ketika muda, ia dititipkan kepada KH Abdul Qodir Munawwir oleh ayahnya sendiri, Kiai Basyir-untuk belajar Alquran. Ayah KH Azhar Basyir, yakni Kiai Basyir, pernah mengenyam pendidikan pesantren di Tebuireng Hadrastusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari.
Tidak hanya itu, Azhar muda juga tidak pernah absen mengikuti pengajian kitab kuning yang diampu oleh KH Ali Maksum.
Setelah belajar di Krapyak, Azhar melanjutkan ke Tremas-Pacitan dan lalu Kairo. Di Kairo Azhar berjumpa dan berkarib dengan Gus Dur. Sekembalinya dari Kairo, Kiai Azhar Basyir menjadi Ketua PP Muhammadiyah dan Gus Dur menjadi Ketua PBNU.
_Hairus Salim_
Terimakasih atas pencerahannya.
Subhanallah contoh yg bagus perlu dikembangkan agar suasana tambah adem Aamiiin
Tak doakan sampean nang alam kubur oleh nikmat suargo.amin2yarobalalamin
mantap ceramahnya pak entus,,,,,love U
suka banget aku sama ucapan" ki enthus👍👍
NU -MUHAMMADIYAH TOP
Poko,e Ki Entus gada lawan...????
Pantes Nyalon Gubernur Jateng, Ki Enthus.
Ki entus mantap. I love abah Entus.
NU dan Muhammadiyah sakduluran
Nyong yen duwe bupati koyo kiye najyan nyong sedina mangan rong dina ra nguntal, nyong ora bakal krasa luwe...nyong sening bngt
NU, MUHAMADIYAH , FPI ,,,,MAJU TERUS......
KembalikanJamaah NU yg nyasar ke PKS untuk kembali ke PKB
Kader NU harus selalu sosialisasikan partainya NU yaitu PKB
PKB harus rutin turun dor to dor ke RT & RW, ditempat saya dokter yg menangani pemeriksaan kesehatan Manula/ orang tua itu dokter PKS, biayanya Asam urat Rp 5000, Diabet, Rp. 5000, tekanan darah, obat & dokternya gratis rutin tiap bulan sekali, saya berharap PKB juga bisa begitu jangan sampai kandang NU diserobot oleh PKS partainya Wahabi, soalnya banyak Jamaah NU yg gak tau penyaluran politiknya. bahkan ada yg gak tau kalo jamaah yg diikuti itu adalah Aswaja NU.
Kembalikan Jamaah NU untuk kembali dukung PKB,Kader PKB harus aktif dor to dor ke Jamaah NU, soalnya Ibu2 dan bapak2 Manula banyak yg gak tau kalo Jamaah NU penyaluran aspirasi politiknya ke PKB, bahkan banyak yg mendukung PKS,
Kader PKB harus aktif datang kalo ada Yasinan & kegiatan Jamaah NU lainnya, diterangkan bahkan didoktrin agar setiap Jamaah NU harus dukung partai yg didirikan Ulama NU dan terangkan bahayanya kalo dukung PKS partainya wahabi, karena akidah wahabi menghalalkan darah sesama Muslim selain fahamnya, jadi akidahnya tidak sesuai dg ajaran & tuntunan Rosululloh, makanya kegiatan kita bisa dilarang menjalankan budaya NU bahkan bisa dibunuh kalo PKS partai wahabi besar.
Besarkan Aswaja NU besarkan PKB, kader NU harus selalu ada di Pemerintahan, jangan kalah dg PKS.
shohib sakera berlomba dalam kebaikan bae lah pokoke! 😍
saya NU saya PKS....partai politik urusan duniawi....jadi jgn menafsirkan terlalu jauh bro shohib sakera...
Nu babi
Nu babi
PKS, PPP, PKB itu tujuan pembentukanya untuk politik kekuasaan..
Sejak khittah NU secara terbuka mendeklarasikan diri untuk tidak ikut campur dalam urusan kampanye !
PERJUANGAN NU murni untuk kemaslahatan bangsa BUKAN kepentingan Elit politik !
MARI KITA MENDOAKAN ALMARHUM KI ENTUS SUSMONO..
Tegal
mudah@an jadi gubernur dki pak entus
wkwkwk..ngakak guling...tp sayang..انالله واناليه راجعون😭😭😭😭
Keprimen oo......
indahnya kebersamaan
Dari judulnya, hrhehehe.......hehehe...... ?? Guyon niyeeeeeeee
Beres Muhammadiyah karo NU kui Ning bisa kaya teh poci gula batu luget Ajip kaya kiye beres
Ternyata yg di kagumi
Se orang Seniman wayang telah di panggil sama allahu
setuju bnget ma pean ki
Putrirista Rista hbat luar biasa saya dukung pa entus nyslon gbernur jteng top deh
Lucu abis....,, kapan ya bisa ketemu pak entus....???
Presiden ki jane Yo koyo pak entus iki.
pak enthusss..pokoe..laka..laka..
Hahahahaaaaaaaaah..... kaku tah kaku sayang umure ora dawa mas susmono
Gtu mlh gamblang pak ntus ben jo eyel2an.mergo awake dewe ki siji nabine ..muhammad saw
Sayang suara nya kecil padahal volume hp ku udh full
Muhammadiyah ok
bagaimana caranya mendatangkan ki enthus
mohon yg tau kasih jawaban makasih.
nanggsp bae wayange pasti deweke sing ndalang
lebih TEGAS dari AHOK, lebih RELIGIUS dari AHOK, lebihSANTUN dari AHOK dan yang pasti lebih BERHASIL dari AHOK, siapa bilang pemimpin muslim tidak ada yang amanah dan lebih TEGAS dari AHOK, buka mata lebar-lebar = MELOTOT ( Cerbon punya .....???? Buapti atau Walikota-nya......????)
Cakrabuana Macan Ali cerbon?
Cakrabuana Macan Ali tidak SMU tmpt Di Indonesia punya pemimpin seperti ini contohnya Jakarta...Jakarta hanya ahok yg tegas sayang perbedaan ras agama dijadikan senjata
ahok itu munafik
Ki Enthus seperti Abu Nawas...hahaha
Kwkwkwkkw ngakak njungkel2
Asuuuu....asuuuu.... bupati'ku rada soak tpi nyenengke low 👍
Heri Gali l
iya cramahnya mantep!!! tp kok pakek clana kulot ya??
men isis neh
+Vaio Setyono ...apa iya..😄😄😄
Umi Rahayu ben gampang
(y)
K D
anavelisa
Lo ...pak ENTUS sudah MENINGGAL ta....
MENINGGAL Krn apa
thn brp DIA MENINGGAL
thn brp DIA jd BUPATI
Meninggal 2018 karena serangan jantung saat kunjungan kerja di Jatinegara
@@tegaltv ok
mksh infx....sy pertama x lihat DIA d UA-cam br akhir Februari 2022...
.sblum th 2022 sy tdk kenal / melihat DIA sm s x
MAKANYA sy KAGET & SANGAT SEDIH...
TIDAK ADA ORANG yg BAIK, LUCU, AGAMIS, ADIL dlm KEPEMIMPINANYA , HANYA MAU cr UANG yg HALAL kecuali DIA .
😭😭😭😭😭😭.
Sama2. Alfatihah untuk beliau
Ceramah kok di guyu opo kuwi?