Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Tidak ada ruang untuk berkeluh kesah, mengumpat atau complain, karena وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nahl: 18). Dan lebih baik kita berfikir tentang kelalaian kita dalam mensyukuri nikmat-nikmat tersebut sambil berusaha sekuat tenaga memperbaiki dan terus memperbaiki. Memperbaiki bersyukur kita kepada Rabb kita, lalu memperbaiki bersyukur kita kepada manusia-manusia yang telah berjasa kepada diri kita, khususnya yang memiliki jasa-jasa yang sangat besar khususnya seperti orang tua, jasa-jasa Akhirat kita seperti guru, ulama dan pihak-pihak lainnya. Karena kalau kita berhasil untuk bersyukur dengan sekuat tenaga maka لَأَزِيدَنَّكُمْ “Aku akan tambah nikmat tersebut” dan itu janji Allah, tetapi kalau kita lalai padahal kita bersyukur tetapi kita tidak bersyukur dan kita mampu tetapi kita tidak lakukan, kita punya peluang tetapi kita tidak ambil peluang tersebut, وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim: 7). Maka semoga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa bersyukur kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan sebagaimana kita meminta ilmu yang bermanfaat dan dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ. Makna ke-2 dari QS Al-Hajj: 32 adalah sebagai berikut; Kita kembali ke pembahasan berikutnya, sebuah Bab yang penting sebuah penekanan dari Bab-Bab sebelumnya, karena ini berkaitan dengan hak Rasulillah ﷺ, yaitu Bab 43 tentang “Memuliakan Ahlul Bait (Keluarga) Rasulullah ﷺ Dan Penjelasan Tentang Keutamaan Mereka”. Diriwayatkan dari Hilal bin Sahar dalam Syi’ar, diriwayatkan bahwa Al-Hasan itu pernah berkhutbah dihadapan ahli Kufah di Iraq, lalu al Hasan mengatakan, “Wahai penduduk Kufah, bertakwalah kepada Allah dalam perkara (menyikapi) kami, karena kami adalah pemimpin kalian, kami adalah tamu kalian dan kami adalah Ahlul Bait, kami keluarga Rasulullah ﷺ, dan Allah berfirman tentang ahlul baithإِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا “Allah ingin menghilangkan gangguan keburukan dan dosa dari kalian wahai Ahlul Bait sehingga kalian bersih sebersih-bersihnya” (QS Al-Ahzab: 33). Maka Ahlul Kufah pada saat itu menangis karena mereka tahu bahwa hak ahlul bait itu sangat besar. Kalau Allah saja ingin menghilangkan gangguan keburukan atau dosa atau kekejian dari keluarga Rasulullah ﷺ lalu bagaimana dengan PR kita atau bagaimana dengan hak mereka yang harus kita tunaikan, makanya Al Hasan mengatakan, “Bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi kami”. Dan lihat bagaimana keindahan Rasulullah ﷺ, Al Hasan tidak mengatakan, “Layani kami semewah-mewahnya”, tidak!. lihat bagaimana keluarga Rasulullah ﷺ tidak ingin memanfaatkan kedudukan mereka di tengah-tengah umat, namun mereka hanya minta disikapi dengan takwa dan itu juga untuk kebaikan umat. Karena kalau umat tidak bertakwa maka mereka yang punya masalah besar dihadapan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan kalau mereka bertakwa maka Allah akan berikan rizki dam jalan keluar yang tidak di sangka-sangka. Dan itulah keindahan cucu Rasulullah ﷺ. Jadi ketika Rabbul ‘Alamin menginginkan kebaikan kepada ahlul bait, ingin membersihkan ahlul bait dan ingin menjaga mereka dari dosa, gangguan, kekejian, maka ini pesan bagi kita dan itu yang diingatkan oleh al-Hasan. Kemudian al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى membawakan ayat kedua yaitu QS Al-Hajj: 32 yaitu ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ artinya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS Al-Hajj: 32). Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى dan para ulama lainnya menjelaskan bahwa diantara Syi’ar-Syi’ar Allah adalah keluarga Rasulullah ﷺ. Jadi bukan hanya Rasulullah ﷺ tetapi juga keluarga Rasulullah ﷺ. Dan kalau anda muliakan maka membuktikan bahwa anda bertakwa. Dan itu diterapkan para sahabat, bukan hanya baik tetapi mereka memuliakan. Diriwayatkan dalam Syi’ar bahwa Abbas bin Abdul Muthallib, pamannya Rasulullah ﷺ, diriwayatkan kalau Al Abbas bin Abdul Muthallib sedang berjalan, lalu bertemu atau melewati atau berpapasan dengan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا dan pada saat itu Umar dan Utsman رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا sedang menaiki tunggangan mereka (mungkin sedang naik kuda atau naik unta), kemudian mereka langsung turun dari tunggangannya, sampai Al-Abbas melewati mereka dan meninggalkan mereka, dalam rangka memuliakan Rasulullah ﷺ. Ini paman Rasul ﷺ, jadi QS Al-Hajj: 32 ini bukan isapan jempol, mereka mengerti bahwa keluarga Rasulullah ﷺ adalah Syi’ar Allah, dan barangsiapa yang memuliakan keluarga Rasulullah ﷺ maka itu adalah ketakwaan. Dan itu orang-orang besar mereka mengerti bersikap dan bagaimana menghadapi orang besar juga atau orang yang jauh lebih besar dari mereka. Dan lihat bagaimana hubungan antara sahabat dengan ahlul bait Rasulullah ﷺ, bagaimana para sahabat memuliakan ahlul bait Rasulullah ﷺ, bagaimana secara khusus Umar dan Utsman رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا memuliakan keluarga Rasulullah ﷺ. Dan itu yang harus kita tiru dan harus kita mengerti, makanya kaidah mengatakan, ‘Tidak ada yang tahu keutamaan, kedudukan dan hak orang-orang yang mulia kecuali orang mulia’. Jadi yang tahu bersikap hanya orang-orang mulia. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 4 Rabiul Awal 1445 AH/19 September 2023 Ahida Muhsin
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه جزاك الله خيرا ilmunya ustadz ssmoga اَللّهُ selalu limpahkan taufik rahmat dan taufik karuniaNya kepada Imam Nawawi, ustadz, tim, keluarga, para ulama, seluruh kaum muslimin di mana pun berada آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين
LAST PART Diriwayatkan juga bahwa Yazid bin Muawiyah membangga-banggakan dirinya di atas Al Hasan bin Ali. Dan kita tahu antara Muawiyah dan Ali sempat ada dinamika. Lalu anaknya di tanya, ‘nak, kamu membangga-banggakan diri di depan al Hasan? Menganggap dirimu lebih baik daripada Hasan? Lalu anaknya menjawab, ‘Iya, saya merasa begitu’, lalu apa kata ayahnya, ‘nak, kamu melakukan itu mungkin kamu berfikir bahwa ibumu kedudukannya sama seperti ibunya? dan kakekmu itu kedudukannya seperti kakek al Hasan? Tidak sama!, kenapa kamu bisa berbangga dihadapan al-Hasan?’. Padahal kita tahu ayahnya Muawiyah itu tokoh yaitu Abu Sofyan. Lihat bagaimana mereka memuliakan dan mereka mendidik anak-anak mereka seperti itu. Dan bagaimana mungkin Nabi ﷺ dibandingkan dengan umatnya. Itu Yazid bin Muawiyah, lalu bagaimana dengan kita, kalau kita tidak menganggap keluarga Rasulullah ﷺ? Makanya ini menunjukkan ketakwaan, bukan hanya berbuat baik tetapi memuliakan sampai-sampai anaknya Muawiyah yaitu Yazid di tegur ketika membangga-banggakan dirinya di atas Al Hasan bin Ali. Dan yang memberikan testimoni ini seorang tokoh besar, pemimpin dan ketika berhadapan dengan keluarga Rasulullah ﷺ tawadhu dan memuliakan. Imam Az-Zuhri رحمه الله pernah menyampaikan bahwa Umar bin Khattab رضي الله تَعَالَى عنه pernah memberikan hadiah Baju kepada anak-anaknya para sahabat, tapi qadarullah pada saat itu tidak ada baju yang cocok untuk Al-Hasan dan Al-Husein. Terlepas size nya kebesaran atau secara kualitas tidak sesuai dengan mereka berdua karena mereka adalah cucu Rasulullah ﷺ pasti beda. Lalu kemudian dicarikan oleh Umar dan setelah mendapatkan yang cocok di antar ke Yaman lalu diserahkan dan diberikan, lalu Umar mengatakan, ‘Sekarang hatiku lega dan tenang’. Lihat bagaimana Umar bin Khattab رضي الله تَعَالَى عنه. Jadi dua ayat di atas itu bukan isapan jempol namun diamalkan oleh para sahabat, وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ “Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS Al-Hajj: 32). Kenapa Umar sampai menyarikan secara khusus lalu kemudian diantarkan ke Yaman? Karena mereka tahu parameternya itu ketakwaan saya dan ini cucu-cucu Rasulullah ﷺ dan tidak bisa diberi yang biasa-biasa saja dan tidak bisa disamakan dengan anak-anak para sahabat yang lain, ini berbeda. Jadi mereka tahu bagaimana memuliakan karena nama-nama besar atau sosok-sosok yang besar tidak bisa di beri yang biasa-biasa saja. Jadi bayangkan, kalau ini cucu Rasulullah ﷺ lalu bagaimana dengan Rasulullah ﷺ? Bagaimana mereka memberikan hidupnya untuk الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lalu Rasulillah ﷺ. Seringkali bertolak belakang dengan kita, kecuali yang dirahmati oleh Allah dan kita seringkali tidak mengerti bagaimana menyikapi sosok-sosok yang bertautan dengan Sunnah Rasulullah ﷺ dan itu menunjukkan bagaimana kualitas kita memuliakan Rasulullah ﷺ. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 4 Rabiul Awal 1445 AH/19 September 2023 Ahida Muhsin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, sahabat sahabat kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah Khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
Alhamdulillah
Jazakumullahu khairan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan tim atas ilmunya...
Barakallahu fiikum
Masya Allah Tabarakallah
Jazaakumullaahu khayran ustadz hafidzahullahu ta'ala.Baarokallahu fiikum
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Tidak ada ruang untuk berkeluh kesah, mengumpat atau complain, karena وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nahl: 18). Dan lebih baik kita berfikir tentang kelalaian kita dalam mensyukuri nikmat-nikmat tersebut sambil berusaha sekuat tenaga memperbaiki dan terus memperbaiki. Memperbaiki bersyukur kita kepada Rabb kita, lalu memperbaiki bersyukur kita kepada manusia-manusia yang telah berjasa kepada diri kita, khususnya yang memiliki jasa-jasa yang sangat besar khususnya seperti orang tua, jasa-jasa Akhirat kita seperti guru, ulama dan pihak-pihak lainnya. Karena kalau kita berhasil untuk bersyukur dengan sekuat tenaga maka لَأَزِيدَنَّكُمْ “Aku akan tambah nikmat tersebut” dan itu janji Allah, tetapi kalau kita lalai padahal kita bersyukur tetapi kita tidak bersyukur dan kita mampu tetapi kita tidak lakukan, kita punya peluang tetapi kita tidak ambil peluang tersebut, وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim: 7). Maka semoga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa bersyukur kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan sebagaimana kita meminta ilmu yang bermanfaat dan dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ.
Makna ke-2 dari QS Al-Hajj: 32 adalah sebagai berikut;
Kita kembali ke pembahasan berikutnya, sebuah Bab yang penting sebuah penekanan dari Bab-Bab sebelumnya, karena ini berkaitan dengan hak Rasulillah ﷺ, yaitu Bab 43 tentang “Memuliakan Ahlul Bait (Keluarga) Rasulullah ﷺ Dan Penjelasan Tentang Keutamaan Mereka”. Diriwayatkan dari Hilal bin Sahar dalam Syi’ar, diriwayatkan bahwa Al-Hasan itu pernah berkhutbah dihadapan ahli Kufah di Iraq, lalu al Hasan mengatakan, “Wahai penduduk Kufah, bertakwalah kepada Allah dalam perkara (menyikapi) kami, karena kami adalah pemimpin kalian, kami adalah tamu kalian dan kami adalah Ahlul Bait, kami keluarga Rasulullah ﷺ, dan Allah berfirman tentang ahlul baithإِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا “Allah ingin menghilangkan gangguan keburukan dan dosa dari kalian wahai Ahlul Bait sehingga kalian bersih sebersih-bersihnya” (QS Al-Ahzab: 33). Maka Ahlul Kufah pada saat itu menangis karena mereka tahu bahwa hak ahlul bait itu sangat besar. Kalau Allah saja ingin menghilangkan gangguan keburukan atau dosa atau kekejian dari keluarga Rasulullah ﷺ lalu bagaimana dengan PR kita atau bagaimana dengan hak mereka yang harus kita tunaikan, makanya Al Hasan mengatakan, “Bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi kami”. Dan lihat bagaimana keindahan Rasulullah ﷺ, Al Hasan tidak mengatakan, “Layani kami semewah-mewahnya”, tidak!. lihat bagaimana keluarga Rasulullah ﷺ tidak ingin memanfaatkan kedudukan mereka di tengah-tengah umat, namun mereka hanya minta disikapi dengan takwa dan itu juga untuk kebaikan umat. Karena kalau umat tidak bertakwa maka mereka yang punya masalah besar dihadapan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan kalau mereka bertakwa maka Allah akan berikan rizki dam jalan keluar yang tidak di sangka-sangka. Dan itulah keindahan cucu Rasulullah ﷺ. Jadi ketika Rabbul ‘Alamin menginginkan kebaikan kepada ahlul bait, ingin membersihkan ahlul bait dan ingin menjaga mereka dari dosa, gangguan, kekejian, maka ini pesan bagi kita dan itu yang diingatkan oleh al-Hasan.
Kemudian al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى membawakan ayat kedua yaitu QS Al-Hajj: 32 yaitu ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ artinya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS Al-Hajj: 32). Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى dan para ulama lainnya menjelaskan bahwa diantara Syi’ar-Syi’ar Allah adalah keluarga Rasulullah ﷺ. Jadi bukan hanya Rasulullah ﷺ tetapi juga keluarga Rasulullah ﷺ. Dan kalau anda muliakan maka membuktikan bahwa anda bertakwa. Dan itu diterapkan para sahabat, bukan hanya baik tetapi mereka memuliakan. Diriwayatkan dalam Syi’ar bahwa Abbas bin Abdul Muthallib, pamannya Rasulullah ﷺ, diriwayatkan kalau Al Abbas bin Abdul Muthallib sedang berjalan, lalu bertemu atau melewati atau berpapasan dengan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا dan pada saat itu Umar dan Utsman رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا sedang menaiki tunggangan mereka (mungkin sedang naik kuda atau naik unta), kemudian mereka langsung turun dari tunggangannya, sampai Al-Abbas melewati mereka dan meninggalkan mereka, dalam rangka memuliakan Rasulullah ﷺ. Ini paman Rasul ﷺ, jadi QS Al-Hajj: 32 ini bukan isapan jempol, mereka mengerti bahwa keluarga Rasulullah ﷺ adalah Syi’ar Allah, dan barangsiapa yang memuliakan keluarga Rasulullah ﷺ maka itu adalah ketakwaan. Dan itu orang-orang besar mereka mengerti bersikap dan bagaimana menghadapi orang besar juga atau orang yang jauh lebih besar dari mereka. Dan lihat bagaimana hubungan antara sahabat dengan ahlul bait Rasulullah ﷺ, bagaimana para sahabat memuliakan ahlul bait Rasulullah ﷺ, bagaimana secara khusus Umar dan Utsman رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا memuliakan keluarga Rasulullah ﷺ. Dan itu yang harus kita tiru dan harus kita mengerti, makanya kaidah mengatakan, ‘Tidak ada yang tahu keutamaan, kedudukan dan hak orang-orang yang mulia kecuali orang mulia’. Jadi yang tahu bersikap hanya orang-orang mulia.
To be continued 1 of 2 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Selasa, 4 Rabiul Awal 1445 AH/19 September 2023
Ahida Muhsin
Jazakallahu khairan ustadz ilmunya, barakallahu fiikum
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
جزاك الله خيرا ilmunya ustadz
ssmoga اَللّهُ selalu limpahkan taufik rahmat dan taufik karuniaNya kepada Imam Nawawi, ustadz, tim, keluarga, para ulama, seluruh kaum muslimin di mana pun berada
آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين
LAST PART
Diriwayatkan juga bahwa Yazid bin Muawiyah membangga-banggakan dirinya di atas Al Hasan bin Ali. Dan kita tahu antara Muawiyah dan Ali sempat ada dinamika. Lalu anaknya di tanya, ‘nak, kamu membangga-banggakan diri di depan al Hasan? Menganggap dirimu lebih baik daripada Hasan? Lalu anaknya menjawab, ‘Iya, saya merasa begitu’, lalu apa kata ayahnya, ‘nak, kamu melakukan itu mungkin kamu berfikir bahwa ibumu kedudukannya sama seperti ibunya? dan kakekmu itu kedudukannya seperti kakek al Hasan? Tidak sama!, kenapa kamu bisa berbangga dihadapan al-Hasan?’. Padahal kita tahu ayahnya Muawiyah itu tokoh yaitu Abu Sofyan. Lihat bagaimana mereka memuliakan dan mereka mendidik anak-anak mereka seperti itu. Dan bagaimana mungkin Nabi ﷺ dibandingkan dengan umatnya. Itu Yazid bin Muawiyah, lalu bagaimana dengan kita, kalau kita tidak menganggap keluarga Rasulullah ﷺ? Makanya ini menunjukkan ketakwaan, bukan hanya berbuat baik tetapi memuliakan sampai-sampai anaknya Muawiyah yaitu Yazid di tegur ketika membangga-banggakan dirinya di atas Al Hasan bin Ali. Dan yang memberikan testimoni ini seorang tokoh besar, pemimpin dan ketika berhadapan dengan keluarga Rasulullah ﷺ tawadhu dan memuliakan.
Imam Az-Zuhri رحمه الله pernah menyampaikan bahwa Umar bin Khattab رضي الله تَعَالَى عنه pernah memberikan hadiah Baju kepada anak-anaknya para sahabat, tapi qadarullah pada saat itu tidak ada baju yang cocok untuk Al-Hasan dan Al-Husein. Terlepas size nya kebesaran atau secara kualitas tidak sesuai dengan mereka berdua karena mereka adalah cucu Rasulullah ﷺ pasti beda. Lalu kemudian dicarikan oleh Umar dan setelah mendapatkan yang cocok di antar ke Yaman lalu diserahkan dan diberikan, lalu Umar mengatakan, ‘Sekarang hatiku lega dan tenang’. Lihat bagaimana Umar bin Khattab رضي الله تَعَالَى عنه.
Jadi dua ayat di atas itu bukan isapan jempol namun diamalkan oleh para sahabat, وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ “Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS Al-Hajj: 32). Kenapa Umar sampai menyarikan secara khusus lalu kemudian diantarkan ke Yaman? Karena mereka tahu parameternya itu ketakwaan saya dan ini cucu-cucu Rasulullah ﷺ dan tidak bisa diberi yang biasa-biasa saja dan tidak bisa disamakan dengan anak-anak para sahabat yang lain, ini berbeda. Jadi mereka tahu bagaimana memuliakan karena nama-nama besar atau sosok-sosok yang besar tidak bisa di beri yang biasa-biasa saja. Jadi bayangkan, kalau ini cucu Rasulullah ﷺ lalu bagaimana dengan Rasulullah ﷺ? Bagaimana mereka memberikan hidupnya untuk الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lalu Rasulillah ﷺ. Seringkali bertolak belakang dengan kita, kecuali yang dirahmati oleh Allah dan kita seringkali tidak mengerti bagaimana menyikapi sosok-sosok yang bertautan dengan Sunnah Rasulullah ﷺ dan itu menunjukkan bagaimana kualitas kita memuliakan Rasulullah ﷺ.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Selasa, 4 Rabiul Awal 1445 AH/19 September 2023
Ahida Muhsin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, sahabat sahabat kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah Khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
BaarakAllahu fiikum ustadz beserta teamNya jazaakumullohu khayran atas ilmunya semoga bermanfaat bagi umat muslim syukron
Alhamdulilah
Su hanallah
Gimana yg katanya keturunan Rosul di Indonesia dan mencontohkan dan mengajak dalam amalan bid'ah, gimana sikap kita ke habib" tersebut