Alhamdulilah, saya pertama kali ke Resto ini, tahun 1988 (jadi sekitar 35 tahun lalu). Waktu itu saya masih Kost di Jalan Kampung Bali III/17, dekat Pasar Tanah Abang. Dulu Restoran ini, sebenarnya dulu hanya Warung Kaki Lima, di Jalan Wahid Hasyim pas di depan Bank BCA dekat Pasar. Kalau tidak salah dulu bukanya, sekitar Jam 5 sore - sampai sekityar jam 22.00. Memang warung ini tidak pakai etalase di depan, makanannya disusun rapi di atas meja di tengah warung, kemudian pembeli memilih/menunjuk makanan yang akan dibeli. Sejak dulu yang terkenal dan banyak dibeli tentu saja Gulai Tunjung (Kikil) yang dimasak ala Asampadeh (gulai pangek) tanpa santan. Kita bisa memilih, apakah potongan normal (seperti yang ada di Restaurant Padang yang lain), atau Potongan Jumbo (besar). Di samping Tunjang, banyak juga yang memilih Gazebo-nya yang super lezat, Masakan lain, biasanya Sayur Daun Singkong (direbus), Sambal Ijo atau Sambal Merah, ada juga Ayam Bakar, Rendang Daging, Ikan Goreng, atau Usus (tambunsu), juga Sop Buntut. Sekitar 10 tahun lalu, tahun 2013, restaurant ini pindah mendekati Sarinah, pas dekat toko Piala TKF. Lalu setelah Covid-19, rupanya DIbao Untuang sudah pindah ke Jalan Kebon Kacang XI No, 18, dekat Rumah Susun Kebon Kacang. Syukur, setelah cukup lama, saya masih sempat berkunjung kemari, andalannya masih sama, Tetap Asampadeh Tunjang Kikil dan Gulai Gazebo yang enak. Kalau dulu yang melayani di depan, mungkin Bapak/Ibu pemilik/pendiri restaurant Dibao Untuang. Sekarang yang duduk di meja kasir, mungkin anak atau menantu bapak pemilik/pendiri. Restauran ini memang sederhana, meja-kursinya terbatas, tidak pakai ruangan yang mewah tanpa AC/kipas angin. Tetapi rasanya masih otentik, asli dan enak. Biasanya pada waktu siang hari, cukup banyak pengunjung yang datang, harganya juga sangat bersahabat. Harga Lauk sekitar 17-20K, Tunjang Besar 40K. Dijamin enak, semoga tetap bertahan dan sukses.
Alhamdulilah, saya pertama kali ke Resto ini, tahun 1988 (jadi sekitar 35 tahun lalu). Waktu itu saya masih Kost di Jalan Kampung Bali III/17, dekat Pasar Tanah Abang. Dulu Restoran ini, sebenarnya dulu hanya Warung Kaki Lima, di Jalan Wahid Hasyim pas di depan Bank BCA dekat Pasar. Kalau tidak salah dulu bukanya, sekitar Jam 5 sore - sampai sekityar jam 22.00. Memang warung ini tidak pakai etalase di depan, makanannya disusun rapi di atas meja di tengah warung, kemudian pembeli memilih/menunjuk makanan yang akan dibeli. Sejak dulu yang terkenal dan banyak dibeli tentu saja Gulai Tunjung (Kikil) yang dimasak ala Asampadeh (gulai pangek) tanpa santan. Kita bisa memilih, apakah potongan normal (seperti yang ada di Restaurant Padang yang lain), atau Potongan Jumbo (besar). Di samping Tunjang, banyak juga yang memilih Gazebo-nya yang super lezat, Masakan lain, biasanya Sayur Daun Singkong (direbus), Sambal Ijo atau Sambal Merah, ada juga Ayam Bakar, Rendang Daging, Ikan Goreng, atau Usus (tambunsu), juga Sop Buntut.
Sekitar 10 tahun lalu, tahun 2013, restaurant ini pindah mendekati Sarinah, pas dekat toko Piala TKF. Lalu setelah Covid-19, rupanya DIbao Untuang sudah pindah ke Jalan Kebon Kacang XI No, 18, dekat Rumah Susun Kebon Kacang. Syukur, setelah cukup lama, saya masih sempat berkunjung kemari, andalannya masih sama, Tetap Asampadeh Tunjang Kikil dan Gulai Gazebo yang enak. Kalau dulu yang melayani di depan, mungkin Bapak/Ibu pemilik/pendiri restaurant Dibao Untuang. Sekarang yang duduk di meja kasir, mungkin anak atau menantu bapak pemilik/pendiri. Restauran ini memang sederhana, meja-kursinya terbatas, tidak pakai ruangan yang mewah tanpa AC/kipas angin. Tetapi rasanya masih otentik, asli dan enak. Biasanya pada waktu siang hari, cukup banyak pengunjung yang datang, harganya juga sangat bersahabat. Harga Lauk sekitar 17-20K, Tunjang Besar 40K. Dijamin enak, semoga tetap bertahan dan sukses.
Ternyata menunya cuma segitu...
y sy dulu perna menjadi bagian dr warung ini
Tepat saya kerja kmaren
Gajebo: lemak sandung lamur bukan daging muda
Jumat berkah😇
Setelah viral di twitter. Jadi penasaran hidden gem ini
Enak banget
Hallo
Wkwkw