1569. MEMULAI RUMAH TANGGA DENGAN KESALAHAN | Tanya Jawab | Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
Вставка
- Опубліковано 29 жов 2024
- 1569. MEMULAI RUMAH TANGGA DENGAN KESALAHAN
Riyaadhush Shaalihiin
Bab 46 | Bagaimana Mencintai Karena Allah, Anjuran Mencintai karena Allah, Mengungkapkan Cinta kepada yang Kita Cintai, & Apa yang Diucapkan Jika Mengungkapkannya
Hadits ke-381 | Hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu
Tanya Jawab
Ustadz layaknya seperti sosok ayah yg lg nasehatin putrinya.. dalem banget🙏🙏
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع
جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Ilmu itu dipelajari bukan hanya menambah wawasan tetapi menambah Iman dan Ketaqwaan kita. Dan itu salah satu dari inti Ilmu bahwa Ilmu adalah Iman itu sendiri, karena yang di maksud dengan Ilmu adalah Ilmu yang bermanfaat. Makanya ulama mengatakan, ‘Marilah kita sejenak menambah Iman kita’. Dan begitulah para ulama kita, mereka belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi untuk beriman, bukan hanya untuk mengerti tetapi juga untuk bertaqwa. Sufyan ats-Tsauri رحمه الله تَعَالَى mengatakan, ‘Sesungguhnya Ilmu itu dipelajari untuk bertaqwa kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‘. Jadi tidak ada artinya kita duduk di sini bersama Riyadhush Shalihin bersama Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى kalau bukan untuk ketaqwaan, taqarrub kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, kalau bukan menjadi hamba yang lebih baik dan lebih taat lagi. Dan semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bisa meraih itu semua, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. Dan kita harus sadar betul bahwa semakin kita belajar maka semakin kita sadar akan kebodohan dan kekurangan kita. Imam Adz-Dzahabi رحمه الله تَعَالَى dalam Syiar menukilkan sebuah kalimat, ‘Tidak ada seorang pun kecuali hal yang tidak tahu dari Al-Qur’an itu lebih banyak daripada hal yang dia ketahui’. Artinya kebodohan kita lebih besar dan banyak daripada apa yang kita ketahui. Dan nilai 100 itu anda bisa jawab seluruh pertanyaan dan pertanyaan dalam ujian itu bukan dari A-Z, namun hanya pilihan materi, bisa saja kebetulan kita baca dan ingat atau terkadang itu menghitung kancing atau materinya tertentu dan tidak mencakup seluruh hal. Dan manusia itu suka lupa dan terbius dan suka tenggelam dalam hal-hal seperti itu, seakan-akan dia tahu semua.
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Saya seorang wanita yang sedang kagum dan menyukai seorang laki-laki, kebetulan laki-laki ini sudah mengenal kajian Sunnah Nabi ﷺ. Kami sering chatting-an membahas hal Agama yang random. Saya senang tetapi tidak tenang, ada penyesalan dalam lubuk hati yang paling dalam. Saya berfikir bagaimana mungkin saya menginginkan rumah tangga yang kelak Allah ridhai dan Allah jaga serta berkahi, tetapi caranya tidak Allah ridhai. Seringkali saya berulang kali menjauhinya dan menghilang namun gagal. Mohon nasihatnya, sebaiknya bagaimana? Apakah saya menghilang begitu saja?
Jawab: Diriwayatkan Umar bin Abdul Aziz pernah memberikan nasihat ke Maimun, beliau mengatakan bahwa, ‘Janganlah kamu berdua-dua-an dengan seorang wanita dengan khalwat yang Haram di tempat itu, walaupun alasannya mengajarkan, membacakan Al-Qur’anul karim, walaupun alasannya amal shalih yang paling mulia’. Al-Qur’an itu Kitab suci kita, خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya” (HR Bukhari). Jadi jangan berdua-dua-an walaupun alasannya memakai amalan yang terbaik, dan ini nasihat besar bagi kita semua. Karena dalam hadits Nabi ﷺ bahwa, لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430). ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua” (HR. Ahmad dari hadits Jabir 3/339. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Gholil jilid 6 no. 1813). Dan secara umum kalau itu terjadi maka yang dikorbankan adalah wanita, maka hendaknya kita bertaqwa kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Intinya hati-hati dalam beriteraksi dan berkomunikasi dan jangan sampai offsite dengan lawan jenis, walaupun konten atau alasan yang disampaikan adalah amal shalih. Jadi kalau arahnya terfitnah dan itu yang di rasa oleh penanya, merasa sudah tidak nyaman dan tidak tenang bahwa ini harus segera diperbaiki, karena Nabi ﷺ mengatakan, وَاْلإِثْمُ مَا لَـمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلاَ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ “Dan dosa ialah apa saja yang menjadikan jiwa tidak tenang dan hati tidak tenteram kendati para pemberi fatwa berfatwa kepadamu“ (HR. Ahmad). Jadi kesimpulannya, bersyukurlah kepada Allah, bahwa penanya memiliki kadar Iman, yang ditunjukan ketidaktenangan ketika melakukan hal-hal tersebut. Dan yang menjadi masalah kalau orang sudah bersantai-santai saja melakukan dosa dan tidak ada beban dalam bermaksiat itu masalah besar. Tetapi ketika seseorang masih gundah dan galau tidak tenang, itu taufik dari Allah dan pertolongan dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan Allah tidak cabut kita dan Allah masih berikan kesempatan dan Allah ingin kita kembali. Dan kalau laki-laki itu jodoh kita, maka In Sya Allah itu akan didapatkan biiznillah, tetapi pergunakan cara yang halal dan jangan merasa takut kehilangan. Dan sebaliknya kalau dia bukan jodoh kita, itu tidak akan dapat dan kalau kita menggunakan cara yang Haram secara umum wanita yang paling dirugikan. Jadi kenapa kita menggunakan cara yang pasti merugikan kita dan kalau bukan jodoh kita tidak akan mendapatkan dan ini jelas-jelas rugi. Dan kalau bukan jodoh kita, kemungkinan berhasil itu 0% dan di sisi lain kerugiannya pasti dan yang paling dirugikan adalah wanita walaupun dua-duanya sama-sama berdosa. Adapun kalau itu jodoh kita maka tidak ada gunanya kita memakai cara yang Haram, maka pakai cara yang Halal. Jadi dari dua kemungkinan sebelum berumah tangga dua-duanya tidak ada alasan kita memakai cara yang Haram, kecuali syaitan ingin menghancurkan kita. Jadi sampaikan ke laki-laki tersebut bahwa cara kita ini rasanya offsite dan kalau begini caranya kita tidak akan diridhai oleh Allah, dan kalau kita berjodoh pun kita dengan cara ini bukan start yang baik, maka kita putuskan. Dan kalau memang kita sama-sama serius maka tempuh jalan yang halal dan semoga kita Istighfar dan Taubat kepada Allah. Dan kalau kita berbuat seperti itu, laki-lakinya lalu pergi dan meninggalkan kita, berarti dia tidak serius dan hanya mempermainkan kita saja.
To be continued 1 of 2 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 16 Rabi’ath-Thani 1446 AH/19 Oktober 2024
Ahida Muhsin
LAST PART
Jadi yang paling dirugikan adalah wanita dan jagalah kehormatan dan kehormatan wanita itu sangat tinggi di dalam Islam. Sampai-sampai dalam hadits dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, Nabi ﷺ mengatakan, وَاسْـتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ “Dan kalian menghalalkan kehormatan wanita dengan kalimat Allah” HR. Muslim (no. 1218) kitab al-Hajj. Jadi jangan lakukan hal tersebut, apalagi bagi wanita, kita akan dirugikan lalu kita akan menyesal dan kita akan ditinggalkan, layaknya seperti barang yang tidak ada gunanya. Maka jagalah kehormatan, nanti Allah akan jaga, كما تدين تدان “Sebagaimana anda bersikap, maka anda akan disikapi dengan cara yang sama”. Dan laki-laki yang baik-baik dan berkualitas dan bertanggung jawab, dia akan berfikir ulang, kalau wanita ketika mudah untuk didekati dan mudah untuk di ajak melangkah ke hal yang jauh lebih dalam dengan cara yang Haram akan berfikir bahwa wanita ini pertahanannya lemah. Dan kalau pertahanannya lemah, maka laki-laki yang solid, kuat dan berkualitas dia akan berfikir kalau saya menikah dengan dia lalu pertahanan wanita ini lemah. Dan kita tahu bahwa rumah tangga itu banyak dinamika dan tidak selamanya harmonis dan ada masanya kecewa, ada waktunya marah dan menjaga jarak, lalu bagaimana kalau pertahanan istri saya lemah maka ini sangat beresiko. Maka laki-laki yang berkualitas tidak akan mau dengan cara seperti itu. Jadi sama saja itu membuka kelemahan kita dan menunjukan bahwa kita ini pertahanannya lemah dan tidak kuat, lalu kira-kira siapa yang mau? Segera Taubat dan Istighfar lalu segera tutup pintu dan bangun pertahanan yang kuat dan sampaikan, kalau memang kita serius dalam masalah ini silahkan beralih ke cara yang Halal yang Allah ridhai.
Tanya: Saya sudah 4 tahun menjadi Muallaf. Saya senang sekali akhirnya saya bisa menjadi Muallaf. Tetapi saat ini saya punya perasaan yang ingin saya hilangkan. Saya merasa selama saya menjadi Muallaf hidup saya terasa banyak sekali ujiannya. Dan itu semua menurut saya adalah ujian yang berat, di dalam hati saya merasa, ‘Apakah ini ujian Iman atau apakah ini tentang ridha orangtua saya?’. Bagaimana saya harus menyikapi ini pak Ustadz? Mohon nasihatnya.
Jawab: Ini tidak mengejutkan dan justru ini adalah hal yang sangat positif, karena Nabi ﷺ bersabda, إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ “Allah itu kalau sayang kepada seseorang atau sebuah kaum maka Allah akan uji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285). Dan ini sangat logis dalam konteksnya, Guru atau Pelatih kalau sayang terhadap muridnya, dia akan uji terus muridnya atau atlitnya. Kenapa demikian? Karena agar Murid atau Atlit itu semakin Kuat dan Tangguh. الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menguji kita, agar kita semakin baik dan kuat dan semakin berkualitas. Karena kehidupan ini yang benar adalah jalan yang menanjak bukan jalan yang datar atau flat atau menurun. Dan itu kita bisa lihat kehidupan kita selama ini, lihat kita dari TK, SD, SMP, SMA lalu Perguruan tinggi, apakah itu flat? Tidak itu menanjak. Dan setiap kita berhasil melewati ujian, maka ujian berikutnya akan lebih berat dan bukan lebih mudah dan jelas ini ujian dinamika yang lebih pelik daripada kita sebelumnya. Kenapa itu semua kita bisa lewati, ini kita tidak bisa lewati dengan taufik dari Allah? Taubat lalu kembali ke Tauhid lalu masuk Islam dan berHijrah, itu adalah keputusan untuk naik kelas dan jangan pernah lupa dan bukan keputusan langsung masuk ke Surga. Kalau Surga itu tidak ada ujiannya, karena kita masih hidup di Dunia bukan di Surga, dan ini keputusan naik kelas, karena itulah satu-satunya jalan menuju Surga. Jadi kita harus sadar, bahwa ketika keputusan kita berhijrah itu keputusan naik kelas dan konsekuensinya adalah ujiannya lebih susah. Tetapi ini bukan hal atau pola baru dalam kehidupan, kita sudah lakukan itu puluhan tahun dan itu tidak ada masalah, lalu kenapa ini dipermasahkan?. Bahkan lebih clear dalam konteks ini bahwa ini tanda Allah mencintai kita, karena dulu belum tentu atau karena naik kelas kita secara duniawi saja dan seringkali bukan karena Iman dan keTaqwaan. Tetapi ini إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ “Allah itu kalau sayang kepada seseorang atau sebuah kaum maka Allah akan uji”. Dan Nabi ﷺ juga bersabda, فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ “Seseorang akan di uji sesuai dengan kadar Agamanya”. Dan kita tidak sendirian, dan ujian kita bukan yang terberat, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau ﷺ menjawab, الأَنْبِيَاءُ “Para Nabi” ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ “Kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih. Jadi hadapi dengan Ilmu, karena yang menjadi masalah karena kita tidak tahu ilmunya, dan itu yang merasa bahwa ujian ini sangat berat daripada realitanya. Sebagaimana firman Allah yang Allah hikayatkan ucapan Nabi Khidir, وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا “Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS Al-Kahf: 68). Dan kita tidak bisa sabar kalau kita tidak tahu ilmunya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan penanya dan semoga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, memberikan kemudahan dalam ujian-ujian kita, dan ingat Allah yang menguji dan Allah juga yang memberikan pertolongan, dari sahabat Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, Nabi ﷺ bersabda, إِنَّ الْمَعُونَةَ تَأْتِي مِنَ اللَّهِ لِلْعَبْدِ عَلَى قَدْرِ الْمُؤْنَةِ، وَإِنَّ الصَّبْرَ يَأْتِي مِنَ اللَّهِ عَلَى قَدْرِ الْمُصِيبَةِ “Sesungguhnya pertolongan itu datang dari sisi Allah kepada seorang hamba sesuai dengan level (tingkat) kesulitan atau kebutuhan. Dan sesungguhnya kesabaran itu datang dari sisi Allah sesuai dengan level musibah” (HR. Al-Bazzar dalam Al-Musnad, 15: 327; Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 12: 337. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1952). Jadi kalau ujiannya di angka 5 maka pertolongan Allah di angka 5 dan kalau ujiannya di angka 7 maka pertolongan Allah di angka 7 dan seterusnya, itulah Allah Tabaroka wa Ta'ala, Ar Rahman dan Ar Rahim.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 16 Rabi’ath-Thani 1446 AH/19 Oktober 2024
Ahida Muhsin
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Jazakumullahu Khayran wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim
Masya Allah Tabarakallah
Asli inituh
🙏
Cawang hadir ,ustadz
Jazakumullah khair
Barakallahu fiikum
Alhamdulilah
Iya ustadz itu kan namanya modus kan ustadz.... Ujung"nya pasti jdi maksiat