FAKTA SEJARAH Kp. JAWA & Kp. MADRAS DI PADANG

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 28 сер 2024
  • Kali ini tema yang dipilih adalah menyajikan hasil observasi secara komprehensif - atas seluruh dokumentasi foto tempo doeloe - tentang Kampung Madras, Jawa dan Nias di kota Padang - Sumatera Barat. Yuukk…langsung kita mulai saja ya…
    KAMPUNG MADRAS
    Ternyata di kota Padang itu tidak hanya ada Pecinan saja seperti yang sudah kita bahas pada konten terdahulu tetapi juga ada kampung Madras. Seperti namanya Kampung Madras merupakan kawasan yang dihuni oleh keturunan India yang berlokasi di Jl. Pasar Batipuh. Sebelum menempati Kampung Madras, keturunan India ini menghuni kawasan Kampung Dobi yang kini namanya menjadi Jl. Dobi.
    Di kota Padang barangkali hanya orang India sajalah yang benar-benar melebur dengan pribumi, mengapa? Itu karena mereka umumnya menganut agama Islam. Perhatikan saja tidak ada kuil Hindu yang hadir di kota Padang. Bandingkan dengan keberadaan kuil Hindu di kawasan Little India Medan - Sumatera Utara.
    Meskipun jumlah mereka tidak begitu banyak - orang India, seperti juga orang Cina, masih memelihara tradisi negeri asal mereka. Seperti Budaya serak gulo yang dilakukan oleh etnis India. Budaya yang dilakukan etnis Tamil di Kampung Madras, sejak 300 tahun lalu ini adalah untuk memperingati ulama besar India, Sauhul Hamid. Serak gulo pertama kali dilakukan di kampung kelahiran Sauhul Hamid di Nagor, Tamil Nadu, India Selatan. Di dalam tradisi serak gulo ini gula dibungkus oleh kain perca warna-warni dan dilempar dari atap teras masjid ke bawah. Jumlahnya bisa mencapai ribuan bungkus. Mereka yang ada di bawah berebutan untuk mendapatkannya.
    Karena di kampung Madras orang India itu umumnya memeluk agama Islam maka Masjid pun dibangun di sana. Mesjid Muhammadan dibangun oleh para saudagar Gujarat. Arsitektur gaya Nagor mendominasi bangunan ini terutama pada bagian depan atau fasad yang dilabur cat putih dengan hiasan ornamen berwarna hijau. Fasad tersebut disangga oleh tujuh tiang, termasuk tiang ujung kiri dan kanan yang menyatu dengan sebuah bangunan berbentuk menara.
    Masjid ini memiliki denah berukuran lebar 15 meter dan panjang 25 meter. Bangunannya sendiri terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar merupakan tempat salat, sementara lantai dua dan tiga merupakan tempat istirahat yang juga digunakan untuk beberapa keperluan lain seperti memasak.
    Kampung Jawa atau Kampung Jao: Kampung yang terbentuk dari komunitas orang-orang Jawa ini diduga merupakan eks tentara Belanda yang tidak kembali lagi ke pulau Jawa setelah selesai masa tugas atau pensiun selama perang atau selama damai di tangsi-tangsi militer. Kampung Jawa tidak hanya ditemukan di Padang saja, tetapi juga di Bukittinggi dan kota Padang Sidempuan Sumatra Utara. Sementara itu di kabupaten Simalungun Sumatra Utara ada suatu kawasan yang bernama Tanah Jawa tempat komunitas orang Jawa yang pernah diperkerjakan oleh Belanda di berbagai perkebunan. Sedangkan etnis Bugis dan Jawa menghiasi sudut kota tua Padang yakni di kawasan Belakang Tangsi dan Kampung Jawa Dalam.
    Ada Pasar Belakang Tangsi, Pasar ini habis terbakar pada tahun pada 1882 tetapi kemudian dibangun lagi oleh pedagang Cina yang bernama Gho Lam San. Namun usaha Gho Lam untuk menyaingi Pasar Kampung Jawa milik Lie Saay tidak tercapai karena pasar yang baru dibangun terbakar lagi.
    Selanjutnya pada dokumentasi tahun 1910’an telah hadir sebuah monumen jam yang menjulang tinggi di tengah-tengah simpang lima tersebut. Monumen jam ini mengingatkan agar masyarakat menghargai waktu. Diketahui pula di kemudian hari bahwa ternyata lokasi persimpangan ini adalah dekat dengan pasar. Kini keberadaan pos jaga serta monument jam itu sudah tidak berbekas lagi.
    PERKAMPUNGAN NIAS
    Hiligoo adalah suatu area yang awalnya banyak dihuni oleh orang-orang dari pulau Nias. Perkampungan Nias ini masih berada di kawasan Pondok hingga kini. Mereka juga menempati lereng bukit Gunung Padang. Kelompok Orang Nias ini diketahui didatangkan oleh Belanda ke Padang sebagai budak dan jongos sejak abad ke-18.
    Sampai pertengahan abad ke-19, Orang Nias, masih diperlakukan sebagai pandelingen artinya 'diperlakukan' sebagai budak dan diharuskan mengabdi kepada "majikan" mereka yang membeli atau yang memberi pekerjaan sebagai jongos.
    Pada abad ke-19 juga populasi mereka terus bertambah besar dibanding pendatang pribumi non -Minangkabau yang lain. Dengan terjadinya gelombang urbanisasi sejak akhir abad ke-19, banyak di antara mereka yang berbaur dengan adat Minangkabau dan sebagian besar beragama Kristen dan sebagian lagi memeluk agama Islam.

КОМЕНТАРІ • 11

  • @adityavarman6880
    @adityavarman6880 24 дні тому +1

    Dari jaman kerajaan Minangkabau yg beribukota di Pagaruyung masih eksis ada tuh surat cap kebesaran Pagaruyung yg menyatakan barang siapa yg membawa surat cap ini baik buruk nya dia di kampar kiri,kampar kanan,siak,nilawan,indragiri,nalabuh,batawi,jawa,pulau pinang,kedah dan madras tolong diterima dengan baik

  • @FauziChamdani
    @FauziChamdani 4 місяці тому

    Saya suku jawa asal Jogja sangat bangga lahir di sumbar..
    #DHARMASRAYA

    • @otografivlog
      @otografivlog  4 місяці тому

      Bapak saya lahir di Sumut dan pertama kali merantau untuk sekolah di Surakarta/Solo tahun 1950'an. Tetapi saya merasa punya ikatan emosional dengan kota Solo.

  • @wijdanadammondale4609
    @wijdanadammondale4609 2 місяці тому

    Bang... Ada foto Pantai Purus Padang tahun 1960?

  • @StoryBgTeguh
    @StoryBgTeguh 11 місяців тому

    Dan dulunya juga ada terminal goan hoat yg skrg jadi spr.
    Kbrulan saya juga tinggal di jl. M yamin sh.. pas didepan nya adalah kampung jawa dalam

  • @Keluarga_Camana
    @Keluarga_Camana Рік тому +1

    min, monumen jam tu di bundaran air mancur yo min?

    • @otografivlog
      @otografivlog  Рік тому

      Betul uda. Lokasi sekarang ada di bundaran air mancur Pasar Raya

  • @ismailalansunuri6849
    @ismailalansunuri6849 Рік тому

    dima Kp Jawa ado nyo di bukiktinggi min?
    yg tau ambo di Pariaman dan Solok yg ado tadanga dek ambo

    • @otografivlog
      @otografivlog  11 місяців тому

      Terus terang saya belum punya data 🙏

    • @adityavarman6880
      @adityavarman6880 24 дні тому

      Dipadang panjang ado tuh kampung jao.