Saptapitu // composed by Oscar Smith (2024) // performed by Nada Tuju

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 13 вер 2024
  • Tabuh Saptapitu (for Gamelan Selonding), direkam jam 7, tanggal 7, bulan 7 (recorded at 7am, 7th of July)
    Grup: Nada Tuju, didirikan oleh/founded by I Putu Suta Muliartawan (Jo) di/in Banjar Baturiti, Kerambitan, Tabanan, Bali.
    Sinopsis (English below)
    Dalam karya ini, saya mengekplorasi apa yang bisa dilakukan dengan nomor tujuh (jumlah nada yang ada di dalam sistem nada gamelan Bali) sebagai referensi durasi untuk semua siklus melodi yang ada di komposisi ini. Judul karyanya menandai ide ini melalui memakai dua kata untuk "tujuh" yang ada di Basa Bali, yaitu "Sapta" (dari bahasa Sanskerta) dan "Pitu" (dari bahasa-bahasa Austronesia). Bagian pengawak (yang mengawali karyanya) punya beberapa frase yang berupa panjang tujuh ketukan. Frase ini diornamentasi dengan motif-motif yang mirip motif tradisional Gamelan Selonding, seperti ngucek, tapi dengan bentuk yang tidak biasa tapi sesuai dengan kebutuhan melodi dalam rangka tujuh. Ini terinspirasi oleh karya Piwal III oleh Putu Septa. Bagian pengecet (yang cepat) memakai cara perubahan irama yang saya menemukan di cara menabuh gending-gending Sekatian di Banjar Mekarsari, Padangtegal. Di banjar itu, melodi yang sama dilambatkan supaya durasi di antara setiap nada dalam melodinya lebih besar, supaya lebih banyak subdivisi bisa dimasukkan. Saya meniru efek ini, tapi saya memodulasikan melodinya ke patet berbeda, yaitu Sunaren, jadi walaupun melodinya sama dari perspektif contour, bentuk melodinya berubah. Ini didekorasikan dengan kotekan, termasuk yang tidak lazim: seperti yang punya panjang tiga ketukan (bukan dua seperti sering ada dalam bahasa kotekan) dan yang terakhir dalam siklus Pengecet yang berupa motif "gopucayati" dari musik India Selatan, karena frasenya secara sistematik dikurangi. Walaupun tempo bagian Penyuwud yang paling lambat, siklus pola Nyong-nyong berpanjang tujuh pulse, jadi sebenarnya siklus ini yang paling pendek.
    In this piece, I explore what can be done with the number seven (the number of pitches in the pitch system of Balinese gamelan) as a durational reference for each of the melodic cycles. This is indicated by the title's use of two words for seven that co-exist in Balinese: sapta (from Sanskrit) and pitu (from Proto-Austronesian). The pengawak section (the first section) has phrases each of seven beats long. These phrases are ornamented with motifs that are similar to those found in traditional Gamelan Selonding repertoire, e.g. "ngucek", but with unusual shapes as constrained by the seven-beat framework. This section was inspired by Putu Septa's piece "Piwal III". The pengecet section (the fast part) uses a tempo change effect that I found in the way Sekatian pieces are played in Banjar Mekarsari Padangtegal, Ubud, where a repeated melody is slowed down to spread out the durations between each melody note, thereby allowing extra space for faster rates of subdivision to be squeezed in, at once slowing and speeding up the rhythmic experience. I mimic this effect but at the same moment modulate to another mode (Sunaren) so although the melody has the same contour, the intervallic relationships are now different. This part is decorated with kotekan motifs, including some irregular ones, such as a 3-beat one (instead of the usual 2-beat patterns) and one with a ngucek-like shape but systematically reduced in length as in gopucayati patterns in South Indian music. Although the tempo of the Penyuwud (closing) section are the slowest, the Nyong-nyong part is 7 only pulses long (not 7 beats), actually making this the shortest cycle.
    Nada Tuju
    Petuduh (tengah/centre): I Putu Suta Muliartawan (Jo)
    Nyong-nyong Alit (kiri/left): I Putu Agus Wahyu Budiyasa (Wahyu)
    Nyong-nyong Ageng (kanan/right): I Putu Daniswara (Dani)
    Ceng-ceng (tengah belakang/centre back): I Putu Gede Adi Pravesa Kusuma (Beto)
    Kempul/Suling (belakang kiri/back left): I Gede Yudana (Yudana)
    Gong/Suling (belakang kanan/back right): Gusti Made Wijaya Kusuma (Gusma)
    Audio Engineer/Tukang Rekam: Yan Priya Kumara (Janu), Citranala Records
    Video: Augustine Esterhammer-Fic @esterhammerfic
    Lokasi: Citranala Art Studios, Tabanan
    Funding from SSHRC Canada musiccycles.ar...

КОМЕНТАРІ • 17

  • @jodydiamond7274
    @jodydiamond7274 6 днів тому

    I listened to this three times in a row. A wonderful journey into the possibilities of Gamelan Selonding!

  • @denyongg8209
    @denyongg8209 11 днів тому +1

    Sebuah karya yg indah & humanis🌸

  • @auralarchipelago
    @auralarchipelago 15 днів тому +1

    Beautiful! And so wonderfully recorded and shot too, just an all around delight. Musically, I especially love the coda at the end - so sweet and delicate.

    • @OscarMSmithMusic
      @OscarMSmithMusic  15 днів тому

      @@auralarchipelago thanks Palmer! Hehe yeah the coda was meant as a nice surprise for those listeners who make it all the way to the end!

  • @ayamgeprekbatam
    @ayamgeprekbatam День тому

    batam hadir....

  • @esterhammerfic
    @esterhammerfic 16 днів тому +1

    Mantap bli, thanks for involving me in the project!

  • @deardiart6830
    @deardiart6830 14 днів тому +1

    Maniis melenyat niki👍

  • @anomprameina
    @anomprameina 14 днів тому +1

    manis nyer ☺️

  • @kadekeka8639
    @kadekeka8639 13 днів тому

    Indah sekali. Sangat mewakili kenusantaraan kita ❤

  • @clearpikeneh1623
    @clearpikeneh1623 16 днів тому +3

    akhirnya ditayangkan karya ini

    • @OscarMSmithMusic
      @OscarMSmithMusic  16 днів тому +1

      Mih Arya penggemarku terbaik 😁😁🔥 sukseme kawanku 🙏

    • @clearpikeneh1623
      @clearpikeneh1623 16 днів тому

      @@OscarMSmithMusic ini sangat mantap... Pokokne jaen dingehang

  • @SutaMuliartawa
    @SutaMuliartawa 10 днів тому

    Mantap 👍👍👍❤️‍🔥

  • @idaayukurnia36
    @idaayukurnia36 9 днів тому

    ❤Bali,s gong 2024🎉

  • @pantanibali7713
    @pantanibali7713 10 днів тому

    apresiasi sekali

  • @divanandas6045
    @divanandas6045 15 днів тому

    Keren