Bismillah Alhamdulillah Mengingat hikmah-hikmah besar yang terjadi di setiap kejadian. Bersyukur pada orang-orang yang mempunyai jasa pada kita : Rasul sallalahu alaihi wassalam, orang tua dan guru-guru...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Makna ke-24 dari QS Al-Isra: 23-24 adalah sebagai berikut; Masih dalam pembahasan tentang Birrul Walidain & Silaturahim dan masih membahas QS Al-Isra: 23-24, dan pembahasannya masih dalam ayat yang ke-24 yaitu وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dan kita masih bersama do’a yang sangat penting dalam kehidupan kita yaitu وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dan sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa waktu dan lokasi dalam mendo’akan mereka itu tidak ada batasnya, kapanpun dimanapun secara umum, kecuali memang di waktu dimana kita tidak bisa berdo’a. Dan ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan sang anak dan sudah kita jelaskan juga semoga ini adalah isyarat bahwa anak itu adalah anak yang shalih atau memiliki karakter penting dan urgent dari orang yang shalih. Karena salah satu sifat yang harus di miliki oleh orang yang shalih adalah ia mendo’akan orang tuanya. Maka ketika seseorang mendo’akan orang tua, apalagi rutin dan ia banyak mendo’akan, maka ini menunjukkan bahwa dia memiliki salah satu sifat dan karakter dari anak yang shalih. Maka ini penting kita lakukan dan kita camkan. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa mendo’akan orang tua adaah kebutuhan, bukan hanya kebutuhan orang tua tetapi juga kebutuhan kita. Dan yang perlu kita camkan, perbanyak mendo’akan orang tua di waktu-waktu yang mustajab, sehingga berkumpulah beberapa sisi diijabahnhya do’a. Jadi mendo’akan orang tua saja, sudah do’a yang diijabah, apalagi di do’akan di waktu-waktu yang sangat special seperti antara adzan dan iqomah, 1/3 malam terakhir, di waktu Sahur, pada saat kita sujud atau sebagaimana yang sudah dijelaskan keterangan para ulama seperti Sufyan bin 'Uyainah ketika Tasyahud Akhir, ketika sedang Umrah atau Haji, ketika Tawaf, ketika di Sofa dan Marwah, ketika sedang wukuf di Arafah, ketika di Masjidil Haram di Muzdalifah di waktu pagi tanggal 10, ketika Melontar jumrah Ula (Sughra), Wustha, dan Aqabah (Kubra) dan berbagai waktu dan tempat mustajab lainnya. Dan itu maksimalkan jangan lupakan orang tua kita, sebagaimana kita memiliki orang tua-orang tua yang baik, mereka tidak melupakan kita. Para ulama menjelaskan berkaitan dengan do’a ini. Do’a ini adalah sebuah pendidikan dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى makanya al Imam At-Tobari رحمه الله تَعَالَى membawakan keterangan para ulama ketika membahas ayat ke-24 dalam QS Al-Isra’, Al-Imam Qatada رحمه الله تَعَالَى sebagaimana yang disampaikan oleh Al Imam At-Tobari رَحِمَهُمُ الله تَعَالَى, ‘Beginilah kalian itu diajarkan dan beginilah kalian diperintahkan maka ambilah konsep pengajaran Allah serta adab dan pendidikan yang Allah terapkan untuk kalian’. Jadi beginilah kita di didik di dalam Al-Qur’anul Karim dan beginilah kita diajarkan oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Maka ambilah proses pendidikan dan adab tersebut. Maksudnya kita di didik oleh Allah dan ini dijelaskan juga oleh sebagian ulama dalam Kitab tafsir Al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn 'Asyur, ‘Kita di didik untuk bersyukur kepada orang yang berbuat baik kepada kita dan punya jasa kepada kita’. Makanya ketika kita diperintahkan untuk mendo’akan mereka sebanyak-banyaknya dan di waktu dan tempat manapun secara umum khususnya di tempat-tempat dan waktu yang mustajab, maka artinya Allah mendidik kita tidak boleh lupa dengan jasa orang tua secara khusus dan di spectrum yang jauh lebih luas kita di didik untuk menjadi hamba yang bersyukur dan tahu berterima kasih dan tahu balas budi dengan orang yang telah baik kepada kita. Dan karena orang tua adalah salah satu manusia yang paling berjasa dalam kehidupan kita, karena kita tahu di atas orang tua, manusia yang paling berjasa di adalah Rasulullah ﷺ dan setelah itu ada guru-guru kita juga. Jadi orang tua adalah salah satu manusia yang paling berjasa, maka kita harus ingat. Dan cara mengekpresikannya adalah do’akan dan Allah dan Rasul-Nya tidak membatas-batasi dalam hal ini, maka perbanyak mendo’akan mereka. Makanya orang yang belajar dengan benar dan kembali kepada para ulama, itu akan menjadi pribadi yang bersyukur dan pribadi yang baik, bukan menjadi pribadi yang sombong, angkuh, kacang lupa pada kulitnya dan khususnya kepada orang tua, kecuali kalau di ajak maksiat jangan turuti atau hal yang tidak selaras dengan perintah dan larangan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Jadi ketika kita mendo’akan orang tua itu, kita di didik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul kita ﷺ menganjurkan hal itu dan ini penting. Karena kita akan mendapatkan dua yang secara khusus senantiasa mendo’akan orang tua, tetapi secara jauh lebih umum mentalitas yang senantiasa bersyukur. Karena kalau umat memiliki mental bersyukur yang terjadi di dalam kehidupannya adalah لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”, tetapi kalau kita sudah kehilangan mental bersyukur maka وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim: 7). Lihat sangat kontras sekali, maka ini pelajaran mahal bagi kita dan khususnya dengan orang tua kita. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 21 Sha’ban 1444 AH/13 Maret 2023 Ahida Muhsin
Bismillah, Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
Assalaamu'alaykum Semoga Allah merahmati ustadz,orang tua dan keluarga ustadz. Semoga Allah merahmati imam Nawawi. Afwan,tolong pemilihan kata-kata yang mudah kami pahami ustadz,saya tidak paham bahasa Inggris atau bahasa yang berklas. Baarokallahu fiikum
Alchamdulillāh syukran jazākumullāhu khayran Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan team hafidhzakumullāhu ta'āla Semoga Allāh merahmati Al Imam An Nawawi rahimahullāhu ta'āla rahmatan wāsi'an, ulama-ulama kita, Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan team hafidhzakumullāhu ta'āla, dan juga kita semua kaum muslimin di mana pun berada..
LAST PART Session Tanya-Jawab: Tanya: Qadarullah kedua orang tua saya sudah wafat, mohon do’anya semoga beliau diampuni dan dirahmati di dalam kuburnya. Alhamdulillah saya selalu mendo’akan mereka di setiap shalat saya di dalam sujud. Apakah ini bisa berdampak untuk anak-anak saya ketika saya dan suami nanti wafat, anak-anak mendo’akan kami. Saya sering tekankan kepada anak-anak bahwa tolong do’akan Ibu dan Ayah, semoga Allah memudahkan ustadz dalam menjawabnya. Jawab: In Sha Allah iya, karena الجزاء من جنس العمل “Balasan tergantung jenis perbuatan”, balasan mendo’akan orang tua, maka kita akan dido’akan oleh anak kita. Dan Allah akan gerakan hati anak kita untuk mendo’akan kita dan itu terbukti bukan hanya satu dua orang, namun jutaan orang membuktikannya. Terlebih lagi kita mentarbiyah mereka, kita didik mereka langsung sebagaimana yang dilakukan oleh penanya, dan kita didik dengan contoh, kita do’akan terus orang tua kita. Mungkin anak-anak kita tidak dengar karena kita mendo’akan orang tua kita ketika kita sedang shalat, tapi bukankah Allah Maha Mendengar dan yang membolak-balikan hati anak kita adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya hati (para hamba) itu berada diantara dua jari dari jari-jemari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai dengan yang Dia kehendaki”. Kalau memgandalkan kita, siapa yang bisa membolak-balikan hati anaknya, ada banyak orang tua minta anaknya ke kanan, anaknya malah tidak mau ke kanan, tetapi anaknya malah ke kiri terus. Orang tua tidak bisa mensetir hati anak, yang bisa melakukannya hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala. Namun orang tua hanya bisa mengarahkan dan mendidik dan membina, makanya pentingnya kejujuran dan contoh. Sehingga ketika Allah melihat kejujuran kita, Allah akan jaga hati anak-anak kita. Dan itu salah satu tujuan setelah mencari ridha Allah Tabaraka wa Ta’ala, setelah mencari wajah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kita ingin agar anak-anak kita berbakti dan mendo’akan kita dan kita mendapatkan sabda Nabi ﷺ, “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya” (HR Muslim No. 1631). Tanya: Saya wanita usia 27 tahun yang baru 1 tahun mengenal Sunnah Rasulullah ﷺ. Semenjak mengenal Sunnah Nabi ﷺ, akhlak dan bakti saya menjadi kurang baik kepada orang tua. Ketika melihat ke belakang, semasa sekolah dulu ada beberapa sikap orang tua yang tidak mendukung saya untuk menjadi hamba Allah yang mencoba taat. Itu menyebabkan saya kufur nikmat kepada beliau saat ini. Akhir-akhir ini saya merasa menjadi anak yang durhaka, sebel bahkan sampai tahap benci kepada beliau, kufur nikmat terhadap ayah saya dan saya menjadi pribadi yang semakin menutup diri dengan beliau. Beliau tipe orang yang over thinking dan bahkan kurang nyambung saat berkomunikasi dan saya lebih memilih menjaga jarak demi ketenangan hati saya. Kesalahan kecil dari beliau bisa merusak mood saya berhari-hari. Hubungan dan pola komunaksi kami memang kurang baik, beliau layaknya sosok ayah sebagaimana lajimnya lebih banyak aksi namun tidak banyak bicara, sehingga sering disalah pahami maksudnya karena tidak dibicarakan. Bagaimana cara melembutkan hati saya yang kotor ini? mohon nasihatnya. Jawab: Ada dua sisi yang perlu kita renungkan, yang pertama sikap kepada ayahnya tidak tepat, namun di sisi lain ketika penanya merasa hatinya kotor, keras dan tidak lembut, maka itupun harus di baca dengan tepat dalam arti yang positif. Ketika seseorang merasa hatinya keras, kotor maka itu adalah harapan menjadi jauh lebih baik lagi, karena kalau marasa sudah sangat rusak, mereka tidak merasa bahwa hatinya kotor dan keras dan yang disalahin hanya orang lain terus. Dan ketika beliau masih merasakan bahwa hatinya kotor, itu harapan dan peluang besar dan bisa di mengerti tetapi bukan dibenarkan karena penanya baru satu tahun belajar. Karena menata hati itu bagi banyak orang prosesnya sangat panjang butuh bertahun-tahun tetapi ada progress. Lalu banyak minta pertolongan kepada Allah, يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”, اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu”. Tips berikutnya setelah banyak mendekat dan beribadah kepada Allah, lalu focus mengingat jasa orang tua dan lawan ketika syaitan mengangkat kesalahan orang tua dihadapan kita atau menghadirkan memori tentang kesalahan orang tua di dalam benak kita. Dan begitu syaitan mengangkat memori buruk tentang orang tua langsung di cut dan di tutup, لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ “janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan” (QS An-Nur: 21). Karena syaitan menginginkan kita durhaka kepada orang tua, yaitu dengan cara diingatkan kesalahan-kesalahan orang tua kita di masa lalu. Dan begitu diingatkan langsung alihkan dan yang terbaik adalah Dzikrullahi Jalla wa ‘ala. Kalau bisa shalat maka shalat lalu baca Qur’an atau mengerjakan hal yang bermanfaat dan positif. Ingat Allah itu Ahkamul Hakimin, Allah itu Maha Bijaksana, Allah itu Arhamur Rahimin. Ada banyak orang ia harus berhadapan dengan kezhaliman orang tuanya, namun tanpa dia sadari kezhaliman orangtuanya itulah salah satu sebab besar dia mendapatkan hidayah الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan itulah salah satu hikmah kenapa Allah menciptakan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman atau hal yang buruk, karena ketika sesuatu itu buruk secara substansi, ternyata untuk spectrum yang lebih besar dan untuk hal yang lebih luas itu banyak hikmah, tetapi kita focus kepada titik keburukan itu. Sehingga kita lupa mensyukuri hikmah-hikmah besar yang muncul dari titik buruk itu, yang kalau dia tidak mengalami masa lalu seperti itu mungkin dia tidak akan mendapatkan hidayah atau mungkin dia tidak tertarik untuk mengaji dan tidak tertarik untuk belajar dan tidak tertarik untuk bertakwa. Tapi hendaklah di response dengan positif, contoh misalnya beliau orang yang over thinking dan bahkan kurang nyambung saat berkomunikasi, bukankah ini latihan kesabaran? Mungkin kalau kita punya orang tua yang selalu ‘nyuapin kita’ dalam komunikasi, diskusi, mungkin kita menjadi orang yang arogan, karena ada banyak case yang seperti itu. Tanya: Apakah do’a seorang anak yang shalih kepada orang tuanya yang sudah wafat dapat meringkankan orang tua di dalam kubur? Jawab: Allah yang memerintahkan kita berdo’a وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Dan ulama mengatakan bahwa do’a kita diijabah. Dan kalau orang tua kita sudah wafat dan berada di Alam Kubur dan kita do’akan, diampuni oleh Allah dan dirahmati oleh Allah, lalu kira-kira di Alam Kubur dapat apa? Saya rasa kita semua bisa menjawab hal tersebut. Makanya pentingnya kita berdo’a dengan kejujuran dan kita menjadi anak yang shalih, karena Nabi ﷺ mengatakan, وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Do’a anak yang sholeh yang senantiasa mendo’akan orang tuanya”. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 21 Sha’ban 1444 AH/13 Maret 2023 Ahida Muhsin
Masya Allah Tabarakallah
Bismillah
Alhamdulillah
Mengingat hikmah-hikmah besar yang terjadi di setiap kejadian.
Bersyukur pada orang-orang yang mempunyai jasa pada kita : Rasul sallalahu alaihi wassalam, orang tua dan guru-guru...
alhamdulillah
jazakumullahu khair
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Makna ke-24 dari QS Al-Isra: 23-24 adalah sebagai berikut;
Masih dalam pembahasan tentang Birrul Walidain & Silaturahim dan masih membahas QS Al-Isra: 23-24, dan pembahasannya masih dalam ayat yang ke-24 yaitu وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dan kita masih bersama do’a yang sangat penting dalam kehidupan kita yaitu وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dan sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa waktu dan lokasi dalam mendo’akan mereka itu tidak ada batasnya, kapanpun dimanapun secara umum, kecuali memang di waktu dimana kita tidak bisa berdo’a. Dan ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan sang anak dan sudah kita jelaskan juga semoga ini adalah isyarat bahwa anak itu adalah anak yang shalih atau memiliki karakter penting dan urgent dari orang yang shalih. Karena salah satu sifat yang harus di miliki oleh orang yang shalih adalah ia mendo’akan orang tuanya. Maka ketika seseorang mendo’akan orang tua, apalagi rutin dan ia banyak mendo’akan, maka ini menunjukkan bahwa dia memiliki salah satu sifat dan karakter dari anak yang shalih. Maka ini penting kita lakukan dan kita camkan. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa mendo’akan orang tua adaah kebutuhan, bukan hanya kebutuhan orang tua tetapi juga kebutuhan kita.
Dan yang perlu kita camkan, perbanyak mendo’akan orang tua di waktu-waktu yang mustajab, sehingga berkumpulah beberapa sisi diijabahnhya do’a. Jadi mendo’akan orang tua saja, sudah do’a yang diijabah, apalagi di do’akan di waktu-waktu yang sangat special seperti antara adzan dan iqomah, 1/3 malam terakhir, di waktu Sahur, pada saat kita sujud atau sebagaimana yang sudah dijelaskan keterangan para ulama seperti Sufyan bin 'Uyainah ketika Tasyahud Akhir, ketika sedang Umrah atau Haji, ketika Tawaf, ketika di Sofa dan Marwah, ketika sedang wukuf di Arafah, ketika di Masjidil Haram di Muzdalifah di waktu pagi tanggal 10, ketika Melontar jumrah Ula (Sughra), Wustha, dan Aqabah (Kubra) dan berbagai waktu dan tempat mustajab lainnya. Dan itu maksimalkan jangan lupakan orang tua kita, sebagaimana kita memiliki orang tua-orang tua yang baik, mereka tidak melupakan kita.
Para ulama menjelaskan berkaitan dengan do’a ini. Do’a ini adalah sebuah pendidikan dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى makanya al Imam At-Tobari رحمه الله تَعَالَى membawakan keterangan para ulama ketika membahas ayat ke-24 dalam QS Al-Isra’, Al-Imam Qatada رحمه الله تَعَالَى sebagaimana yang disampaikan oleh Al Imam At-Tobari رَحِمَهُمُ الله تَعَالَى, ‘Beginilah kalian itu diajarkan dan beginilah kalian diperintahkan maka ambilah konsep pengajaran Allah serta adab dan pendidikan yang Allah terapkan untuk kalian’. Jadi beginilah kita di didik di dalam Al-Qur’anul Karim dan beginilah kita diajarkan oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Maka ambilah proses pendidikan dan adab tersebut. Maksudnya kita di didik oleh Allah dan ini dijelaskan juga oleh sebagian ulama dalam Kitab tafsir Al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn 'Asyur, ‘Kita di didik untuk bersyukur kepada orang yang berbuat baik kepada kita dan punya jasa kepada kita’. Makanya ketika kita diperintahkan untuk mendo’akan mereka sebanyak-banyaknya dan di waktu dan tempat manapun secara umum khususnya di tempat-tempat dan waktu yang mustajab, maka artinya Allah mendidik kita tidak boleh lupa dengan jasa orang tua secara khusus dan di spectrum yang jauh lebih luas kita di didik untuk menjadi hamba yang bersyukur dan tahu berterima kasih dan tahu balas budi dengan orang yang telah baik kepada kita. Dan karena orang tua adalah salah satu manusia yang paling berjasa dalam kehidupan kita, karena kita tahu di atas orang tua, manusia yang paling berjasa di adalah Rasulullah ﷺ dan setelah itu ada guru-guru kita juga. Jadi orang tua adalah salah satu manusia yang paling berjasa, maka kita harus ingat. Dan cara mengekpresikannya adalah do’akan dan Allah dan Rasul-Nya tidak membatas-batasi dalam hal ini, maka perbanyak mendo’akan mereka.
Makanya orang yang belajar dengan benar dan kembali kepada para ulama, itu akan menjadi pribadi yang bersyukur dan pribadi yang baik, bukan menjadi pribadi yang sombong, angkuh, kacang lupa pada kulitnya dan khususnya kepada orang tua, kecuali kalau di ajak maksiat jangan turuti atau hal yang tidak selaras dengan perintah dan larangan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Jadi ketika kita mendo’akan orang tua itu, kita di didik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul kita ﷺ menganjurkan hal itu dan ini penting. Karena kita akan mendapatkan dua yang secara khusus senantiasa mendo’akan orang tua, tetapi secara jauh lebih umum mentalitas yang senantiasa bersyukur. Karena kalau umat memiliki mental bersyukur yang terjadi di dalam kehidupannya adalah لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”, tetapi kalau kita sudah kehilangan mental bersyukur maka وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim: 7). Lihat sangat kontras sekali, maka ini pelajaran mahal bagi kita dan khususnya dengan orang tua kita.
To be continued 1 of 2 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Senin, 21 Sha’ban 1444 AH/13 Maret 2023
Ahida Muhsin
Bismillah alhamdulilah .syukron wa jazakumulloh khoiron atas ilmu nya ustadz wa yubarokalloh fikum
BaarakAllahu fiik ustadz
Barakallahu fiikum , ustadz dan tim 🥺
Bismillah, Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
Assalaamu'alaykum
Semoga Allah merahmati ustadz,orang tua dan keluarga ustadz.
Semoga Allah merahmati imam Nawawi.
Afwan,tolong pemilihan kata-kata yang mudah kami pahami ustadz,saya tidak paham bahasa Inggris atau bahasa yang berklas.
Baarokallahu fiikum
Alchamdulillāh syukran jazākumullāhu khayran Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan team hafidhzakumullāhu ta'āla
Semoga Allāh merahmati Al Imam An Nawawi rahimahullāhu ta'āla rahmatan wāsi'an, ulama-ulama kita, Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan team hafidhzakumullāhu ta'āla, dan juga kita semua kaum muslimin di mana pun berada..
Barakallaahu fiika, Ustadz Nuzul Dzikri
LAST PART
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Qadarullah kedua orang tua saya sudah wafat, mohon do’anya semoga beliau diampuni dan dirahmati di dalam kuburnya. Alhamdulillah saya selalu mendo’akan mereka di setiap shalat saya di dalam sujud. Apakah ini bisa berdampak untuk anak-anak saya ketika saya dan suami nanti wafat, anak-anak mendo’akan kami. Saya sering tekankan kepada anak-anak bahwa tolong do’akan Ibu dan Ayah, semoga Allah memudahkan ustadz dalam menjawabnya.
Jawab: In Sha Allah iya, karena الجزاء من جنس العمل “Balasan tergantung jenis perbuatan”, balasan mendo’akan orang tua, maka kita akan dido’akan oleh anak kita. Dan Allah akan gerakan hati anak kita untuk mendo’akan kita dan itu terbukti bukan hanya satu dua orang, namun jutaan orang membuktikannya. Terlebih lagi kita mentarbiyah mereka, kita didik mereka langsung sebagaimana yang dilakukan oleh penanya, dan kita didik dengan contoh, kita do’akan terus orang tua kita. Mungkin anak-anak kita tidak dengar karena kita mendo’akan orang tua kita ketika kita sedang shalat, tapi bukankah Allah Maha Mendengar dan yang membolak-balikan hati anak kita adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya hati (para hamba) itu berada diantara dua jari dari jari-jemari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai dengan yang Dia kehendaki”. Kalau memgandalkan kita, siapa yang bisa membolak-balikan hati anaknya, ada banyak orang tua minta anaknya ke kanan, anaknya malah tidak mau ke kanan, tetapi anaknya malah ke kiri terus. Orang tua tidak bisa mensetir hati anak, yang bisa melakukannya hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala. Namun orang tua hanya bisa mengarahkan dan mendidik dan membina, makanya pentingnya kejujuran dan contoh. Sehingga ketika Allah melihat kejujuran kita, Allah akan jaga hati anak-anak kita. Dan itu salah satu tujuan setelah mencari ridha Allah Tabaraka wa Ta’ala, setelah mencari wajah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kita ingin agar anak-anak kita berbakti dan mendo’akan kita dan kita mendapatkan sabda Nabi ﷺ, “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya” (HR Muslim No. 1631).
Tanya: Saya wanita usia 27 tahun yang baru 1 tahun mengenal Sunnah Rasulullah ﷺ. Semenjak mengenal Sunnah Nabi ﷺ, akhlak dan bakti saya menjadi kurang baik kepada orang tua. Ketika melihat ke belakang, semasa sekolah dulu ada beberapa sikap orang tua yang tidak mendukung saya untuk menjadi hamba Allah yang mencoba taat. Itu menyebabkan saya kufur nikmat kepada beliau saat ini. Akhir-akhir ini saya merasa menjadi anak yang durhaka, sebel bahkan sampai tahap benci kepada beliau, kufur nikmat terhadap ayah saya dan saya menjadi pribadi yang semakin menutup diri dengan beliau. Beliau tipe orang yang over thinking dan bahkan kurang nyambung saat berkomunikasi dan saya lebih memilih menjaga jarak demi ketenangan hati saya. Kesalahan kecil dari beliau bisa merusak mood saya berhari-hari. Hubungan dan pola komunaksi kami memang kurang baik, beliau layaknya sosok ayah sebagaimana lajimnya lebih banyak aksi namun tidak banyak bicara, sehingga sering disalah pahami maksudnya karena tidak dibicarakan. Bagaimana cara melembutkan hati saya yang kotor ini? mohon nasihatnya.
Jawab: Ada dua sisi yang perlu kita renungkan, yang pertama sikap kepada ayahnya tidak tepat, namun di sisi lain ketika penanya merasa hatinya kotor, keras dan tidak lembut, maka itupun harus di baca dengan tepat dalam arti yang positif. Ketika seseorang merasa hatinya keras, kotor maka itu adalah harapan menjadi jauh lebih baik lagi, karena kalau marasa sudah sangat rusak, mereka tidak merasa bahwa hatinya kotor dan keras dan yang disalahin hanya orang lain terus. Dan ketika beliau masih merasakan bahwa hatinya kotor, itu harapan dan peluang besar dan bisa di mengerti tetapi bukan dibenarkan karena penanya baru satu tahun belajar. Karena menata hati itu bagi banyak orang prosesnya sangat panjang butuh bertahun-tahun tetapi ada progress. Lalu banyak minta pertolongan kepada Allah, يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”, اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu”. Tips berikutnya setelah banyak mendekat dan beribadah kepada Allah, lalu focus mengingat jasa orang tua dan lawan ketika syaitan mengangkat kesalahan orang tua dihadapan kita atau menghadirkan memori tentang kesalahan orang tua di dalam benak kita. Dan begitu syaitan mengangkat memori buruk tentang orang tua langsung di cut dan di tutup, لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ “janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan” (QS An-Nur: 21). Karena syaitan menginginkan kita durhaka kepada orang tua, yaitu dengan cara diingatkan kesalahan-kesalahan orang tua kita di masa lalu. Dan begitu diingatkan langsung alihkan dan yang terbaik adalah Dzikrullahi Jalla wa ‘ala. Kalau bisa shalat maka shalat lalu baca Qur’an atau mengerjakan hal yang bermanfaat dan positif. Ingat Allah itu Ahkamul Hakimin, Allah itu Maha Bijaksana, Allah itu Arhamur Rahimin. Ada banyak orang ia harus berhadapan dengan kezhaliman orang tuanya, namun tanpa dia sadari kezhaliman orangtuanya itulah salah satu sebab besar dia mendapatkan hidayah الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan itulah salah satu hikmah kenapa Allah menciptakan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman atau hal yang buruk, karena ketika sesuatu itu buruk secara substansi, ternyata untuk spectrum yang lebih besar dan untuk hal yang lebih luas itu banyak hikmah, tetapi kita focus kepada titik keburukan itu. Sehingga kita lupa mensyukuri hikmah-hikmah besar yang muncul dari titik buruk itu, yang kalau dia tidak mengalami masa lalu seperti itu mungkin dia tidak akan mendapatkan hidayah atau mungkin dia tidak tertarik untuk mengaji dan tidak tertarik untuk belajar dan tidak tertarik untuk bertakwa. Tapi hendaklah di response dengan positif, contoh misalnya beliau orang yang over thinking dan bahkan kurang nyambung saat berkomunikasi, bukankah ini latihan kesabaran? Mungkin kalau kita punya orang tua yang selalu ‘nyuapin kita’ dalam komunikasi, diskusi, mungkin kita menjadi orang yang arogan, karena ada banyak case yang seperti itu.
Tanya: Apakah do’a seorang anak yang shalih kepada orang tuanya yang sudah wafat dapat meringkankan orang tua di dalam kubur?
Jawab: Allah yang memerintahkan kita berdo’a وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا “dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Dan ulama mengatakan bahwa do’a kita diijabah. Dan kalau orang tua kita sudah wafat dan berada di Alam Kubur dan kita do’akan, diampuni oleh Allah dan dirahmati oleh Allah, lalu kira-kira di Alam Kubur dapat apa? Saya rasa kita semua bisa menjawab hal tersebut. Makanya pentingnya kita berdo’a dengan kejujuran dan kita menjadi anak yang shalih, karena Nabi ﷺ mengatakan, وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Do’a anak yang sholeh yang senantiasa mendo’akan orang tuanya”.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Senin, 21 Sha’ban 1444 AH/13 Maret 2023
Ahida Muhsin