koreksi dikit, cerita makaji itu bukan termasuk lagenda atau cerita rakyat. soalnya itu cerpen yang ada pengarangnya, sdgkan cerita rakyat biasanya asal usul pengarangnya sudah tidak diketahui lagi
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan. Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji. “Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji. “Apa susahnya mendatangkan Makaji?” “Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.” Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk. “Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu. “Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,” “Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu. “Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,” Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri. “Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!” “Kenduri siapa?” tanya Azrial. “Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,” Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu. Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka. “Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial. “Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,” “Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!” “Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?” “Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?” Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu. Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi. Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang. “Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu. “Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,” “Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,” “Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.” “Pasti juru masaknya bukan Makaji!” Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji? “Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya. “Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,” “Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!” Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.
Ini para senior yg masuk ke grubmemeindonesia gk ad ngeshare ke tempat lain ap kek gimana biar dapet penyelaras biar meme cinta berpudari dari pejelajahan
Nenek : Pilih Peti yg Besar atau Peti yg Kecil? Bawang Putih : Yang Kecil saja Nek Nenek : Kenapa kamu memilih peti yang kecil daripada yg besar? padahal kamu sudah banyak membantu nenek? Bawang Putih : *_It Ain't Much, But its Honest Work_* _*Meanwhile_ Nenek : Pilih Peti yg Besar atau Peti yg Kecil? Bawang Merah : Peti Besar dong... Nenek : *_You pick the wrong Chest Fool!_*
kamu seriusan gabisa buka salak?
Nobody :
Indonesian prank channels : *_mesen GoFood di Pantai Parangtritis_*
NYRORS NGAMUK WOY!
Lagi recruit kesasar ntar
Ara ara
Gak sampe sampe, pas di cek eh ditengah laut
Hello
When Malin Kundang done his job pretty well and become filthy Rich , his mother yelled "YOU ROCK, SON!"
But, God Missunderstood.
Dark but funny wkwk ngakak bngsd
kamuh PeKaIh, kamu paham kiri. . wkwkwkw
Damn nice one wkwkwk
Nice bat🤣🤣🤣
Time to subscribe this channel!
Reviewnya bareng pemeran cerita fabel
0:57 jgn ditambahin awalan "di" dong
5:20 ngakak anjay
Press F for the fallen 2018 No Nut November participant who failed on the 1st day
Be careful guys No Nut November is near
Oh sh*t i forgot to practice
oh shit
oh shit
what, what ? I don't get it
@@criminals7000 TITIK DUA VE
Perhelatan bisa kacau tanpa racikan gulai dari tangan tua beliau
Kenduri itu bisa kacau tanpa kehadiran makaji
Sangkuriang Adalah Alabama Dengan Kearifan Lokal
Change My Mind
Alabama adalah sangkuriang dengan kearifan asing
@@Naitaryo
Demikian............
koreksi dikit, cerita makaji itu bukan termasuk lagenda atau cerita rakyat. soalnya itu cerpen yang ada pengarangnya, sdgkan cerita rakyat biasanya asal usul pengarangnya sudah tidak diketahui lagi
Di fable
UN US kmrn ndak ada gulai makaji
FYI
Nyai Bagendit itu kisah dongeng legenda asal muasal Situ Bagendit di Jawa Timur..
Situ adalah sejenis danau yg berukuran kecil..
Ralat :
Jawa barat
@@Toedjoeh179 ehh, iya deng.. legenda nya dari tanah sunda ya..
hehehhe
0:57 taruhan dy ngomong bestiality :v
Arzel Gaming kirain difabel wkwkwk
ingin hati berkata fabel (cerita hewan) tp yg terucap difabel (cacat)
Hulk vs nyi Roro kidul
Ternyata kuda rada muda ya..
Tunjukin wajah kudapeler
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.
“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”
“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”
Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.
“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”
“Kenduri siapa?” tanya Azrial.
“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.
Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
“Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.
“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”
“Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”
“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”
“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”
Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?
“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.
“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”
“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”
Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.
Gulai makaji apaya?
Humorku hanya sebatas "YEET"😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
ya
bang kapan upload?
Itu jari kuda kenapa dah
wait wait. 2017 si kuda SMA kelas 3? sEUMURAN GUA DONG??? WOY AH.
4:52 aku agak kurang mengerti,ada yang bisa jelasin kah?
Kisah bandung bondowoso
@@daffa4753 owh gitu,thank ya
0:57 i see difabel word
Bener 🤣
artinya apaan?
@@anayaavirls161 udah dibantu masih nanya?
Ini para senior yg masuk ke grubmemeindonesia gk ad ngeshare ke tempat lain ap kek gimana biar dapet penyelaras biar meme cinta berpudari dari pejelajahan
Proud to gulai makaji
Yg gua tunggu2
Anjirrr openingnyaa
Warga rawa pening:why you sink our village
Baru klinting:you took everything from me
Me: *reading sangkuriang*
My mind: ALABAMA 100
Daffa Odon sweethome alabama
Should we rename it Sangkuriang 100?
@@UMIF001 no
Lynyrd skynyrd-sweet home alabama
@@UMIF001 more like pasundan 100
Jir flora fauna
Fish
Gulai makaji apa sih?
0:58 "difabel"
Eno kudet Masalah gulai makaji
0:57 gw tebak itu ngomong "difabel"
Difabel tuh apaan gayn?
@@walter2252 Di itu dua, fabel itu cerita hewan.. jadi dua cerita hewan. Atau bahasa lainnya Fabels.
Kalo ga percaya googling aja, pasti beda.
Eno bening: Nge kritik meme
Subscribernya: Ikut nge kritik juga
*i love democracy*
Kita semua tau apa yang disensor 😄
fabel LOL
0:50 Iya bener fabel sayang :*
Gay
Bang colleb sama bang raditya dika dong
Fabelnya bukan "e" yg itu
"E"yang tinggi emang
1:34
Bang dulu saya pas kls 3 sma th 2015 udah ada gulai makaji FYI
Bang, bahas yang 20 juta pohon dong, biar trennya ada di indonesia juga...
Kudalaper adalah simon sunda
Kudalaper bukan simon sunda.namanya yg bener kudalaper bukan kuda laper
Bang kapan r6 lagi
Science meme lah bang sekali kali
gulai makaji itu mmng lg naik pas 2017 😅, d buku plajran SMA gw jg d bhas
Apa sih itu?
Bagi link fbny dong, mau ikut submit w
Cleansound= kpi
Ringan bet tangannya maen nampol orang aja
apalah daya ku cuman sider lucknut
Pecah banget sama meme yang "Pertama, bapak kau adalah anjing" 🤣
Bang eno kapan menghidupkan rabu dota lagi? Seperti dahulu?
Sangkuriang ketika denger suara gagak: *Chronosphere activated*
Hmmm
Gw ngerti reference nya tapi gak dapet maksudnya.
@@ashraarrafi5810 inget kan chronosphere di RA2 itu bekerja dengan prinsip apa
Nenek : Pilih Peti yg Besar atau Peti yg Kecil?
Bawang Putih : Yang Kecil saja Nek
Nenek : Kenapa kamu memilih peti yang kecil daripada yg besar? padahal kamu sudah banyak membantu nenek?
Bawang Putih : *_It Ain't Much, But its Honest Work_*
_*Meanwhile_
Nenek : Pilih Peti yg Besar atau Peti yg Kecil?
Bawang Merah : Peti Besar dong...
Nenek : *_You pick the wrong Chest Fool!_*
Fool,the wrong picked you chest
2:05 me too (the chicken nickname : bst & frickin bad machine v3.4)
Respect untuk bang eno yg selalu konsisten pada kontennya
Salfok ama kaos lu bang 😂
Kudalaper is a real life fabel :)
Kudalaper bukan kuda laper
@@sunlight8514 woah ok thanks
Fabell anyiiing...
Bang dicari om deddy
Up
Jelasin dong gan
@@tsaitaj pas awal eno bilang difabel
Apa hubungan nya salak ama cod
Tadi temanku baru drama soal sangkuriang :v dan menang dapat Rank 1:v
Yang tau gulai makaji dari buku paket bahasa indonesia like :v
Bang. Bahas war of Okinawa dong
5:04 bukannya meme itu udah ada ya di memeindonesia yg cerita rakyat sebelumnya tapi cuma diganti dialog ibunya
Ane tunggu meme "people before ××××"
udah gak lucu lagi sih sekarang, banyak yg overused
Kayanya gk sih bro...menurut w masih lucu
udah overused
disini ada yg nanem pohon gk?
Eno bilang Fuckable? Atau apa si? Gw penasaran
Asupan Magrib
Tapi solat dlu:v
Timun emas use terasi
Its effective
You know you're early when there's no funny comments yet
Havens duahhh
Ayy Rohan, enjoy your time making manga
Bisa gak bayangin
Kalo bandung bondowoso bantu mr.beast
Mr Beast : *Its free real estate*
Legenda....
Request bang, meme tentang presiden menteri yg baru dilantik
Kamu mau buat mobil?
Tumang namanya bukan Tomang.
Trus Bagendit itu nama danaunya, Situ Bagendit, kalau nama karakternya Nyi Endit.
Apakah anda menyebut difabel 😂
Limkelvinpro saat lo baca 2 fabel sekaligus
@@cominksuadnyana4980 jadi kalau cuma 1, monofabel?
Itu yang disensor ngomong apa ?
Krna iklan fisika dri Ruangguru, gua gak skip. Pdhl mah aing gblk fisika tpi suka aj liatnya wkwk
wait. nyai bagendit itu sama dengan situ bagendit bukan?
Gatel pen teriak fabel😂
Meme Sejarah lagi donk bang Eno
No bikin meme indo review #karyasiswaskm dong
Lagu Intronya apaan?
Universal picture
Gulai makaji baru sedikit di pencarian google, ayo anak" belajar kembali.
Ironis nya nih Vidio di upload waktu gua selesai lomba javin bekisah
Gulai makaji dong
cuma 8 menit? bang eno meremehkan paket yt XL ku?
ALL HAIL LORD CHEF MAKAJI
Fyi : tuyul ada beberapa level,dr yg kuping lancip kyk elf,mata lonjong kyk telur sampai yg perfect kyk anak orang beneran
*ekspresi gua ketika meme pertama kali di review eno : *invisible happines😆
iklannya jadiin kek teletabis bang
orang orang desa lereh panjang : gulai orang lain meh,gulai makaji skuy
Akhirnya ada upload-an meme cerita rakyat
Makaji best chef ever
Ok