Ya Allah slalu netes air mata klau liat sosok orang yng paling baik knpa kau begitu cepat pergi sayang do'a kita semua buat kmu Yoga Saputra kau tlah bahagia d surga sanh 😍😍😭😭😭😭
27 maret... Diramadhan ini aku berdoa ya allah hadirkan satu kali aja di mimpi ku.... Rindu ya allah Pokoknya yg terbaik kak olga Surga untuk mu kak olga. Al-fatiha
😭😭😭😭ya allah udah 2024 rasa kangen dn kehilangan blm juga terobatin biarpun udah dtg k makam nya alm olga syahputra sampe detik ini klu lihat video alm olga syahputra masih nyesek banget kenapa ya orang baik selalu d panggil lbh cepat surga terindah tempat mu sayang alm olga syahputra aamiin ya allah🤲🤲🤲😭😭😭😭
Nak yoga semasa hidupnya orang yg sangat dermawan paling tulus baik hati g kurang suatu apapun orang yg hebat sampe saat ini blm ada yg bisa gantikan alm yoga surganya Allah tempat mu nak yoga amiiinnn ya Allah amin 🤲🤲🤲
Ya Allah nyesek anak soleh pekerja keras demi keluarga dn demi orang orang yg membutuhkan kenapa begitu cepat engkau memanggilnya ya Allah kasih tempat yg plg indah di surga pirdaus mu amiiinnn ya Allah amin 🤲🤲🤲
cvkl1234567890NASIB SI MISKIN BAB 3 "Ka--kakak menamparku?" tanya Caca tak percaya. Ia menyentuh pipinya yang terasa panas. Tamparan Tina barusan membuat nyeri wajah juga hatinya. Egonya terluka, ia tak terima dengan perlakuan kakaknya. "Ya, itu terpaksa kakak lakukan karena kamu sudah sangat keterlaluan," jawab Tina dengan napas memburu, sekuat tenaga ia menahan air mata yang hendak menetes. "Kurang ajaaar! Memangnya siapa kau berani menamparku? Dasar orang miskin! Tak punya etika!" pekik Caca tak terima, ia maju hendak membalas kakaknya. Postur tubuh yang lebih mendulang dari sang kakak membuatnya leluasa menjambak rambut milik Agustina. Ia menarik bahkan mendorong kuat kepala kakaknya. Caca benar-benar kesetanan, ia menghajar Tina habis-habisan. Tina tidak sempat mengelak dari cengkeraman adiknya. Ia hanya mampu meronta seraya melepaskan diri. "Aaagh! Lepas Caca! Lepas!" pekiknya. Bukannya melepas Caca malah semakin bringas. Kepala Tina dibenturnya ke pintu hingga wanita itu semakin menjerit. "Ini balasan bagimu! Sadar, kau itu orang miskin! Jangan berani-beraninya melawanku!" tukas Caca seraya "Cacaa lepas! Kamu benar-benar keterlaluan!" rintih Tina. "Makanya jangan sok! Orang miskin itu jangan banyak tingkah!" ejek Caca. "Caca! Aaargh!" Wanita berpostur kurus itu sekuat tenaga mendorong adiknya. Ia tidak mau mengalah lagi, bagaimanapun dirinya adalah seorang kakak. Bruk! Didorongnya kuat tubuh Caca hingga wanita itu terjengkang. Napasnya menderu, rasa sakit dan amarah tengah menguasainya Tina memegang kepala belakangnya, rasa nyeri terasa karena hantaman kuat sang adik tadi. "Kamu benar-benar keterlaluan, Ca! Aku ini kakakmu, tapi kamu perlakukan seperti musuh!" ucap Tina, matanya berkaca-kaca. "Halaaah! Aku tak butuh bersaudara denganmu! Aku tak butuh saudara miskin! Kau yang selalu butuh bantuanku!" cebik Caca. Wanita itu bangkit. Ia berkacak pinggang, matanya melotot ke arah kakak kandungnya. "Kakak nggak nyangka kamu bakal begini, Ca. Ibu dan ayah di sana pasti merasa kecewa!" tutur Tina sendu, ia teringat dnegan kedua orang tuanya yang telah meninggal. "Peduli setan sama orang yang sudah mati! Toh, aku nggak minta makan sama mereka!" ketus Caca lupa diri. Tina mengusap dada, lirih istigfar digumamnya. Ia benar-benar tak lagi mengenali adiknya. "Jangan banyak drama, pokoknya segera ke rumahku! Cucian kotor, piring dan lantai belum disapu! Nanti siang ada arisan, jadi cepat bereskan ssemuanya!" ucap Caca angkuh. Ia menyuruh kakaknya seperti orang yang bicara dengan pembantunya. Wanita itu sama sekali tidak lagi punya hormat pada saudara kandungnya. "Maaf, Ca, kakak nggak bisa datang!" Tina berusaha tegas, ia tak mau jadi pembantu gratis adiknya lagi. "Aku nggak minta pendapat, tapi nyuruh! Dan kakak nggak bisa menolaknya! Lagipula semuanya nggak gratis, aku bayar kok," lanjut wanita muda itu. "Bayaran? Bayaran mana yang kamu maksud? Apa beras yang telah tercecer itu?" tanya Tina seraya menunjuk teras rumahnya. "Ck! Udah untung masih dikasih beras! Kalau enggak kakak bisa mati kelaparan!" "Kakak lebih baik kelaparan!" "Miskin, kok belagu! Kalau kakak tetap nggak mau datang berarti jangan pernah datang lagi ke rumahku! Dan jangan pernah minta pinjam-pinjam sama aku lagi!" ancamnya. Tina bergeming, ia tak menjawab apapun. Saat dilihatnya sang adik hendak kembali bersuara, wanita beranak satu itu langsung masuk ke dalam rumahnya. Brak! Ia menutup pintu lalu menguncinya. Tiana merasa percuma bicara dengan adiknya yang telah buta mata hati itu. "Sialan! Awas aja kau ya! Awas kalau ngemis-ngemis ke rumahku lagi!" teriak Caca seraya menendang pintu rumah Tina. Di dalam Tina sibuk menenangkan bayinya yang terkejut. Wanita itu tak henti beristigfar, kelakuan Caca benar-benar sudah di luar batas. Wanita itu terbayang saat kedua orang tuanya masih hidup. Mereka selalu menekankan padanya untuk selalu mengalah, baik pada abangnya atau pada si bungsu Caca. "Ridwan itu laki-laki dan juga anak pertama, sudah sepatutnya kamu bersikap patuh dan hormat padanya. Jangan pernah membantah, jangan pernah melawan, lakukan apa yang diperintahkannya karena ia adalah pengganti ayahmu!" Ucapan itu selalu membuat Tina tak berkutik, bahkan hingga sekarang ia langsung diam di hadapan abangnya saat terbayang penuturan orang tua mereka. "Kalau sama Caca jangan keras-keras! Kasihan dia masih kecil, sayangi dia. Lakukan saja apa yang dia minta karna dia adikmu! Kamu dulu sudah mendapatkan segalanya, kini giliran berbagi dengan adik. Mengalah ya, Nak!" Lain dengan abang, lain juga dengan adik. Yang pasti Tina si anak tengah seolah dipaksa untuk mengalah dan selalu kalah. Ia tak boleh membantah abangnya juga harus menuruti adiknya. Dokrin itu terbawa hingga ia dewasa, akhirnya kedua saudara kandung jadi semena-mena dan menganggap remeh padanya. Kehadiran Tina cuma terlihat saat dibutuhkan. Terlebih secara ekonomi dia memang paling lemah. Maka makin menjadi-jadilah kedua saudara, bahkan ipar-iparnya. Huft! Hah! Tina mengusap mata yang mulai basah, kadang-kadang hatinya merasa kesal dengan ajaran sepihak orang tuanya dulu. Tak jarang ia juga kecewa saat hatinya merasa tak disayangi oleh kedua orang tuanya. Namun, jika sudah demikian ia segera beristigfar. Wanita beranak satu itu tak ingin berprasangka buruk pada ibu dan ayah. Bagaimanapun kedua orang itu telah sangat berjasa dalam hidupnya. Brak! Brak! Brak! "Buka woy! Buka! Dasar pencuri!" Tina yang hendak berbaring lagi-lagi terganggu oleh suara gedoran di pintu rumahnya. Wanita itu menghela napas panjang. Suara yang terdengar kali ini adalah Risma, istri abangnya. "Tinaaa! Jangan pura-pura budeg kamu ya! Buka nggak? Aku dobrak, nih!" Mau tak mau ibu muda itu kembali bangkit, ia tak ingin masalah lebih besar akan muncul jika dirinya terus bungkam. Krieeet! "Ada apa, Kak? Kenapa teriak-teriak?" tanya Tina pelan. "Minggir kau!" ucap wanita itu seraya mendorong tubuh adik iparnya. Wanita berbadan tambun itu tergopoh memasuki rumah reot Tina, langkahnya langsung menuju dapur. Matanya bertumpu pada kardus mi instan yang tergeletak di lantai. Tangannya cekatan membuka kotak itu. "Nah, kan bener ini punyaku! Dasar maling kau!" pekik Risma seraya mengangkat kotak yang diberikan Bidan Ningrum semalam. "Kak! Jangan diambil, Kak, itu punyaku!" ucap Tina seraya mendekati iparnya. "Punyamu dari hongkong! Duit darimana kau beli sembako sebanyak ini! Pasti kau maling dari rumahku!" cebik Risma seraya melangkah keluar. "Bukan, Kak! Bukan punyamu. Itu sembako dikasih Bidan Ningrum semalam!" cegah Tina mengejar kakak iparnya. Risma tak peduli, ia berjalan cepat hendak kembali ke rumahnya yang berjarak dua rumah dari kediaman Tina. Ia tak peduli pada adik iparnya yang terus mengejar. "Ada apa, Ris? Kok dikejar-kejar iparmu?" tanya seorang tetangga yang lewat. "Adik ipar nggak tau diri itu, Bu. Berani-beraninya dia maling sembako dari rumah saya! Padahal selama ini hidup dia itu suami saya yang biayain!" tukas Risma enteng. Tetangga itu membeliak, matanya menatap ke arah Tina yang masih mengejar iparnya. "Heh, Tina kok ya nggak sadar diri! Udah dibantuin masih aja jahat sama saudara sendiri!" ketus wanita itu. "Ibu kalau nggak tau jangan ikut campur, ya! Bukan saya, tapi kak Risma yang maling! Dia tiba-tiba datang dan mengambil sembako saya!" Tina tak tinggal diam, ia berusaha menjelaskan titik perkaranya. "Kamu beli? Mana sanggup? Orang untuk berobat anakmu aja semalam minta utang sama suamiku!" tukas Risma. "Tapi nggak kakak kasih, kan?" ungkap Tina. "Ya .. Enggak, sih. Terus karena kamu marah kamu curi sembako di rumahku kan?!" elak Risma, ia terus menyudutkan adik iparnya. "Astagfirullah, Kak manalah mungkin aku mencuri di rumah besar kakak. Masuk aja aku jarang. Sembako itu Bidan Ningrum yang kasih semalam, kalau nggak percaya tanya aja ke sana!" tantang Tina. "Aduuuuh, kenapa kalian jadi berantem di sini, sih? Kalian itu saudara, berbaik-baiklah!" ucap tetangga itu. "Ogah bersandara sama orang miskin! Yang ada ketularan miskin nanti!" pungkas Risma jumawa. "Jangan lupa diri, Kak! Jangan lupa asal sendiri ketika sudah hidup bergelimang! Lagipula hidup miskin itu bukan dosa, yang dosa itu menjual tubuh untuk mendapatkan harta!" tandas Tina telak. Ucapannya sukses membuat wajah Risma pias, matanya membeliak menatap adik iparnya. "A--apa maksudmu?" Tina tersenyum simpul. "Sebelum menikah dengan abangku dulu kakak hanya seorang PSK, kan?" tandas Tina. "Kurang ajaaar!" Bersambung... Di KBM App sdh bab 44 akun Irya Hanafi Link read.kbm.id/book/detail/5a811963-5c3b-49a2-bcfe-6db30dcacb99 Follow akun penulisnya Irma Yanti untuk baca part selanjutnya. Follow FB Asa Jannati utk baca cerita2 lainnya.
Ya Allah slalu netes air mata klau liat sosok orang yng paling baik knpa kau begitu cepat pergi sayang do'a kita semua buat kmu Yoga Saputra kau tlah bahagia d surga sanh 😍😍😭😭😭😭
tlong di puter lg.pb yg dlu ada ka yoga syaputra..biar rindu ini hilng..
16 juni 2018,alm olga, ketapanan wajahmu semanis senyummu, seperti hatimu yg baik tulus & rendah hati ,
ya allah berilah surga terindah buat almh kk olga syaputra amin alfatihah
kgn kak Olga😍😍😍😘😘😘
27 maret... Diramadhan ini aku berdoa ya allah hadirkan satu kali aja di mimpi ku.... Rindu ya allah
Pokoknya yg terbaik kak olga
Surga untuk mu kak olga.
Al-fatiha
Olga sahputra mudah mudahan kusnulqotimah di tempat kan di sisimu ya awloh swt amin
Kak Olga,wlpn kt egk ketemu di dunia,aku yakin kt akan ketemu di surga nanti Amin ya Allah.
😭😭😭😭ya allah udah 2024 rasa kangen dn kehilangan blm juga terobatin biarpun udah dtg k makam nya alm olga syahputra sampe detik ini klu lihat video alm olga syahputra masih nyesek banget kenapa ya orang baik selalu d panggil lbh cepat surga terindah tempat mu sayang alm olga syahputra aamiin ya allah🤲🤲🤲😭😭😭😭
Terimakasih pd mu olga saputren
Nak yoga semasa hidupnya orang yg sangat dermawan paling tulus baik hati g kurang suatu apapun orang yg hebat sampe saat ini blm ada yg bisa gantikan alm yoga surganya Allah tempat mu nak yoga amiiinnn ya Allah amin 🤲🤲🤲
Ya Allah nyesek anak soleh pekerja keras demi keluarga dn demi orang orang yg membutuhkan kenapa begitu cepat engkau memanggilnya ya Allah kasih tempat yg plg indah di surga pirdaus mu amiiinnn ya Allah amin 🤲🤲🤲
Ya Allah tempat kanlah dia di surgamu amiiin😭 😭 😭
I MISS YOU OLGA❣️
Kak olga klau potong rambut mirip el
👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓👨🎓
🎉🎊🎉🎊
😭😭😭
cvkl1234567890NASIB SI MISKIN BAB 3
"Ka--kakak menamparku?" tanya Caca tak percaya.
Ia menyentuh pipinya yang terasa panas. Tamparan Tina barusan membuat nyeri wajah juga hatinya. Egonya terluka, ia tak terima dengan perlakuan kakaknya.
"Ya, itu terpaksa kakak lakukan karena kamu sudah sangat keterlaluan," jawab Tina dengan napas memburu, sekuat tenaga ia menahan air mata yang hendak menetes.
"Kurang ajaaar! Memangnya siapa kau berani menamparku? Dasar orang miskin! Tak punya etika!" pekik Caca tak terima, ia maju hendak membalas kakaknya.
Postur tubuh yang lebih mendulang dari sang kakak membuatnya leluasa menjambak rambut milik Agustina.
Ia menarik bahkan mendorong kuat kepala kakaknya. Caca benar-benar kesetanan, ia menghajar Tina habis-habisan.
Tina tidak sempat mengelak dari cengkeraman adiknya. Ia hanya mampu meronta seraya melepaskan diri.
"Aaagh! Lepas Caca! Lepas!" pekiknya.
Bukannya melepas Caca malah semakin bringas. Kepala Tina dibenturnya ke pintu hingga wanita itu semakin menjerit.
"Ini balasan bagimu! Sadar, kau itu orang miskin! Jangan berani-beraninya melawanku!" tukas Caca seraya
"Cacaa lepas! Kamu benar-benar keterlaluan!" rintih Tina.
"Makanya jangan sok! Orang miskin itu jangan banyak tingkah!" ejek Caca.
"Caca! Aaargh!"
Wanita berpostur kurus itu sekuat tenaga mendorong adiknya. Ia tidak mau mengalah lagi, bagaimanapun dirinya adalah seorang kakak.
Bruk!
Didorongnya kuat tubuh Caca hingga wanita itu terjengkang. Napasnya menderu, rasa sakit dan amarah tengah menguasainya
Tina memegang kepala belakangnya, rasa nyeri terasa karena hantaman kuat sang adik tadi.
"Kamu benar-benar keterlaluan, Ca! Aku ini kakakmu, tapi kamu perlakukan seperti musuh!" ucap Tina, matanya berkaca-kaca.
"Halaaah! Aku tak butuh bersaudara denganmu! Aku tak butuh saudara miskin! Kau yang selalu butuh bantuanku!" cebik Caca.
Wanita itu bangkit. Ia berkacak pinggang, matanya melotot ke arah kakak kandungnya.
"Kakak nggak nyangka kamu bakal begini, Ca. Ibu dan ayah di sana pasti merasa kecewa!" tutur Tina sendu, ia teringat dnegan kedua orang tuanya yang telah meninggal.
"Peduli setan sama orang yang sudah mati! Toh, aku nggak minta makan sama mereka!" ketus Caca lupa diri.
Tina mengusap dada, lirih istigfar digumamnya. Ia benar-benar tak lagi mengenali adiknya.
"Jangan banyak drama, pokoknya segera ke rumahku! Cucian kotor, piring dan lantai belum disapu! Nanti siang ada arisan, jadi cepat bereskan ssemuanya!" ucap Caca angkuh.
Ia menyuruh kakaknya seperti orang yang bicara dengan pembantunya. Wanita itu sama sekali tidak lagi punya hormat pada saudara kandungnya.
"Maaf, Ca, kakak nggak bisa datang!" Tina berusaha tegas, ia tak mau jadi pembantu gratis adiknya lagi.
"Aku nggak minta pendapat, tapi nyuruh! Dan kakak nggak bisa menolaknya! Lagipula semuanya nggak gratis, aku bayar kok," lanjut wanita muda itu.
"Bayaran? Bayaran mana yang kamu maksud? Apa beras yang telah tercecer itu?" tanya Tina seraya menunjuk teras rumahnya.
"Ck! Udah untung masih dikasih beras! Kalau enggak kakak bisa mati kelaparan!"
"Kakak lebih baik kelaparan!"
"Miskin, kok belagu! Kalau kakak tetap nggak mau datang berarti jangan pernah datang lagi ke rumahku! Dan jangan pernah minta pinjam-pinjam sama aku lagi!" ancamnya.
Tina bergeming, ia tak menjawab apapun. Saat dilihatnya sang adik hendak kembali bersuara, wanita beranak satu itu langsung masuk ke dalam rumahnya.
Brak!
Ia menutup pintu lalu menguncinya. Tiana merasa percuma bicara dengan adiknya yang telah buta mata hati itu.
"Sialan! Awas aja kau ya! Awas kalau ngemis-ngemis ke rumahku lagi!" teriak Caca seraya menendang pintu rumah Tina.
Di dalam Tina sibuk menenangkan bayinya yang terkejut. Wanita itu tak henti beristigfar, kelakuan Caca benar-benar sudah di luar batas.
Wanita itu terbayang saat kedua orang tuanya masih hidup. Mereka selalu menekankan padanya untuk selalu mengalah, baik pada abangnya atau pada si bungsu Caca.
"Ridwan itu laki-laki dan juga anak pertama, sudah sepatutnya kamu bersikap patuh dan hormat padanya. Jangan pernah membantah, jangan pernah melawan, lakukan apa yang diperintahkannya karena ia adalah pengganti ayahmu!" Ucapan itu selalu membuat Tina tak berkutik, bahkan hingga sekarang ia langsung diam di hadapan abangnya saat terbayang penuturan orang tua mereka.
"Kalau sama Caca jangan keras-keras! Kasihan dia masih kecil, sayangi dia. Lakukan saja apa yang dia minta karna dia adikmu! Kamu dulu sudah mendapatkan segalanya, kini giliran berbagi dengan adik. Mengalah ya, Nak!"
Lain dengan abang, lain juga dengan adik. Yang pasti Tina si anak tengah seolah dipaksa untuk mengalah dan selalu kalah. Ia tak boleh membantah abangnya juga harus menuruti adiknya.
Dokrin itu terbawa hingga ia dewasa, akhirnya kedua saudara kandung jadi semena-mena dan menganggap remeh padanya.
Kehadiran Tina cuma terlihat saat dibutuhkan. Terlebih secara ekonomi dia memang paling lemah. Maka makin menjadi-jadilah kedua saudara, bahkan ipar-iparnya.
Huft! Hah!
Tina mengusap mata yang mulai basah, kadang-kadang hatinya merasa kesal dengan ajaran sepihak orang tuanya dulu. Tak jarang ia juga kecewa saat hatinya merasa tak disayangi oleh kedua orang tuanya.
Namun, jika sudah demikian ia segera beristigfar. Wanita beranak satu itu tak ingin berprasangka buruk pada ibu dan ayah. Bagaimanapun kedua orang itu telah sangat berjasa dalam hidupnya.
Brak! Brak! Brak!
"Buka woy! Buka! Dasar pencuri!"
Tina yang hendak berbaring lagi-lagi terganggu oleh suara gedoran di pintu rumahnya.
Wanita itu menghela napas panjang. Suara yang terdengar kali ini adalah Risma, istri abangnya.
"Tinaaa! Jangan pura-pura budeg kamu ya! Buka nggak? Aku dobrak, nih!"
Mau tak mau ibu muda itu kembali bangkit, ia tak ingin masalah lebih besar akan muncul jika dirinya terus bungkam.
Krieeet!
"Ada apa, Kak? Kenapa teriak-teriak?" tanya Tina pelan.
"Minggir kau!" ucap wanita itu seraya mendorong tubuh adik iparnya.
Wanita berbadan tambun itu tergopoh memasuki rumah reot Tina, langkahnya langsung menuju dapur.
Matanya bertumpu pada kardus mi instan yang tergeletak di lantai. Tangannya cekatan membuka kotak itu.
"Nah, kan bener ini punyaku! Dasar maling kau!" pekik Risma seraya mengangkat kotak yang diberikan Bidan Ningrum semalam.
"Kak! Jangan diambil, Kak, itu punyaku!" ucap Tina seraya mendekati iparnya.
"Punyamu dari hongkong! Duit darimana kau beli sembako sebanyak ini! Pasti kau maling dari rumahku!" cebik Risma seraya melangkah keluar.
"Bukan, Kak! Bukan punyamu. Itu sembako dikasih Bidan Ningrum semalam!" cegah Tina mengejar kakak iparnya.
Risma tak peduli, ia berjalan cepat hendak kembali ke rumahnya yang berjarak dua rumah dari kediaman Tina. Ia tak peduli pada adik iparnya yang terus mengejar.
"Ada apa, Ris? Kok dikejar-kejar iparmu?" tanya seorang tetangga yang lewat.
"Adik ipar nggak tau diri itu, Bu. Berani-beraninya dia maling sembako dari rumah saya! Padahal selama ini hidup dia itu suami saya yang biayain!" tukas Risma enteng.
Tetangga itu membeliak, matanya menatap ke arah Tina yang masih mengejar iparnya.
"Heh, Tina kok ya nggak sadar diri! Udah dibantuin masih aja jahat sama saudara sendiri!" ketus wanita itu.
"Ibu kalau nggak tau jangan ikut campur, ya! Bukan saya, tapi kak Risma yang maling! Dia tiba-tiba datang dan mengambil sembako saya!" Tina tak tinggal diam, ia berusaha menjelaskan titik perkaranya.
"Kamu beli? Mana sanggup? Orang untuk berobat anakmu aja semalam minta utang sama suamiku!" tukas Risma.
"Tapi nggak kakak kasih, kan?" ungkap Tina.
"Ya .. Enggak, sih. Terus karena kamu marah kamu curi sembako di rumahku kan?!" elak Risma, ia terus menyudutkan adik iparnya.
"Astagfirullah, Kak manalah mungkin aku mencuri di rumah besar kakak. Masuk aja aku jarang. Sembako itu Bidan Ningrum yang kasih semalam, kalau nggak percaya tanya aja ke sana!" tantang Tina.
"Aduuuuh, kenapa kalian jadi berantem di sini, sih? Kalian itu saudara, berbaik-baiklah!" ucap tetangga itu.
"Ogah bersandara sama orang miskin! Yang ada ketularan miskin nanti!" pungkas Risma jumawa.
"Jangan lupa diri, Kak! Jangan lupa asal sendiri ketika sudah hidup bergelimang! Lagipula hidup miskin itu bukan dosa, yang dosa itu menjual tubuh untuk mendapatkan harta!" tandas Tina telak.
Ucapannya sukses membuat wajah Risma pias, matanya membeliak menatap adik iparnya.
"A--apa maksudmu?"
Tina tersenyum simpul.
"Sebelum menikah dengan abangku dulu kakak hanya seorang PSK, kan?" tandas Tina.
"Kurang ajaaar!"
Bersambung...
Di KBM App sdh bab 44 akun Irya Hanafi
Link read.kbm.id/book/detail/5a811963-5c3b-49a2-bcfe-6db30dcacb99
Follow akun penulisnya Irma Yanti untuk baca part selanjutnya. Follow FB Asa Jannati utk baca cerita2 lainnya.
🎖🏆🏅🥇🥈🥉
😎🤓😎🤓
🤯🥳🤯🥳
🤠🤠🤠🤠🤠🤠🤠🤠🤠
🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁
🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗
🧨✨🧨✨
🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆
🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇
😘😘😘😘😘😘😘😘😘
🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀
Sakau
Putusakau
🕴🕴🕴🕴🕴🕴🕴🕴🕴🕴
🎄🎄🎄🎄🎄🎄🎄🎄🎄
🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈
🧐🧐🧐🧐🧐🧐🧐🧐🧐
👔👔👔👔👔👔👔👔👔👔
🎐🎐🎐🎐🎐🎐🎐🎐🎐
🎎🎏🎎🎏
🤑🤑🤑🤑🤑🤑🤑🤑🤑🤑
👕👕👕👕👕👕👕👕👕👕👕
❤😂🎉🎉🎉🎉😢😢😢
Hshag😢😮
Frrre😮😢🎉😮😮
Eejoiteseeutxx😮😮😢😅
Sdeekkifs😢😢😮😮😮😊
Rr😢ekdxd😢😮😅
🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃
Ff😅😅😮😮
Fft😢😢
😢
Frt😅😮😮
Dr😅😢😢
Rr😮😮
🧦🧦🧦🧦🧦🧦🧦
Ndg😮
Jege😮😮😮
Sjvw😮😮😮
Heve😅😅😮
Y😮😮😮😅
Bsg😮😮
👢👢👢👢👢👢👢👢👢👢👢
Putu
Hutd😅😅😮
🥾🥾🥾🥾🥾🥾🥾🥾🥾
tlong di puter lg.pb yg dlu ada ka yoga syaputra..biar rindu ini hilng..
Sjeh😮😮
Entrgr😅😮
Sjyytwye😅😮