TRANSPORTASI KONVENSIONAL VS TRANSPORTASI ONLINE

Awal Juni, ratusan sopir angkot se-kota dan Kabupaten Jayapura kompak menggelar aksi demonstrasi di kantor Gubernur Provinsi Papua. Para sopir ini melalui kuasa hukumnya minta kebijakan pemerintah yang berpihak pada nasib mereka yang kian tergilas oleh maraknya transportasi berbasis online. Jika tuntutan mereka tak digubris, mereka akan minta transportasi online di Papua ditutup.
Namun tak sedikit masyarakat yang memprotes aksi ini, karena dinilai memalukan dan ketinggalan jaman. Para sopir diminta harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Masyarakat sebagai pengguna mempunyai hak untuk menggunakan transportasi apapun. Sebagai penyedia jasa, harusnya memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan pengguna.
Diskusi terkait hal ini akan diperbincangkan pada Senin, 24 Juni 2024 Pukul 17.00 Wit di Channel UA-cam Redaksi JubiTV dalam program Podcast Jubi Toki bersama dua narasumber, yakni Emanuel Gobay sebagai Kuasa Hukum Para Sopir Angkot se-Kota dan Kabupaten Jayapura dan Frengky Korano sebagai perwakilan warga pengguna transportasi online.

[@tenaje]

Kedua taksi sama-sama membantu masyarakat !
Saran..
Adakala bagusnya Pemerintah membantu taksi-taksi konvensional ke online sebagai tempat mencari nafkah untuk keluarga.
Mengapa ? Karena melihat polemik hari ini dan zaman yang semakin modern, para penumpang atau konsumer taksi online akan lebih banyak sehingga taxi konvensioal tentu dapat dirugikan.
- Saran saya sebagai Masyarakat .

[@DavidDap]

KESIMPULAN MENURUT SAYA
Supaya keduanya tidk merugikan taksi online harus ikuti aturan konvensional biar sama sama tidak merugikan
Harga angkut sama antar sesuai tujuan
Begitu pun dengan Ojek online dan konvensional
Terimakasih sekian

[@ExploreKwaya]

Jaman boleh berubah, aplikasi boleh bertambah, tapi ingat keberlihak terhadap sopir konvensional perlu sebab sopir online sifatnya fleksibel kapan saja bisa mencari uang karena ruang dan waktu tidak terbatas itu juga menguntungkan siapa saja bisa mencari uang dengan menjadi supir entah dari kalangan pekerja tetap maupun pekerja sebagai sopir itu sendiri sementara sopir konvensional mereka hanya bergantung nasib pada ruang dan waktu statis

[@yerinomadai5748]

Transportasi konvensional diharuskan, kalo tidak pemerintah harus di datakan sopir-sopir lalu dibayar setiap bulan itukan adil. Jika utamakan angkutan online Maka setidaknya pemerintah harus membuat perda. Papua ini jangan mainkan dengan seenaknya saja tapa sepengetahuan Orang asli Papua.
Pengguna harus tau bahwa hasil transportasi online akan selalu membesarkan orang luar itukan tdk masuk akal walaupun itu mempermudah kita, seakan-akan memperbesar mereka ini kan anehnya kita