Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. Makna ke-3 dari QS Al-Hasyr: 9 adalah sebagai berikut; Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى sedang mengajak kita merenungkan ayat ini, ayat yang bercerita tentang kaum Anshor dan betapa luar biasanya mereka dan contoh bagaimana seseorang mencintai karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr: 9 yaitu, وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ artinya, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati (hasad) mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Al-Hasyr: 9). Ulama mengatakan diantara karakteristik kaum Anshor sifat-sifat mereka yang membuat mereka menjulang dan jauh lebih unggul daripada banyak pihak selain mereka. Dan membuat mereka special di banding kaum-kaum yang lain adalah sebuah sikap yang bernama Itsar yaitu mendahulukan atau memprioritaskan saudara atau orang lain dari pada dirinya sendiri dalam masalah dunia walaupun kita sedang butuh hal yang sama. Dan itu kelebihan kaum Anshor, mereka rela berkorban untuk orang lain, mereka rela rugi demi orang lain untung, mereka rela kelaparan demi orang lain kenyang, mereka rela kehausan demi orang lain minum dan begitulah kaum Anshor dan itulah Itsar yaitu dengan menomorsatukan orang lain di banding dirinya sendiri. Dan Itsar adalah puncak dari kedermawanan. Kenapa demikian? Karena kita butuh juga tetapi kita lebih memilih untuk memberikan kebutuhan kita kepada pihak lain. Jadi bukan kita ingin juga, tetapi kita butuh juga. Seringkali kita bisa berikan kepada orang, namun kita tidak butuh barang tersebut, tetapi kita suka saja terhadap barang tersebut, walaupun pada akhirnya kita tidak pakai dan kita hanya ingin saja memilikinya dan bukan karena kebutuhan sedangkan orang lain butuh barang tersebut dan kita tidak berikan bahkan stock kita banyak, karena itu salah satu koleksi kita. Lihat kaum Anshor itu membutuhkannya bukan hanya sekedar menginginkannya. Dan kita sudah bahas tentang ayat, لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai” (QS Ali-‘Imran: 92). Jadi kalau kita memberikan sesuatu yang kita cintai itu kita mendapatkan hakikat Al-Birr atau puncak dari kebaikan dan diantara tafsir dari kebaikan dalam ayat tersebut adalah Surga. Lalu bagaimana dengan pemberian dari apa yang kita butuhkan, karena kebutuhan dalam kaidah dunia lebih tinggi daripada keinginan dan justru itu seringkali yang membedakan antara berlebih-lebihan dengan tidak. Orang yang fokusnya memiliki apa yang dia inginkan, itu cenderung Israf atau berlebih-lebihan, mubadzir dan dia jadikan hawa nafsunya sebagai parameter. Tetapi kalau orang yang melangkah berdasarkan asas kebutuhan maka dia akan di jaga oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan dia akan melakukan setiap hal dan memiliki setiap hal secara proporsioanal, kebutuhan lebih tinggi daripada keinginan. Kebutuhan objectivitas sedangkan keinginan subjectivitas. Jadi kalau ada orang yang memberikan yang dia inginkan itu luar biasa sekali lalu bagaimana ada orang yang memberikan apa yang dia butuhkan dan itu sifat kaum Anshor. Apalagi memberikan yang dia inginkan dan yang dia butuhkan. Makanya para ulama mengatakan, ‘Ini adalah kedermawanan di level puncak atau tertinggi yaitu Itsar’. Memprioritaskan, menomorsatukan orang lain dan memberikan orang lain apa yang kita butuhkan pada saat itu. Makanya kita bisa bayangkan betapa kuatnya Rasulullah ﷺ di kota Madinah, karena Nabi ﷺ di kelilingi sosok-sosok atau masyarakat seperti ini, sangat solid dan luar biasa. Kita lihat bagaimana perubahan significant Nabi ﷺ di kota Madinah di bandingkan di kota Mekah, kecuali komunitas orang munafik dan itu terpantau oleh Nabi ﷺ. Tetapi sahabat-sahabat Nabi ﷺ tidak seperti itu, tidak ada hasad, itsar dan saling mencintai satu dengan lainnya karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, tidak ada iri, dengki atau jealous secara umum. Namun justru sebaliknya memprioritaskan saudara, teman, sahabat di banding diri sendiri walaupun itu kebutuhan dan kita sedang butuh. Dan itu yang membuat betapa kuatnya Nabi ﷺ setelah taufik dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan ini semua pemberian dari Allah pada masa Madinah. Karena Nabi ﷺ dikelilingi orang-orang yang punya level tertinggi dalam kebaikan, kedermawanan dan pemberian yaitu Itsar. Dan Itsar adalah memberikan apa yang dia butuhkan dan dia cintai kepada orang lain yang membutuhkan dalam kondisi dia membutuhkan hal tersebut bahkan bukan hanya butuh dalam kondisi darurat sekalipun. Dan kaum Anshor membuktikan hal itu semua, dan bukan hanya pada saat Nabi ﷺ hidup tetapi setelah Nabi ﷺ wafat, mereka menunjukan kesetiaan yang luar biasa dan bagaimana mereka mengontrol dan menetralkan ego dan nafsu dan ambisi dunia manusia, karena mereka beriman kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Kamis, 4 Safar 1446 AH/8 Agustus 2024 Ahida Muhsin
Mengetahui kaum Anshar udah dari zaman Mts, tapi baru mengenal sekarang betapa mulianya kaum Anshar. Jazakumullahu khoiron, Ustadz atas pemaparan yang sangat mudah dipahami. Barokallahu fiikum ustadz dan team.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillah Subhanallah Alhamdulillah Laaillahaillalah Allahu Akbar Astaghfirullah Allahumma shalli wassalim ala Nabiyyina Muhammad Dalam kondisi darurat...terlihat sangat jelas....siapa yang memang teman sejati kita
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
Makna ke-3 dari QS Al-Hasyr: 9 adalah sebagai berikut;
Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى sedang mengajak kita merenungkan ayat ini, ayat yang bercerita tentang kaum Anshor dan betapa luar biasanya mereka dan contoh bagaimana seseorang mencintai karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Allah berfirman dalam QS Al-Hasyr: 9 yaitu, وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ artinya, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati (hasad) mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Al-Hasyr: 9). Ulama mengatakan diantara karakteristik kaum Anshor sifat-sifat mereka yang membuat mereka menjulang dan jauh lebih unggul daripada banyak pihak selain mereka. Dan membuat mereka special di banding kaum-kaum yang lain adalah sebuah sikap yang bernama Itsar yaitu mendahulukan atau memprioritaskan saudara atau orang lain dari pada dirinya sendiri dalam masalah dunia walaupun kita sedang butuh hal yang sama. Dan itu kelebihan kaum Anshor, mereka rela berkorban untuk orang lain, mereka rela rugi demi orang lain untung, mereka rela kelaparan demi orang lain kenyang, mereka rela kehausan demi orang lain minum dan begitulah kaum Anshor dan itulah Itsar yaitu dengan menomorsatukan orang lain di banding dirinya sendiri.
Dan Itsar adalah puncak dari kedermawanan. Kenapa demikian? Karena kita butuh juga tetapi kita lebih memilih untuk memberikan kebutuhan kita kepada pihak lain. Jadi bukan kita ingin juga, tetapi kita butuh juga. Seringkali kita bisa berikan kepada orang, namun kita tidak butuh barang tersebut, tetapi kita suka saja terhadap barang tersebut, walaupun pada akhirnya kita tidak pakai dan kita hanya ingin saja memilikinya dan bukan karena kebutuhan sedangkan orang lain butuh barang tersebut dan kita tidak berikan bahkan stock kita banyak, karena itu salah satu koleksi kita. Lihat kaum Anshor itu membutuhkannya bukan hanya sekedar menginginkannya. Dan kita sudah bahas tentang ayat, لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai” (QS Ali-‘Imran: 92). Jadi kalau kita memberikan sesuatu yang kita cintai itu kita mendapatkan hakikat Al-Birr atau puncak dari kebaikan dan diantara tafsir dari kebaikan dalam ayat tersebut adalah Surga. Lalu bagaimana dengan pemberian dari apa yang kita butuhkan, karena kebutuhan dalam kaidah dunia lebih tinggi daripada keinginan dan justru itu seringkali yang membedakan antara berlebih-lebihan dengan tidak. Orang yang fokusnya memiliki apa yang dia inginkan, itu cenderung Israf atau berlebih-lebihan, mubadzir dan dia jadikan hawa nafsunya sebagai parameter. Tetapi kalau orang yang melangkah berdasarkan asas kebutuhan maka dia akan di jaga oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan dia akan melakukan setiap hal dan memiliki setiap hal secara proporsioanal, kebutuhan lebih tinggi daripada keinginan. Kebutuhan objectivitas sedangkan keinginan subjectivitas.
Jadi kalau ada orang yang memberikan yang dia inginkan itu luar biasa sekali lalu bagaimana ada orang yang memberikan apa yang dia butuhkan dan itu sifat kaum Anshor. Apalagi memberikan yang dia inginkan dan yang dia butuhkan. Makanya para ulama mengatakan, ‘Ini adalah kedermawanan di level puncak atau tertinggi yaitu Itsar’. Memprioritaskan, menomorsatukan orang lain dan memberikan orang lain apa yang kita butuhkan pada saat itu. Makanya kita bisa bayangkan betapa kuatnya Rasulullah ﷺ di kota Madinah, karena Nabi ﷺ di kelilingi sosok-sosok atau masyarakat seperti ini, sangat solid dan luar biasa. Kita lihat bagaimana perubahan significant Nabi ﷺ di kota Madinah di bandingkan di kota Mekah, kecuali komunitas orang munafik dan itu terpantau oleh Nabi ﷺ. Tetapi sahabat-sahabat Nabi ﷺ tidak seperti itu, tidak ada hasad, itsar dan saling mencintai satu dengan lainnya karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, tidak ada iri, dengki atau jealous secara umum. Namun justru sebaliknya memprioritaskan saudara, teman, sahabat di banding diri sendiri walaupun itu kebutuhan dan kita sedang butuh. Dan itu yang membuat betapa kuatnya Nabi ﷺ setelah taufik dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan ini semua pemberian dari Allah pada masa Madinah. Karena Nabi ﷺ dikelilingi orang-orang yang punya level tertinggi dalam kebaikan, kedermawanan dan pemberian yaitu Itsar. Dan Itsar adalah memberikan apa yang dia butuhkan dan dia cintai kepada orang lain yang membutuhkan dalam kondisi dia membutuhkan hal tersebut bahkan bukan hanya butuh dalam kondisi darurat sekalipun. Dan kaum Anshor membuktikan hal itu semua, dan bukan hanya pada saat Nabi ﷺ hidup tetapi setelah Nabi ﷺ wafat, mereka menunjukan kesetiaan yang luar biasa dan bagaimana mereka mengontrol dan menetralkan ego dan nafsu dan ambisi dunia manusia, karena mereka beriman kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Kamis, 4 Safar 1446 AH/8 Agustus 2024
Ahida Muhsin
Kaum Anshar kaum yang sgt dermawan, sy merasakan langsung kedermawanan anak keturunan mereka saat di Madina
🥛
🙄
🥴
🤣🤏🤭
Masya Allah Tabarakallah
Mengetahui kaum Anshar udah dari zaman Mts, tapi baru mengenal sekarang betapa mulianya kaum Anshar. Jazakumullahu khoiron, Ustadz atas pemaparan yang sangat mudah dipahami.
Barokallahu fiikum ustadz dan team.
Orang-orang di dekat Rasulullah shalallahu alaihi wa salam aja kayak gitu akhlaknya, gimana dengan beliaunya. Masya Allah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillah
Subhanallah
Alhamdulillah
Laaillahaillalah
Allahu Akbar
Astaghfirullah
Allahumma shalli wassalim ala Nabiyyina Muhammad
Dalam kondisi darurat...terlihat sangat jelas....siapa yang memang teman sejati kita
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Jazakallahu Khair wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim
Alhamdulillah, syukron wa jazaakumullah khayran Ustadzunna Nuzul Dzikri n tim kajian atas ilmunya..Baarakallahu fiikum
Alhamdulillah
Jazakallah khairan ustadz atas ilmunya.
Jazakumullah khairan katsiran ustadz nuzul dan tim atas ilmu yang diberikan, semoga Allah selalu menjaga kita dalam ketaatan
Cawang hadir, ustadz
Jazakumullah khair
Barakallahu fikum
Jazakumullah khoir ustadzuna, Smg smkin mmbangkitkan smangat kedermawanan kita, biidznillah.Aamiin
🙏
Syukron
Assalamualaikum
Wa'alaikumsalam
Bismillah
Alhamdulillah
Aamiin
☺️
🤲
Surah Al-fajr
🌍🌎🌏🌱 ( Ad )
🌊🌪️🚣🏄 ( Tsamud )
🌋
🌊
🌋
Surah Ad-duha
😁🕊️
Assalamualaikum
Wa'alaikumsalam
Bismillah
Alhamdulillah
Aamiin
😁
🤲
Surah ad-dukhan
🌫️
🏔️
🔥
🌊
⛰️🏞️
🌊🏝️🏖️
🌋🌀🌪️
🌊🚣🏊🤽🏄
☺️🐳
Alhamdulilah