Sayangnya tidak pada mau belajar dari makam2 tua yang ada. Bahwa sejatinya leluhur yang dimakamkan di pemakaman gede adalah kebanyakan adalah ulama dari model nisan yang ada. Dari bulan sabit untuk ulama ahli hikmah atau thoriqot, purnomo sidi dan tentu saja leluhur sebagai cikal bakal telah dihilangkan makamnya. Dulu ada pohon pule ada cungkup disampingnya. Pule adalah pasemon atau pralampito sebagai pusate lelaku kalo orang jawa. Leluhur yang dulu dihilangkan atau dikaburkan dari sejarah. Seperti juga daerah pusong yang kini jadi tempat peribadatan. Pusung bukan singkatan dari yang ngapusi bakal busung melainkan kata lain dari kebodohan. Kukuran, ndermo, gede dan jati adalah 4 makam dalam satu jalinan makna " Kukuran dari Quran, wasykuruu ni'matallahi in kuntum iyyahuu ta'budun, syukurono nikmat Allah yen tho hamung Gusti Allah sing thok sembah ora ono liyo. Dan melalui Alquran sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus sebagai kabar gembira untuk melakukan kebaikan/kebajikan( dermo/dharma) untuk mendapatkan pahala yang besar yoiku tujuane urip kang sejati(jati)al isro' ayat 9. Monggo do sinau ojo gampang diapusi. Buka manuskrip sejarah, cari data2 melalui bentuk bentuk ragam nisan, melalui sastra( pasemon/pralampito). Orang membaca kidung, rumekso kudu ngerti maknane dadio sariro tunggal diakhir bait adalah ilmu syuhudul wahdah fil kasrah wa syuhudul kasrah fill wahdah. Untung saja tidak akhir bait, tidak berani sebab itu tinggalan para wali. Monggo do disinau meneh, sejarah harus dibuka, jangan cuma hanya seremoni semata sebab nyadran sendiri dari bahasa sanskerta sradda atau keyakinan. Orang jawa dibekali akal budi dan rasa. Tampaknya perlu kembali dipertanyakan. Nuwun
jitar mantap 😁
bukti kerukunan warga
Sayangnya tidak pada mau belajar dari makam2 tua yang ada. Bahwa sejatinya leluhur yang dimakamkan di pemakaman gede adalah kebanyakan adalah ulama dari model nisan yang ada. Dari bulan sabit untuk ulama ahli hikmah atau thoriqot, purnomo sidi dan tentu saja leluhur sebagai cikal bakal telah dihilangkan makamnya. Dulu ada pohon pule ada cungkup disampingnya. Pule adalah pasemon atau pralampito sebagai pusate lelaku kalo orang jawa. Leluhur yang dulu dihilangkan atau dikaburkan dari sejarah. Seperti juga daerah pusong yang kini jadi tempat peribadatan. Pusung bukan singkatan dari yang ngapusi bakal busung melainkan kata lain dari kebodohan. Kukuran, ndermo, gede dan jati adalah 4 makam dalam satu jalinan makna "
Kukuran dari Quran, wasykuruu ni'matallahi in kuntum iyyahuu ta'budun, syukurono nikmat Allah yen tho hamung Gusti Allah sing thok sembah ora ono liyo. Dan melalui Alquran sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus sebagai kabar gembira untuk melakukan kebaikan/kebajikan( dermo/dharma) untuk mendapatkan pahala yang besar yoiku tujuane urip kang sejati(jati)al isro' ayat 9. Monggo do sinau ojo gampang diapusi. Buka manuskrip sejarah, cari data2 melalui bentuk bentuk ragam nisan, melalui sastra( pasemon/pralampito). Orang membaca kidung, rumekso kudu ngerti maknane dadio sariro tunggal diakhir bait adalah ilmu syuhudul wahdah fil kasrah wa syuhudul kasrah fill wahdah. Untung saja tidak akhir bait, tidak berani sebab itu tinggalan para wali. Monggo do disinau meneh, sejarah harus dibuka, jangan cuma hanya seremoni semata sebab nyadran sendiri dari bahasa sanskerta sradda atau keyakinan. Orang jawa dibekali akal budi dan rasa. Tampaknya perlu kembali dipertanyakan. Nuwun