Dalam Prasasti Sojomerto di Batang, Nama Dapunta Syeilendra yg menjadi cikal bakal wangsa Syailendra beristrikan Sampula. Dalam naskah Wangsakerta, Dapunta Hyang, sang pendiri Sriwijaya beristrikan Sobakancana, anak dari Linggawarman, raja terakhir Tarumanegara. Jadi bisa disimpulkan bahwa 2 orang ini berbeda. Wangsa Syeilendra adalah raja-raja kerajaan Keling/Jawa di Jawa tengah. (terdapat kesalahan fatal ketika mengatakan bahwa kerajaan itu bernama Kalingga. Karena itu adalah hasil salah persepsi karena Jawa identik dg India yg punya kerajaan Kalingga di sana. Hal ini karena Jawa berbudaya Indosphere. Tp kenyataannya tidak ada satupun nama Kalingga di Jawa, baik nama desa, kecamatan atau lainnya. Yg ada hanyalah nama Keling. Pada Catatan China Dinasti Tang pertama tersebut Ho-ling, namun pada catatan kedua direvisi menjadi Jawa). Nama etnis Jawa bermula dari kerajaan ini. Hal yg sama terjadi di penamaan etnis lainnya, seperti Etnis Melayu karena orang2 itu dulunya hidup di wilayah kerajaan Melayu, etnis Sunda karena orang2 itu dulunya hidup di wilayah kerajaan Sunda, etnis Han karena orang2 itu dulu hidup di wilayah dinasti Han, dst. Wangsa Syeilendra jugalah yg mendirikan Kerajaan Mataram kuno, Sanjaya sebagai pendirinya adalah salah satu dari deretan raja-raja wangsa Syeilendra karena dia adalah putra Sanna, Sanna adalah raja Galuh ke-3 yg juga menjadi bagian wangsa Syeilendra karana ayahnya raja Galuh ke-2 Suraghana menikah dg Parwati, Anak dari ratu Shima, penguasa Keling. Dan sanjaya mewarisi wangsa Syeilendara. Catatan Cina menyebutkan, pada masa raja Ho-ling yang disebut Chen-kuan (627-649), kerajaan ini mengirim upeti ke kaisar China. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun 666, 767, dan 768. Ratu Shima memegang tampuk kekuasaan Kerajaan Kalingga pada tahun 674 hingga 695. Dalam catatan Dinasti Tang disebut bahwa pada tahun 674, rakyat kerajaan menobatkan seorang perempuan sebagai ratu, yaitu Ratu Hsi-mo (Ratu Shima). Pada catatan Cina yg dibuat oleh I tsing masa dinasti Tang, Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya. Dari Sriwijaya I tsing diantar oleh raja ke kerajaan Melayu yg berpusat di Jambi. Sriwijaya adalah bawahan dari kerajaan ini. Di kerajaan Melayu ini dia tinggal 2 bulan. Dari Kerajaan Melayu dia melanjutkan ke Kerajaan Kedah, lalu melanjutkan perjalanan hingga ia sampai di pantai timur India pada tahun 673. Pada tahun 689 dia datang lagi ke Sriwijaya, Namun Kerajaan Melayu sudah dicaplok oleh Sriwijaya. Ini sesuai dg prasasti kedukan bukit yg mencatat bahwa tgl 16 Juni 682 Dapunta Hyang mendirikan Kota Sriwija. Dari sini kita akan paham bahwa Dapunta Hyang bukanlah Dapunta Syeilendra. Karena Dapunta Hyang hidup sebagai raja Sriwijaya kecil yg berpusat di Minanga tahun 671 sampai saat Sriwijaya berhasil menaklukan Kerajaan Melayu di Jambi dan memindahkan ibu kotanya ke Palembang pada tahun 682. Sedangkan Catatan Cina mengatakan bahwa raja-raja Ho-ling yg mana kita tahu adalah para penerus dari Dapunta Syeilendra telah tercatat di dinasti Tang Cina di mana raja Ho-ling yang disebut Chen-kuan (627-649), kerajaan ini mengirim upeti ke kaisar China. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun 666, 767, dan 768. Bahkan Ratu Shima pun menjabat pada tahun 674. Bagimana mungkin Dapunta Hyang adalah Dapunta Syeilendra, yg mana itu adalah leluhur dari raja-raja Keling/Holing? Pada tahap berikutnya Balaputradewa yg dalam prasati Nalanda disebut cucu dari Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), Julukan raja Dharanindra yg mana dia adalah raja Jawa keturunan Dapunta Syeilendra. Nama Dharanindra terdapat dalam prasasti Kelurak tahun 782. Dalam prasasti itu ia dipuji sebagai Wairiwarawiramardana, atau "penumpas musuh-musuh perwira". Julukan yang mirip terdapat dalam Prasasti Nalanda, yaitu Wirawairimathana, dan Prasasti Ligor B yaitu Sarwwarimadawimathana. Sejarawan Slamet Muljana menganggap ketiga julukan tersebut merupakan sebutan untuk orang yang sama, yaitu Dharanindra. Dalam prasasti Nalanda, Wirawairimathana memiliki putra bernama Samaragrawira, ayah dari Balaputradewa (raja Kerajaan Sriwijaya). Dengan kata lain, Balaputradewa adalah cucu Dharanindra. Sementara itu Prasasti Ligor B yang memuat istilah Sarwwarimadawimathana menurut pendapat Sejarawan George Cœdès dikeluarkan oleh Maharaja Wisnu raja Sriwijaya. Prasasti ini dianggap lanjutan dari prasasti Ligor A, yang berangka tahun 775. Dalam hal ini Slamet Muljana berpendapat bahwa, hanya prasasti A saja yang ditulis tahun 775, sedangkan prasasti B ditulis sesudah Kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan Wangsa Syeilendra. Alasan Muljana adalah terdapat perbedaan tata bahasa antara prasasti A dan B, sehingga kedua prasasti itu menurutnya ditulis dalam waktu yang tidak bersamaan. Ia kemudian memadukannya dengan berita dalam Prasasti Po Ngar, bahwa Jawa pernah menjajah Kamboja (Chen-La) sampai tahun 802. Selain itu, Jawa juga pernah menyerang Campa tahun 787. Jadi, menurut teori Slamet Muljana, Dharanindra sebagai raja Jawa telah berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya, termasuk daerah bawahannya di Semenanjung Malaya, yaitu Ligor. Prasasti Ligor B ditulis olehnya sebagai pertanda bahwa Wangsa Sailendra telah berkuasa atas Sriwijaya. Prasasti ini berisi puji-pujian untuk dirinya sebagai penjelmaan Wisnu. Daerah Ligor kemudian dijadikannya sebagai pangkalan militer untuk menyerang Campa tahun 787 dan juga Kamboja. Penaklukan terhadap Sriwijaya, Ligor, Campa, dan Kamboja ini sesuai dengan julukan Dharanindra, yaitu "penumpas musuh-musuh perwira". Kamboja sendiri akhirnya berhasil merdeka di bawah pimpinan Jayawarman tahun 802. Mungkin saat itu Dharanindra telah meninggal dunia. Dharanindra sebagai raja Jawa telah berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya, termasuk daerah bawahannya di Semenanjung Malaya, yaitu Ligor. Prasasti Ligor B ditulis olehnya sebagai pertanda bahwa Wangsa Syailendra telah berkuasa atas Sriwijaya. Prasasti ini berisi puji-pujian untuk dirinya sebagai penjelmaan Wisnu. Daerah Ligor kemudian dijadikannya sebagai pangkalan militer untuk menyerang Campa tahun 787 dan juga Kamboja. Dalam Prasasti Po Ngar, disebutkan bahwa Jawa pernah menjajah Kamboja (Chen-La) sampai tahun 802. Selain itu, Jawa juga pernah menyerang Campa tahun 787. Bukan Sumatra. Kemudian Jayawarman II, Dalam prasasti yg ditemukan di kuil Sdok Kak Thom di Thailand, pendiri kerajaan Khmer tersebut bahwa saat kecil dia menjadi tawanan di jawa, sebagai jaminan dari negara yg terjajah karena dia adalah seorang Putra Mahkota. Ini sama seperti adat kerajaan di mana saja, termasuk di Cina maupun eropa bahwa putra mahkota kerajaan jajahan harus dititipkan di ibu kota negara yg menjajahnya. Kemudian disebutkan deklarasi kemerdekaan dari sebuah pemerintahan yang prasastinya bernama "Jawa". Salah satu sumber kunci tentang sosok Jayawarman II adalah Prasasti Sdok Kok Thom (1052 M). Prasasti tersebut terbit sekira 2-3 abad setelah masa hidup Jayawarman II. Prasasti yang ditemukan di kuil kuno di perbatasan Kamboja-Thailand ini kemungkinan dikeluarkan oleh Raja Suryawarman I atau anak dari Raja Udayadityawarman II yang sama-sama memerintah pada abad ke-11. Para ahli sejarah kuno menduga bahwa Jayawarman II lahir di sekitar periode perpecahan Kerajaan Chenla (Kerajaan Khmer Kuno Pra-Angkor) di akhir abad ke-8. Periode itu berbarengan dengan rentetan kampanye militer Dinasti Śyailendra ke pesisir Indocina. Itu adalah kampanye militer besar-besaran yang amat mematikan. G. Maspero dalam buku Le Royaume de Champa (1928) merunut beberapa kronik Tiongkok dan prasasti lokal yang melaporkan keganasan tentara Jawa ketika meluluhlantakkan pesisir Vietnam. Maspero menyebut bahwa di awal 767 M, tentara Jawa telah berhasil mendarat di Kerajaan Annam dan bahkan berhasil mendobrak masuk ke ibu kota kerajaan yang diperkirakan berada di wilayah Hanoi modern. Usai menjarah Kerajaan Annam, tentara Śyailendra bergerak ke selatan menuju wilayah Kerajaan Ganggaraja (sekarang masuk wilayah Tra Kieu, Vietnam Tengah) dan bahkan menghabisi sama sekali kerajaan itu. Pada 774 M, kampanye militer susulan dari Jawa menghampiri Kerajaan Champa di wilayah paling selatan Vietnam. Pasukan Śyailendra menyerangnya dengan telak dan dilaporkan menjarah kuil-kuil kerajaan itu. Dari sini kita paham, bahwa jika memang Sriwijaya tidak dikuasai oleh Jawa kenapa Tahanan politiknya harus ditempatkan di Jawa, bukan Sumatra? Kenapa pula kerajaan Khmer sampai menyatakan yg menjajah mereka di Kamboja dulu adalah Jawa? Kenapa pula situs-situs kebanggaan dan kemegahan berupa candi-candi besar di tempatkan di Jawa? Pada akhirnya kesimpulannya cuman satu, bahwa Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang namun pada masa Dharanindra, Sriwijaya berhasil ditaklukan oleh Mataram dg wangsanya, Syeilendra.
ខ្ញុំគ្រាន់ចូលរួមបរិច្ចាគខ្លះ ដើម្បីលើកទឹកចិត្តបង
🇰🇭🙏🙏🙏🇰🇭😍😍
សូមអរគុណ
Dd
តើនរគស្រីធម្មរាជថិតនៅទីណាបង
បាទបង នគរស្រីធម្មរាជ គឺនៅភាគខាងត្បូងថៃបច្ចុប្បន្ន ដែលសៀម-ថៃហៅ ណៈខនស៊ីថាំម៉ារ៉ាត់ មកពីពាក្យខ្មែរថា នគរស្រីធម្មរាជ ហ្នឹងឯង។ នគរនេះធ្លាប់គ្របដណ្ដប់លើខេត្តនគរស្រីធម្មរាជ ខេត្តបត្តនី ខេត្តឆាយា ខេត្តបត្តលង់ ខេត្តសុងខ្លាជាដើម ឬអាចហួសទៅដល់ទឹកដីម៉ាឡេស៊ីខ្លះផងដែរ។
Wow ❤
🥰🥰🥰🙏🙏🙏🇰🇭🇰🇭🇰🇭
ជ្វាឡូវ ជនជាតិអីបង?
ឥឡូវ ជ្វា ជាជនជាតិមួយនៅឥណ្ឌូណេស៊ី បង
@@DomraHistory អរគុណបង🙏
2:29
👍
សូមជួយ Subscribe ផងបង
❤❤❤
🙏🙏🙏
❤❤❤❤🇰🇭🇰🇭🙏🙏🙏🙏
F
Dalam Prasasti Sojomerto di Batang, Nama Dapunta Syeilendra yg menjadi cikal bakal wangsa Syailendra beristrikan Sampula.
Dalam naskah Wangsakerta, Dapunta Hyang, sang pendiri Sriwijaya beristrikan Sobakancana, anak dari Linggawarman, raja terakhir Tarumanegara.
Jadi bisa disimpulkan bahwa 2 orang ini berbeda.
Wangsa Syeilendra adalah raja-raja kerajaan Keling/Jawa di Jawa tengah. (terdapat kesalahan fatal ketika mengatakan bahwa kerajaan itu bernama Kalingga. Karena itu adalah hasil salah persepsi karena Jawa identik dg India yg punya kerajaan Kalingga di sana. Hal ini karena Jawa berbudaya Indosphere. Tp kenyataannya tidak ada satupun nama Kalingga di Jawa, baik nama desa, kecamatan atau lainnya. Yg ada hanyalah nama Keling.
Pada Catatan China Dinasti Tang pertama tersebut Ho-ling, namun pada catatan kedua direvisi menjadi Jawa).
Nama etnis Jawa bermula dari kerajaan ini. Hal yg sama terjadi di penamaan etnis lainnya, seperti Etnis Melayu karena orang2 itu dulunya hidup di wilayah kerajaan Melayu, etnis Sunda karena orang2 itu dulunya hidup di wilayah kerajaan Sunda, etnis Han karena orang2 itu dulu hidup di wilayah dinasti Han, dst.
Wangsa Syeilendra jugalah yg mendirikan Kerajaan Mataram kuno, Sanjaya sebagai pendirinya adalah salah satu dari deretan raja-raja wangsa Syeilendra karena dia adalah putra Sanna, Sanna adalah raja Galuh ke-3 yg juga menjadi bagian wangsa Syeilendra karana ayahnya raja Galuh ke-2 Suraghana menikah dg Parwati, Anak dari ratu Shima, penguasa Keling. Dan sanjaya mewarisi wangsa Syeilendara.
Catatan Cina menyebutkan, pada masa raja Ho-ling yang disebut Chen-kuan (627-649), kerajaan ini mengirim upeti ke kaisar China. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun 666, 767, dan 768. Ratu Shima memegang tampuk kekuasaan Kerajaan Kalingga pada tahun 674 hingga 695. Dalam catatan Dinasti Tang disebut bahwa pada tahun 674, rakyat kerajaan menobatkan seorang perempuan sebagai ratu, yaitu Ratu Hsi-mo (Ratu Shima).
Pada catatan Cina yg dibuat oleh I tsing masa dinasti Tang, Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya. Dari Sriwijaya I tsing diantar oleh raja ke kerajaan Melayu yg berpusat di Jambi. Sriwijaya adalah bawahan dari kerajaan ini. Di kerajaan Melayu ini dia tinggal 2 bulan. Dari Kerajaan Melayu dia melanjutkan ke Kerajaan Kedah, lalu melanjutkan perjalanan hingga ia sampai di pantai timur India pada tahun 673.
Pada tahun 689 dia datang lagi ke Sriwijaya, Namun Kerajaan Melayu sudah dicaplok oleh Sriwijaya. Ini sesuai dg prasasti kedukan bukit yg mencatat bahwa tgl 16 Juni 682 Dapunta Hyang mendirikan Kota Sriwija.
Dari sini kita akan paham bahwa Dapunta Hyang bukanlah Dapunta Syeilendra. Karena Dapunta Hyang hidup sebagai raja Sriwijaya kecil yg berpusat di Minanga tahun 671 sampai saat Sriwijaya berhasil menaklukan Kerajaan Melayu di Jambi dan memindahkan ibu kotanya ke Palembang pada tahun 682.
Sedangkan Catatan Cina mengatakan bahwa raja-raja Ho-ling yg mana kita tahu adalah para penerus dari Dapunta Syeilendra telah tercatat di dinasti Tang Cina di mana raja Ho-ling yang disebut Chen-kuan (627-649), kerajaan ini mengirim upeti ke kaisar China. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun 666, 767, dan 768.
Bahkan Ratu Shima pun menjabat pada tahun 674.
Bagimana mungkin Dapunta Hyang adalah Dapunta Syeilendra, yg mana itu adalah leluhur dari raja-raja Keling/Holing?
Pada tahap berikutnya Balaputradewa yg dalam prasati Nalanda disebut cucu dari Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), Julukan raja Dharanindra yg mana dia adalah raja Jawa keturunan Dapunta Syeilendra.
Nama Dharanindra terdapat dalam prasasti Kelurak tahun 782. Dalam prasasti itu ia dipuji sebagai Wairiwarawiramardana, atau "penumpas musuh-musuh perwira". Julukan yang mirip terdapat dalam Prasasti Nalanda, yaitu Wirawairimathana, dan Prasasti Ligor B yaitu Sarwwarimadawimathana.
Sejarawan Slamet Muljana menganggap ketiga julukan tersebut merupakan sebutan untuk orang yang sama, yaitu Dharanindra. Dalam prasasti Nalanda, Wirawairimathana memiliki putra bernama Samaragrawira, ayah dari Balaputradewa (raja Kerajaan Sriwijaya). Dengan kata lain, Balaputradewa adalah cucu Dharanindra.
Sementara itu Prasasti Ligor B yang memuat istilah Sarwwarimadawimathana menurut pendapat Sejarawan George Cœdès dikeluarkan oleh Maharaja Wisnu raja Sriwijaya. Prasasti ini dianggap lanjutan dari prasasti Ligor A, yang berangka tahun 775. Dalam hal ini Slamet Muljana berpendapat bahwa, hanya prasasti A saja yang ditulis tahun 775, sedangkan prasasti B ditulis sesudah Kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan Wangsa Syeilendra.
Alasan Muljana adalah terdapat perbedaan tata bahasa antara prasasti A dan B, sehingga kedua prasasti itu menurutnya ditulis dalam waktu yang tidak bersamaan. Ia kemudian memadukannya dengan berita dalam Prasasti Po Ngar, bahwa Jawa pernah menjajah Kamboja (Chen-La) sampai tahun 802. Selain itu, Jawa juga pernah menyerang Campa tahun 787.
Jadi, menurut teori Slamet Muljana, Dharanindra sebagai raja Jawa telah berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya, termasuk daerah bawahannya di Semenanjung Malaya, yaitu Ligor. Prasasti Ligor B ditulis olehnya sebagai pertanda bahwa Wangsa Sailendra telah berkuasa atas Sriwijaya. Prasasti ini berisi puji-pujian untuk dirinya sebagai penjelmaan Wisnu. Daerah Ligor kemudian dijadikannya sebagai pangkalan militer untuk menyerang Campa tahun 787 dan juga Kamboja.
Penaklukan terhadap Sriwijaya, Ligor, Campa, dan Kamboja ini sesuai dengan julukan Dharanindra, yaitu "penumpas musuh-musuh perwira". Kamboja sendiri akhirnya berhasil merdeka di bawah pimpinan Jayawarman tahun 802. Mungkin saat itu Dharanindra telah meninggal dunia.
Dharanindra sebagai raja Jawa telah berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya, termasuk daerah bawahannya di Semenanjung Malaya, yaitu Ligor. Prasasti Ligor B ditulis olehnya sebagai pertanda bahwa Wangsa Syailendra telah berkuasa atas Sriwijaya. Prasasti ini berisi puji-pujian untuk dirinya sebagai penjelmaan Wisnu. Daerah Ligor kemudian dijadikannya sebagai pangkalan militer untuk menyerang Campa tahun 787 dan juga Kamboja.
Dalam Prasasti Po Ngar, disebutkan bahwa Jawa pernah menjajah Kamboja (Chen-La) sampai tahun 802. Selain itu, Jawa juga pernah menyerang Campa tahun 787. Bukan Sumatra.
Kemudian Jayawarman II, Dalam prasasti yg ditemukan di kuil Sdok Kak Thom di Thailand, pendiri kerajaan Khmer tersebut bahwa saat kecil dia menjadi tawanan di jawa, sebagai jaminan dari negara yg terjajah karena dia adalah seorang Putra Mahkota. Ini sama seperti adat kerajaan di mana saja, termasuk di Cina maupun eropa bahwa putra mahkota kerajaan jajahan harus dititipkan di ibu kota negara yg menjajahnya. Kemudian disebutkan deklarasi kemerdekaan dari sebuah pemerintahan yang prasastinya bernama "Jawa".
Salah satu sumber kunci tentang sosok Jayawarman II adalah Prasasti Sdok Kok Thom (1052 M). Prasasti tersebut terbit sekira 2-3 abad setelah masa hidup Jayawarman II. Prasasti yang ditemukan di kuil kuno di perbatasan Kamboja-Thailand ini kemungkinan dikeluarkan oleh Raja Suryawarman I atau anak dari Raja Udayadityawarman II yang sama-sama memerintah pada abad ke-11.
Para ahli sejarah kuno menduga bahwa Jayawarman II lahir di sekitar periode perpecahan Kerajaan Chenla (Kerajaan Khmer Kuno Pra-Angkor) di akhir abad ke-8. Periode itu berbarengan dengan rentetan kampanye militer Dinasti Śyailendra ke pesisir Indocina.
Itu adalah kampanye militer besar-besaran yang amat mematikan. G. Maspero dalam buku Le Royaume de Champa (1928) merunut beberapa kronik Tiongkok dan prasasti lokal yang melaporkan keganasan tentara Jawa ketika meluluhlantakkan pesisir Vietnam. Maspero menyebut bahwa di awal 767 M, tentara Jawa telah berhasil mendarat di Kerajaan Annam dan bahkan berhasil mendobrak masuk ke ibu kota kerajaan yang diperkirakan berada di wilayah Hanoi modern.
Usai menjarah Kerajaan Annam, tentara Śyailendra bergerak ke selatan menuju wilayah Kerajaan Ganggaraja (sekarang masuk wilayah Tra Kieu, Vietnam Tengah) dan bahkan menghabisi sama sekali kerajaan itu. Pada 774 M, kampanye militer susulan dari Jawa menghampiri Kerajaan Champa di wilayah paling selatan Vietnam. Pasukan Śyailendra menyerangnya dengan telak dan dilaporkan menjarah kuil-kuil kerajaan itu.
Dari sini kita paham, bahwa jika memang Sriwijaya tidak dikuasai oleh Jawa kenapa Tahanan politiknya harus ditempatkan di Jawa, bukan Sumatra? Kenapa pula kerajaan Khmer sampai menyatakan yg menjajah mereka di Kamboja dulu adalah Jawa?
Kenapa pula situs-situs kebanggaan dan kemegahan berupa candi-candi besar di tempatkan di Jawa?
Pada akhirnya kesimpulannya cuman satu, bahwa Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang namun pada masa Dharanindra, Sriwijaya berhasil ditaklukan oleh Mataram dg wangsanya, Syeilendra.
❤❤❤
សូមជួយ Subscribe ផងលោកគ្រូ