SIRAMAN PENGANTIN PROSESI (ADAT&TRADISI)

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 8 жов 2024
  • #siraman #ngebakan #pengantin #adat #tradisi #prosesi
    Siraman Adat Sunda
    Upacara siraman atau ngebakan dimulai dengan ngecangkeun aisan, yang artinya ibu dari mempelai wanita melepaskan gendongan untuk menuju tempat siraman ditemani ayah yang setia mendampingi dengan membawa lilin. Hal itu mengandung makna bahwa kedua orang tua akan segera menyudahi tanggung jawabnya, lantaran akan digantikan oleh suami putrinya. Lilin yang dibawakan sang ayah melambangkan tugasnya yang wajib memberi penerangan bagi putra-putrinya. Setelah itu dilanjutkan dengan acara dipangkon, yakni calon mempelai wanita dipangku kedua orang tuanya. Berikutnya ngaras, mencuci kaki kedua orang tua yang diawali dengan membasuh kedua kaki sang ayah. Usai mebasuh kaki kedua orang tua, disemprotkan juga minyak wangi yang mengungkapkan agar sampai kapan pun sang putri dapat membawa nama harum keluarga. Lalu calon mempelai wanita harus melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan permohonan supaya kelak calon mempelai wanita senantiasa diberi kesabaran, kesehatan, ketawakalan, ketabahan, keteguhan iman yang kuat dan selalu menjalankan agama.
    Puncaknya upacara siraman, calon mempelai wanita disirami air bunga yang masing-masing bunga memiliki artinya tersendiri. Bunga mawar agar calon pengantin selalu jujur, melati bermakna dapat membawa harum nama keluarga serta disukai oleh siapa saja, terakhir bunga kenanga yang diharap dapat membawa kesejukan dan keteduhan hati. Kemudian, sang ayah mengucurkan air wudhu kepada putrinya. Selesai siraman, mempelai wanita akan dibawa oleh perias untuk ngerik atau membersihkan bulu-bulu halus rambut di kamar pengantin. Terakhir, parebut bebetian & hahampangan dimana diharapkan kedepannya kedua mempelai akan diberi kelancaran rezeki dan segera mendapatkan keturunan.

КОМЕНТАРІ • 78