Kamera digital pocket/saku sebagian besar tergantikan dengan kamera ponsel, sedangkan kamera yang dapat berganti lensa, tetap dibutuhkan fotografer profesional dan amatir. Data pengapalan kamera beberapa tahun terakhir menunjukkan jumlahnya stabil. Penyebab utamanya karena jumlah pixel di kamera ponsel yang ber-image sensor kecil tidak sama kualitasnya dengan pixel di kamera digital berukuran sensor besar, dan kualitas lensanya juga tidak sebanding. Soal persaingan pangsa pasar, tidak bisa disimpulkan dari yang pangsa pasarnya paling banyak berarti paling unggul, karena sebagian merk mulai berinovasi dan beradaptasi dengan membuat kamera dan lensa yang lebih premium dengan profit margin yang lebih besar. Alasan utama sebagian besar saat ini orang menggunakan ponsel untuk foto dan video karena lebih convenient, tapi saat ingin naik kelas, akan membutuhkan kamera yang lebih khusus.
Video yang menarik walau kurang mendalam (mungkin karena hanya 14 menit). Sedikit catatan, tidak semua MegaPixel itu sama. Jadi salah kalau membandingkan 50 MegaPixel handphone dengan 50MP kamera mirrorless. Saya rasa penting untuk memberi pengetahuan buat kalangan awam yang gampang 'ditipu' produsen HP soal besar MP. Untungnya kalau lihat di komen cukup banyak yang sudah 'protes' tentang perbandingan itu. Yang menarik, maraknya fotografi dengan kamera hp yang menggerus penjualan digital kamera mirrorless semacam Canon, Nikon, Sony, Fuji, dll, menurut presiden Nikon, Muneaki Tokunari, justru kedepannya akan menaikkan penjualan high end kamera. Karena trend fotografi dengan hp ini akan melahirkan kelompok pecinta fotografi yang baru dan nantinya akan tertarik untuk memperdalam fotografi mereka dengan kamera yang lebih bagus dari hp.
Kamera pro tiba2 dibandingin sama hp, seperti mbandingin toyota landcruiser sama toyota raize yang sama sama bentuk “offroad” Ga semua script dibaca mentah sih, jatohnya jadi pembawa berita tayak di tv2
aku usaha percetakan. selalu ragu mau usaha ke potografi karena aku pikir potografi akan tergeser sama kamera ponsel. tapi melihat pengusaha potografi dan video grafi mereka punya financial yang bagus di era poto bisa di lakukan hp. akhirnya aku buka aja usaha studio poto mencoba dan udah jalan 1 bulan. Alhamdulilah respon nya bagus. di luar nalar sih rasanya. sehari bisa cuan paling sedkit nya Alhamduliah 500 K. dan itu cuma jualan poto yang file ny di transfer ke HP. aku pakai canon R50 konsep Self studio Poto. uang puluhan juta aku keluarin buat modal Alhamdulilah mendatangkan perputaran uang baru di luar usaha percetakan ku.dan usaha potografi ini akhirnya menaikan volume percetakan ku di Cetak Photo.dan Financial Ku Alhamdulilah ikut Naik.
@@arissetiawan7598 biasanya selera tiap daerah beda bro, kadang pun satu daerah selisih beberapa puluh Km aja udah beda selera. Nah itu kita butuh research emang. Sebelum itu, kalo mau kuat dalam segi gaya studio ya kuat kuatin branding dulu.
Keren ulasannya, saya berada di dunia foto, video sejak 2010, kamera pertama saya DSLR canon 60D, lalu 2014 canon 6D, nah pas 2014 ada teknologi drone oleh DJI saya membeli DJI Phantom 2 dengan masih mengunakan kamera Gopro 3, lalu pendapatan kasa profesional drone saya meningkat, jadinya orang lebih mengenal saya dalam jasa drone, sebari melihat perlembangan mirorles sony, oia kameta mirorles pertama saya sony nex 5T kalo gak salah beli tahun 2012, skrg masih 2024 kamera utama masih canon 6D, saya menyukaai color since canon, skintonenya pas, drone saya skrd dji mini 3pro, dslr ada canon 200D dan 6D, sudah ingin upgrade ke canin eos R6 mark II atau R8, semoga di 2025 terbeli, fokus saya sejak 2019 mulai teralihkan untuk belajar keuangan, membaca buku Rich Dad Poor Dad dan semangat invest saham ala warrent buffet, lalu 2024 terpukau dengan asset Bitcoin yang dijelaskan oleh Founder perusahaan Microstrategy Michael Saylor, kedepan masih terus mengjasilkan uang di jasa profesional drone, foto, video sebari uangnya di investasikan ke saham dan bitcoin agar bisa semakin kaya 🙏
Buku cetak masih digdaya di tengah gempuran website dan ebook. Lukisan dan bahkan fotografi lubang jarum ada komunitasnya meskipun lebih banyak yang suka kepraktisan fotografi. Semua tergantung kebutuhan konsumen, tetapi jika ingin mayoritas konsumen berarti kepraktisan yang utama.
Penerbit hancur bos.... Bnyk yg tutup.... Buku udah pd pake ebook...apalagi sistem pendidikan pake kurikulum sekarang...gak ada kompetisi.... Asal Deket sekolah siswa serba kekurangan bisa sekolah di sekolah favorit.... Otomatis bimbel2 pd tutup juga.... Ngapain bekerja keras belajar....
Lagian kamera dslr & mirrorles itu terlalu awet😂 kamera tahun 2010 pun sampe skrg byk dipake & performanya sama spt baru. Org juga byk beli second bukan baru lg mengingat seri lawas utk skrg masih sangat layak. Sebut saja nikon d750, canon 5d mark ii, dll masih sangat2 mumpuni utk professional
Mngkin fujifilm, lumix, kurang dibahas spertinya disini, nmun sbnarnya sony jg msih ttp trdepan ditambah ktika mereka menginvest sensor kamera utk smartphone trutama IMX sama LYT, yg kmudian brand yg udh lama brkecimpung di perkameraan skrng sdh mulai membuka utk collab dgn brand smartphone (zeiss, leica, hasselblad dll). Sehingga tak trlalu khawatir bilamana mereka di perkameraan professional tidak trlalu menggembar gemborkan prihal rilis atau produk trkininya jg, mskipun poin regenerasi or penerus seri dlm beberapa brand msih ttp dilakukan.
Sebagai staff di Fujufilm Australia. Keuntungan terbesar dr company bukan dr optical, imaging & photo division. Tapi dari medical kayak rongten, alat2 CT scan, farmasi (avigan itu merek fujifilm) dan kosmetik. Bahan seluloid terbuat dr colagen yg bisa ada di kosmetik dan kapsul
Ya menurut saya itu sih wajar toh Fuji udah kalah dengan Sony, Canon, bahkan Nikon di bidang optical imaging. Di Indonesia brand kamera yang pangsa pasarnya masih tinggi ya 3 brand itu. Fuji seperti tidak serius kejar ketertinggalan di bidang kamera, di mata orang luar perusahaannya seperti saya. Semacam halnya Canon yang juga kalah dibanding Fuji di bidang medical
@@motivassionaluntukmu yg hebat sony krn divisi semikonduktor dia terutama sensor di pakai hampir semua brand kamera ataupun hp kecuali canon yg produksi sensor sendiri. Lensa sony rata2 jg oem dr fujifilm, dan sensor gfx fuji pakai sensor sony
@@motivassionaluntukmu ingin tau kenapa fuji selalu kalah dengan brand canon, sony, dan nikon.?? karena fujifilm hanya produksi kamera bersensor APS-C dan Medium Format saja tidak dengan Sensor Full Frame. dan user Fujifilm itu sudah ada target marketinya sendiri dan rata rata buat kebutuhan Foto Model iklan, majalah dan Make Up Artis Wedding yg filenya fotonya sudah bisa jadi tanpa perlu di edit lagi karna Fujifilm ada Film Simulationya atau bahasa sederhanya Presetnya lah. dan user indonesia mayoritas ngejar Sensor tinggi seperti full frame untuk mendapakan dimensi foto yg tinggi.
Naih ini yang saya maksud, kalau fujifilm sudah merubah core bisnisnya ke industri kosmetik, bukan lagi industri fotografi. ternyata hasil riset fujifilm mampu menemukan celah baru untuk terus tumbuh, meski sudah tidak di industri yang sama.
@@motivassionaluntukmuPdhl fujifilm itu kameranya ibarat Iphone yg hasil fotonya tinggal posting aja karena mereka pny film simulation yg color sciencenya bagus2 dibanding brand2 lainnya. Brand lain untuk profile pewarnaan jpegnya terbatas/sedikit.
Ada 1 merk yang lupa di sebut, yaitu Fujifilm. Memang marketshare-nya masih kalah dengan yang lain, tapi kebangkitannya di pasar mirrorless bikin takut yang lain. Canon memang masih memimpin tapi menurut saya tinggal menunggu waktu saja Canon akan di kalahkan yang lain terutama Sony.
Tau Nikon.?? Nikon di tahun tahun sebelumnya malah lagi pasif dan kurang inovasi, Nikon ngeluarin kamera mirrolessnya tidak sebanyak sony dan canon. tpi Nikon tetep ada User Fansnya tersendiri yg akhirnya Perusahaan Nikon mulai aktif produksi Kamera Mirrolesss Nikon yg endingnya banyak beberapa user Sony dan Canon sampai makeh Mirrolessnya Nikon. tidak ada namanya Brand A dikalahkan oleh Brand B atau C. tpi tiap Market sudah pangsa pasarnya sendiri. Canon ada Fansnya, Sony ya ada Fansnya termasuk nikon dan fuji. User dan target marketingnya untuk tiap perusahaan itu sudah ada kok
kalau tidak salah Fujifilm sepertinya sudah tidak main di industri fotografi. Mereka sudah merubah core businessnya ke industri kosmetik, meski tetap menggunakan brand yang sama.
knp canon mengalami kemunduran salah satunya karena enggan ngebuka r mount utk lensa third party. orang dipaksa beli lensa r mount yg kita semua tau mahalnya. iya bisa pake lensa ef tp kan harus pake adapter, gak praktis. ditambah lensa ef juga merupakan barang prasejarah karena itu peninggalan dari kamera dslr. udah ga ada lagi barang barunya. sekarang bandingin sama sony, tiap tahun aja ada inovasinya, lini kamera banyak tersedia utk semua range harga sehingga orang dgn bujet terbatas bisa nikmatin inovasi sony. ditambah karena sony ngebuka e mount utk third party sehingga kolam lensa nya tambah banyak, orang ga perlu kuatir sma pilihan lensa.
Terimakasih pemaparannya mas indrawan nugroho, sebagai pekerja kreatif khususnya fotografi hal ini sangat membuka wawasan, ijin mengutip dr 3 hal penting yg diutarakan dipemaparannya yg menarik buat sy bahwa "Adaptasi itu bukan pilihan, tapi keharusan" dibisnis atau bidang apapun kita bergerak & berkarya kalo tdk demikian sepertinya tdk akan bertahan 😊🙏👌📸
Pasarnya tetap berbeda.. kamera ponsel dirancang untuk pengguna awam yang tidak peduli soal teknis. Sementara kamera profesional dirancang sedemikian rupa karena dituntut untuk kebutuhan profesional. Jika memang kamera apple atau google sebagus itu. Maka industri film akan menggunakan kamera ponsel. Dan itu mustahil.
Yg jadi poin jumlah org profesional dg pengguna awam lebih banyak mana. jelas jumlahnya jauh lbh banyak awam yg lbh pilih hp Ini masalah keberlanjutan perusahaan yg bergantung jumlah kamera yg mereka jual. Meskipun tetep terjual utk profesional tp jumlah keuntunganya g bs menutupi keuangan perusahaan. Cara perusahaan bertahan: - merubah produk yg dijual mengikuti pasar mayoritas. (misal hanya jual sensor kamera untuk hp) - jika tetap bertahan jualan kamera profesional, maka dg mengurangi jumlah produksi (barang terbatas) - phk karyawan
@@freemasonry666 ya memang begitu adanya. Ketika ada persaingan, maka disitulah pasar terpecah. Selama ada celah kosong (demand) pasti bakal ada yg ngisi. Tidak mungkin hilang, tapi ada. Meskipun profitnya tidak setinggi ketika masih memonopoli.
Betul, kualitas gambar dri kamera tahun 2010 bahkan dibawahny msih lebih unggul dripada gambar dri Smartphone flagship sekarang. Cuma kalah di dynamic range, AI dan fiturny.
Sensor kamera besar, msih dipegang Hasselblad X1D-50c sih smpe detik ini. meskipun sony agak mulai tertinggal di kameranya. tpi balek lagi, ini persahaan pinter. udh merambah industri smartphone, dengan merilis sensor IMX. yang pada akhirnya banyak dipake di smarphone jaman sekarang, bahkan sekelas iphone pun make.
Semakin maraknya konten digital membuat penjualan kamera konvensional stabil. Krn konten kreator yg ingin naik kelas tentu ingin memiliki kamera profesional.
Ini materi pelajaran saya di sejarah fotografi. Suka banget pengampainnya prof. Makasih banyak untuk referensi bahan ajar sejarah fotografi. Hanya saja yg terakhir bagi saya fofografi setelah mirorles akan tertantang dengan kehadiran foto framless... seperti kedatangan insta 360. Dimana sub pelajaran framesize tidak berlaku lagi. Sekali lagi makasih banyak Prof Indra untuk inspirasinya. Ini akan memperkaya materi ajar sejarah Fotografi.
kalo sy menangkap inovasi selanjutnya pasti tentang komputasional fotografi n mirrorless. peran fotografer profesional itu selalu akan coba dikalahkan oleh para produsen komputasional berbasis AI. sekarang siapa yg butuh fotografer yg bisa edit foto untuk menghilangkan suatu objek atau memperbaiki ekspresi dari objek yg ditangkap kamera? bakalan sangat luar biasa jika mirrorless sudah dapat melakukan fotografi komputasi seperti di smartphone dengan kualitas hasil jepretan yg lebih baik dari smartphone.
Kodak sekarang malah sukses geser bisnis jadi industrial product di bidang percetakan skala besar, dari mesin digital web offset sampai perlengkapan sheetfed printer. Bagi org percetakan produk kodak emg jadi unggulan di kualitas, terutama teknologi developing plat cetak mereka yg bisa process free. oiya satu lagi, studio film yg pake imax juga masih ngandalin film nya kodak misal di film oppenheimer
Industri fotografi akan tetap terus berkembang di smartphone. Apalagi sekelas Samsung Sony dll yang mulai berkecimpung membuat sensor kamera. Ditambah pemain2 lama di industri fotografi semacam Leica Zeiss dll mulai ikut bekerja sama mengembangkan teknologi Kamera di Smartphone.
Saya penggemar photography, memang benar smartphone mengubah peta dunia photography. Untuk general photography, smartphone sekarang sudah lebih dari cukup.
Dulu rasanya keren banget bisa punya gear macem2 di kamera buat belajar dr nol, seiring berkembangnya teknologi, usia bertambah, fokusnya di keluarga, dan kerjaan, hobipun jdi terbengkalai. Belum lagi Algoritma Sosmed yang sekarang lebih prioritasin video vertikal dari pada Foto untuk menggaet viewer baru. Dan mau gak mau akhirnya Fotografi komputasional jadi pilihan utama buat berkarya di jaman skarang yg d tuntut serba praktis dan cepet... Dan tantangan bagi fotografer penghobi, yg fokusnya motret aja sekali seminggu, atau bahkan sebulan sekali... agak susah rasanya kalau hanya ngandelin karya foto aja untuk bisa d kenal banyak viewer baru, saat ini melalui platform sosmed ...
Sama saja seperti: Dulu orang kalau mau belanja bulanan harus ke supermarket besar, disana barangnya lengkap bisa belanja sekaligus sesuai kebutuhan, tapi sekarang orang tidak perlu belanja bulanan, bisa tiap hari belanja ke toko terdekat seperti Alfamart atau Indomaret manakala butuh sesuatu. Artinya, kalau mau kualitas foto yg lengkap dan sempurna kita tetap butuh kamera digital dengan keseriusan ilmu dan perlengkapannya, tapi kalau hanya untuk kepraktisan dengan kualitas yg relatif untuk setiap individu bisa pakai smartphone. Maka saat ini terjadilah 2 pangsa pasar yg berbeda antara kamera digital dan kamera smartphone.
evolusi kamera dari analog ke digital DSLR terus ke mirrorles dan ke komputasi fotografi di smartphone dgn bantuan AI nya,bisa jadi kedepannya dgn kemajuan teknologi nano dan medis kamera bisa tertanam di anggota tubuh langsung,terutama indera penglihatan mata jadi misal mau memfoto sesuatu kita tinggal fokus menatapnya saja jepret dan file nya langsung tersimpan di chip memori yg jg yg tertanam di tubuh.
Jangankan fotografi. Di channel Estechmedia yang tadinya fokus review kamera, sekarang sedang gencar membahas kamera iphone yang ternyata sanggup untuk menjadi kamera utama buat para content creator dan kebutuhan videografi. Bahkan mereka praktikan lansung proses produksinya dengan hanya sebuah iphone
estechmedia fokus di review perangkat konten creator. G cuma kamera, tp lighting, mic dan lain2. Dan iphone ini bisa jadi opsi untuk dijadiin gear konten creator. Tonton aja video2 di channelnya
13:37 saya tidak setuju dengan bagian ini. Mungkin buat mereka yang seumur hidupnya belum pernah menggunakan DSLR/Mirrorless maka akan dengan mudah mengatakan seperti itu. Namun bagi yang memiliki kamera DSLR/Mirrorless atau sudah berpuluh tahun berkecimpung di dunia fotografi dan sinematografi maka mereka akan tertawa mendengar kesimpulan ini. Karena hasil yang dihasilkan dari komputasi AI pada smartphone sama sekali tidak bisa menyamai apa yang dihasilkan dari optik lensa kamera. Saya adalah pengguna S24U, smartphone yang menurut mata awam hasil kameranya sangat bagus (menurutku hanya pada kondisi tertentu). Namun ketika saya bandingkan dengan hasil jepretan salah satu kamera mirrorless saya, yaitu Sony A7ii, hasilnya sangat jauh sekali, apalagi saat saya bandingkan hasil jepretan zoom, kalau bisa saya bilang hasil jepretan dari S24Ultra saya pada 100x zoom adalah ampas. Kemudian pertanyaan yang akan muncul dalam benak saya adalah, "apakah mungkin kamera seperti itu akan menggantikan kamera profesional?" Jika benar hasil kamera iPhone 15 begitu bagus, mengapa para fotografer masih menggunakan DSLR/Mirrorless untuk pekerjaan profesional mereka? Jika hasil kamera smartphone begitu bagus, mengapa para pemilik acara/kegiatan lebih mempercayakan dokumentasi acaranya kepada fotografer yang menggunakan kamera, padahal kita tahu bahwa saat ini setiap orang pasti memiliki smartphone di sakunya, mengapa? Jika benar hasil video dari smartphone lebih bagus dari kamera sinema, apakah studio film menggunakannya untuk produksi film profesional mereka saat ini? Apakah hasil kameranya bisa mengalahkan sensor besar seperti APSC, Full Frame, Medium Format? Jika benar hasil video dari smartphone begitu mengesankan karena hasil komputasi AI yang dimilikinya, mengapa studio film masih menggunakan kamera cinema seperti ARRI, Blackmagick, Canon, Sony, Red, dan lain-lain. Mengapa mereka tidak menggunakan smartphone saja agar praktis yang pada akhirnya bisa memotong ongkos pembuatan film karena tidak membutuhkan banyak kru film. Mengapa mereka tidak melakukan itu? Jawabannya atas semua pertanyaan diatas adalah karena kualitas. Menangkap momen kemudian mengabadikannya dalam sebuah foto atau menyimpan stream potongan kehidupan dalam bentuk video bisa dilakukan dengan perangkat kamera apa saja, namun yang membedakan adalah kualitas yang dihasilkannya. Sejauh yang saya amati, kebanyakan dari mereka yang mengatakan bahwa hasil jepretan smartphone lebih baik dari kamera hanya menggunakan skenario potrait dan selfie. Mereka tidak melakukan perbandingan pada semua skenario dimana kamera profesional banyak digunakan, sperti pada sport fotografi yang diperlukan lensa tele berkecepatan tinggi untuk menangkap momen cepat yang dinamis. Pada fotografi di malam hari dimana sensor besar dari kamera akan menunjukan kemampuannya dalam menangkap cahaya dibanding sensor kecil dari smartphone, karena seperti kita ketahui bahwa fotografi adalah seni yang melukis menggunakan cahaya. Mungkin ada yang bilang, "ah, ada kok smartphone yang menggunakan sensor besar, bisa optical zoom menggunakan periskop." Iya, ada. Namun sensor yang dimiliki tidak lebih besar dari sensor kamera prosumer 10 tahun yang lalu, dan memasukan sensor lebih besar dari itu merupakan tantangan tersendiri karena minimnya ruang yang tersedia untuk sensor dan mekanisme reflektor periskop pada body smartphone. Akan sangat panjang sekali apabila dijelaskan satu persatu, seperti pada handling, jendela bidik dan evf pada saat terik di outdoor, dan banyak hal lainnya. Pada intinya, hasil kamera pada smartphone tidak akan pernah bisa mengungguli hasil kamera sungguhan, dan memperdebatkan mana yang lebih baik adalah sebuah kebodohan karena itu semua hanyalah alat, hasil akhir itu tergantung pada skill penggunanya. Karena ketika seseorang mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari alat yang dmilikinya, maka dia akan bisa menggunakan keahliannya untuk menutupi celah kekurangan pada alat tersebut. Jadi, gunakanlah alat sesuai dengan fungsinya, smartphone untuk memotret dan merekam momen dan dokumentasi ringan, sedangkan kamera foto/kamera sinema untuk memotret dan merekam momen yang bersifat profesional yang berkaitan dengan pekerjaan. Peace yooo.
Nice , tp pihak sony ,nikon , dll jg ga tinggal diam dgn kondisi smartphone , mereka bikin camera mirroless yg portable dan video focus, cthnya nikon z30 itu gripnya enak banget , sony zve10 itu jg oke dan canon r50
Adaptasi adalah keharusan dalam “fast growing technology” sekarang ini apalagi era digital photography. Keren nih 👍. Belajar dari Kodak & juga Nokia & (BlueBerry) 😅 Tapi para professional photographers masih pakai DSLR
untuk saat ini sony tetep merajai inovasi kamera sih, walau penjualan canon lebih tinggi, karena produk canon itu relatif bervariatif dari yg termurah hingga termahal, dan canon unggul di lensa yg murah walau harus pakai adapter di kamera tertentu, sedangkan sony mau kamera dan lensa kebanyakan mahal", baik lensa merek sony sendiri hingga thrid party punya kualitas yg bagus, dan dengan processing foto yg trend sekarang, sony jadi penyuplay sensor smartphone khususnya android yang mayan banyak
Maaf pak, saya sempet bingung di awal, disebutkan George Eastman mempatenkan Kodak 1988, lalu muncul Kodak Brownie tahun 1900. Sampe saya ulang2, videonya, lalu akhirnya browsing dan memang 1888 ya pak. Anyway, saya suka pembahasan soal fotografi ini, dan penyampaian yang mengesankan 👍
Setahuku kamera mirrorless pertama itu Epson RD-1 dok dengan lensa leica M pada tahun 2004 dan feel penggunaan seperti kamera film. lalu untuk seri consumernya dipelopori oleh Panasonic G1 lalu disusul oleh saudaranua yg pake sensor fourthird juga, Olympus EP-1 yang tergolong sukses di pasaran. hanya aja sony emang gak bisa dipungkiri membawa seabrek teknologi yang berani mendobrak pasar. Tapi sayangnya karena fullframe mendominasi, sensor fourthird ditinggalkan.
Saya sepakat untuk point and shoot HP mulai mengambil alih pasar, tp izin koreksi, megapixel tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas. Canon eos 850d memang "cuma" 24 mp tp ukurannya dan kualitas sensornya berbeda. Jd bukan perbandingan yg apple to apple.
Tren 2015-2017 dulu hampir semua tmn pda beli DSLR😂, yaudah ikutan. Ya nama y jga fomo ada yg 1 udh d jual, ada yg di lemari terus gk d pake2, ada yg makin jgao fotografi nya
Pada akhirnya fotografi itu terbagi jadi 2 kubu: yg pro/semi-pro pakai kamera sensor besar (M43, APSC, FF, medfor). Ini harganya memang ga murah. Bisa puluhan/ratusan jt. Antara lain untuk mengejar kualitas print. Sementara yg awam malas bawa kamera gede. HP aja cukup: foto, edit2, share ke medsos. Praktis sekali bisa dilakukan hanya dengan 1 device. Print? Udah jarang. Yang tergencet di sini adalah kamera saku/point & shoot. Dulu taun 2000 - 2010, point & shoot populer banget. Lalu begitu smartphone muncul, nah pelan2 menurun. Secara teknis, image quality dari kamera tetap unggul. Sayangnya sekarang makin jarang orang nge-print (beda dgn jaman film/analog dulu). Di media sosial, HP 4 jt vs kamera puluhan jt bedanya praktis ga keliatan sih hehe
Sebagai penghobi fotografi, persaingan tak berujung kamera digital belakangan ini membuat saya jenuh. Kemudian dari itu saya tertarik untuk menggunakan kamera analog dari tahun 1983. Dari situ saya jadi tahu ternyata masih banyak juga pengguna kamera analog, dan banyak juga produsen film roll yang masih memproduksi.
Dari segi peta industri fotografi mainstream mungkin berubah total, didominasi digital. Namun fotografi analog meskipun sempat diramalkan akan menghilang, tenggelam, sepenuhnya belum atau mungkin tidak pernah terjadi. Tren fotografi analog dalam sepuluh tahun kebelakang cenderung meningkat, dengan awalnya ditandai dengan deklarasi New Polaroid, bangkitnya Kodak Ektachrome 2017, dan munculnya "kamera analog baru" Pentax 17, rollei 35 AF, baru-baru ini tentu penanda adanya anomali. Banyak yang masih belum bisa digantikan terutama dari segi pengalaman yang sangat berbeda antara analog dan digital, dari segi pemahaman fundamental teknis fotografi, pengalaman fisikal-dimensi material cetak, developing, kelambatan, rantai proses yang akhirnya membentuk kepekaan estetika. Pendidikan formal fotografi di jenjang perguruan tinggi tetap melibatkan fotografi analog sebagai basis fundamental dalam mempelajari teknis fotografi. Meskipun kondisi fotografi analog lebih sulit, namun fotografi analog tidak menghilang, hanya berubah dari segi industri dan ekosistemnya. Misalnya saja, bahan baku kimia, roll film dan pemrosesan fotografi analog yang dahulu mengandalkan distributor besar, penguasaan post proses di lab-lab besar yang mapan kini ambruk digantikan dengan industri lab rumahan, dan importir mandiri. Kehidupan dan sirkulasi fotografi analog lebih banyak berada di dalam komunitas dan keperluan seni, bukan lagi pada industri fotografi arus utama; seperti media massa, sport, periklanan dst. Menurut saya, evolusi teknologi memang tidak hanya menuntut kita untuk beradaptasi tetapi juga bersikap kritis pada apa yang hilang dan berubah terutama dari segi pengalaman dan kemampuan kita (manusianya) sebagai pengguna.
dan 1 hal keren adalah, sensor dari kamera digital itu ga akan ada kalo albert einstein ga nemuin efek fotolistrik dimana ternyata cahaya bisa diubah menjadi sinyal listrik.
Beda fungsi tapi, di jarak deket emang HP dah bisa banget gantiin. Buat jarak agak jauh kamera profesional dengan lensa yang proper masih unggul. Beberapa pabrikan Kamera itu juga colab kok sama HP, seperti Leica kerjasama sama Xiaomi. Lalu ada Sony yang buat senor kamera HP juga. Dinamis lah, dan ya memang harus bisa adaptasi mereka, jangan menutup diri kata Kodak. Dan itu HP emang lebih besar ukuran Megapixelnya, tapi ya ukuran senornya tetep lebih besar Kamera Profesional. Ukuran sensor ngaruh di kemampuan nangkep cahaya lebih baik di tempat minim cahaya, sama ya bokeh di background.
Kalo di perhatikan semua perusahaan raksasa hancur karena gk mau denger saran karyawan yang inovatif dan terlena dengan kejayaan. Nokia dan kodak mirip-mirip alasan jatuhnya. Pak doktor, boleh dong bahas masa depan industri konsultan seperti big4. makasih banyak pak
kalau sekedar hobi, fotografer ponsel sudah lebih cukup untuk menciptakan karya yang bagus tapi lain cerita jika jika fotografer profesional, mereka membutuhkan kamera dslr/mirrorless yang bisa diandalkan
nice content pak, sebagai user canon fullframe 2010-2016an, lalu beralih ke mirroless fuji sampe skr, jujur camera video iPhone juga bisa ngasilin duid banyak. ga kalah sama mirrorless dan DSLR. Tapi tetap kualitas photo HP dengan dslr / mirrorless ga bisa di compare apple to apple.. meski MegaPixelnya sama / lebih besaran punya mobile phone... karena ada yang namanya Dynamic Range .. makin mahal DSLR / Mirrorless makin jauh rentang area gelap dan terang yang bisa dicapture oleh sensor (ini fullframe dengan APSC crop factor aja terlihat jauh bedanya)... skr lagi mau tambah sistem ke Canon, untuk photo video lebih profesional.
Secanggihnya camera ponsel masa kini. akan sulit digunakan jika harus menggunakan mode manual. Sampai saat ini ukuran Mega Pixel yang digunakan hanya sebagai tambahan gimmick untuk menarik pelanggan. Secara global pengguna kamera handphone dominan digunakan untuk media sosial. Sementara untuk ranah produksi kebanyakan masi menggunakan kamera profesional untuk hasil yang terbaik. Tapi teknologi akan terus berkembang, kita tidak tahu pihak mana yang akan tergerus kedepannya. Lebih baik bersyukur dengan apa yang sudah di punya, baik punya kamera profesional ataupun kamera smartphone.
Om, kurang dibahas tentang Canon seri EOS-M yang merupakan transisi kamera Canon DSLR ke Mirrorless sebelum seri EOS-R, yang mana seri-M ini dianggap produk gagalnya Canon. Kurangnya support termasuk dukungan lensa menjadikan user yang terlanjur beli seri-M ini amat sangat kecewa! Kurang juga dibahas perihal kamera mirrorless Fujifilm yang justru jadi semacam iconnya "suhu" fotografer 😇🙏
Zaman dahulu fotografi merupakan hal yang eksklusif, orang mau motret harus menggunakan kamera. Di zaman sekarang ketika orang "hanya butuh fotografi" mereka bisa memilih menggunakan kamera/smartphone. Dari hal ini kita mempelajari bahwa semakin ke sini semua konsumen akan semakin tersegmentasi sehingga tidak semua orang yang butuh "fotografi" akan membeli kamera mirrorless. Menurut saya kamera mirrorless tidak akan mati (karena ada kelebihan mekanis yang tidak bisa digantikan kamera smartphone), mereka akan mengalami penurunan penjualan bukan karena minat fotografi berkurang, namun karena konsumen akan semakin tersegmentasi, alias tidak semua orang yang ingin fotografi butuh kamera mirrorless. Selain itu saat ini perkembangan teknologi mirrorless sudah mulai stuck.
Entah apa hal baru dalam video ini, selalu berinovasi udah dari jaman batu kita kenal untuk survive terus. Hal yang sangat miss adalah, drone ga dibahas, cctv engga, webcam, kamera di mobil, dsb. Jgn angap produk itu tidak terkait dengan fotografi. Kalau definisi fotografi masih ruang lingkup potret gambar statis ya gak bakal kemana mana. coba hal itu turut dibahas, bakalan paham ohh ini bukan cuma soal lomba siapa paling inovatif tapi stakeholder insutri ini luas, perusahan A gabisa buat kamera dari 0. Gini aja deh logika simpel biar cepat paham, tiba-tiba ada tahun cina perlu jutaan cctv, produsen part-part lensa kebanjiran order, di satu sisi mereka juga produsen lensa kamera 'konvesnional' sekarang kapasitas ke lensa jadul dikurangi demi akomodir kebutuhan baru. ini sama sekali bukan soal inovasi, murni strategi, sehebat apapun inovasi kalau udah cost gamasuk, harga naik, susah buat maju. Prediksi ketidakpastian ini gimana? ya strategi manajemen, lobby, politic, wah banyaklah.
5:44 pelopor mirrorless bukan Sony pak, tapi Olympus & Panasonic dengan sistem Micro Fourthirds mereka. 8:42 sebelum Canon, Nikon masuk pasar mirrorless dengan seri Nikon 1, lalu Z series, agak lama kemudian baru Canon bikin mirrorless. Canon paling akhir masuk pasar mirrorless.
Kalo saya pribadi besaran ukuran MEGA Pixel bukan acuan tapi kualitas pixel dan hasil akhir gambar. Tpi ya kemudahan : kualitas memang sangat berpengaruh bagi saya
Menurut saya pertempuran di industri fotografi tidak bisa dicampur antara kamera profesional dan kamera ponsel. keduanya berjalan dilajur berbeda, sama-sama maju pesat dan sama-sama memiliki market sendiri. kalau dibilang kamera ponsel bisa menggantikan kamera profesional mungkin pada beberapa keadaan bisa, tapi tidak akan sepenuhnya tergantikan. Kamera profesional sekarang sudah sangat maju teknologinya dan terus ada peningkatan. Setiap kemunculan kamera baru selalu ditunggu sama penggunanya meskipun dengan harga tinggi. Kamera ponsel pun selalu berinovasi dan bisa menghasilkan kualitas yang sangat baik, tapi ini adalah dua dunia berbeda, tidak bisa dibandingkan.
Untuk pasar konsumer saya setuju smarphone lebih dipilih dibanding kamera dslr. Namun di kelas profesional/ enterprise tetap dibutuhkan kamera high end yang fitur dan kualitasnya tidak ada di pasar konsumer.
Kalau ingat jaman dulu neon box kodak ada dimana2 dan di setiap studio foto pasti kodak jd jualan yg paling umum Sayang krn skeptis dg kemajuan teknologi jd g bisa bertahan smp skrg
Gw sebagai penggemar fotografi dan terjerumusnya ke fotografi ponsel (karena faktor budget dan kebanyakan hobi yg harus di support), entah sampe titik mana digital composition bisa berkembang tapi yang jelas faktor fisika emang sulit di bohongin, ukuran sensor, banyak nya lensa, kualitas lensa masih, ukuran bukaan masih gak bisa di lawan sama hp karena harus tetap mobile, bahkan kamera saku sensor 1inch masih jauh lebih bagus dari hp sensor 1 inch walaupun handphone bisa ngandelin binning dna color science yang bagus tapi bokeh sama edge nya itu susah di tiru dan kalau mau pun harus di train di waktu yg lama biar , tapi ya gitu orang sekarang lebih ke cari biar momen nya bisa kerekam cepat terlepas dari kualitas nya, makanya juga iphone lebih laku dari kamera poket sony,
Terimakasih pak videonya, meskipun kami yg berkecimpung di dunia fotografi masih agak kontra dengan bapak, hehe. Karena 2 benda tadi menurut kami ada pangsa pasarnya masing-masing :D
sekarang makin ga ada alasan lagi buat bikin konten vlog pake mirrorless atau dslr, karena ribet terlalu besar, tapi kalo untuk project besar its ok. kalo untuk sekedar konten atau vlog pakai hp aja udah bagus, kalo yg mau bagus lagi pake GoPro.
3 brand besar yg menguasai adalah buatan Jepang, gatau mungkin dimasa depan kalau ada brand China yg terjun ke dunia kamera professional(DSLR atau mirrorless) mungkin 3brand kamera tersebut tergeser , seperti kita tahu produk" China itu murah" , kemungkinan dji
Maaf pak ikut komen Itu sensor kamera google pixel sama apple pake sensor dari sony yaitu sony imx Dan handphone2 android dari seri rendah ke seri flagship itu rata2 pake sensor sony imx Jadi sony tidak sepenuhnya terdisrupsi Tangan kanannya memegang kamera profesional tetapi tangan kiri nya pun memegang sektor sensor kamera handphone
sedikit tambahan, sebenarnya Canon dan Nikon sempat coba-coba membuat mirrorless, namun usahanya kurang niat di awal-awal karena kebanyakan serinya tidak dihadirkan dalam format fullframe, canon menghadirkan penawaran EOS M mereka yang cenderung untuk non profesional secara desain, sedangkan Nikon lebih ga niat lagi dengan Nikon 1 nya yang membawa sensor 1 inch wkwkwk
Kamera yg digunakan Iphone dan Google pixel adalah Sony dengan tipe IMX, Sony sudah menguasai pasar kamera smartphone lebih dari 60% diseluruh dunia jadi didunia semartphone merek apapun itu hampir semuanya pakai kamera buatan sony termasuk samsung, xiaomi, oppo, huawei juga sering memakai kamera sony pada smartphone mereka.
Izin share perspektif lain, - Soal inovasi? justru kamera smartphone yg sekarang terjebak di gede2an resolusi dan gimmick ai untuk ngilangin objek. Mirrorless jauh lebih banyak yg diupdate. - Sony baru mulai menggeser Nikon Canon? Sony udah lama main dari zaman dslr, blm lagi camcorder dan cinecamnya. Kl sekarang justru ketat ditempel Fuji dan Lumix. - Resolusi smartphone nyaingin kamera? Resolusi itu biar foto pecah gk pecah, bukan bagus jeleknya foto. Contohnya sesama smartphone aja deh, bagus mana iphone 15 pro max 48 megapixels vs redmi note 11 pro 108 megapixels? apalagi dengan yg sensornya jauh lebih besar lets discuss 😊
Kamera digital pocket/saku sebagian besar tergantikan dengan kamera ponsel, sedangkan kamera yang dapat berganti lensa, tetap dibutuhkan fotografer profesional dan amatir. Data pengapalan kamera beberapa tahun terakhir menunjukkan jumlahnya stabil. Penyebab utamanya karena jumlah pixel di kamera ponsel yang ber-image sensor kecil tidak sama kualitasnya dengan pixel di kamera digital berukuran sensor besar, dan kualitas lensanya juga tidak sebanding.
Soal persaingan pangsa pasar, tidak bisa disimpulkan dari yang pangsa pasarnya paling banyak berarti paling unggul, karena sebagian merk mulai berinovasi dan beradaptasi dengan membuat kamera dan lensa yang lebih premium dengan profit margin yang lebih besar.
Alasan utama sebagian besar saat ini orang menggunakan ponsel untuk foto dan video karena lebih convenient, tapi saat ingin naik kelas, akan membutuhkan kamera yang lebih khusus.
nahh ini dia khususnya di menit 12:00 aspek paling penting perbedaannya adalah ukuran sensor, bukan megapixel
@@m.anugerahsetyanegara7642 Benar, saya ingatkan di komen diatas karena di 11:00 jumlah pixel ponsel dibandingkan dengan kamera DSLR.
Nah paparan ko entje sangat mencerahkan semua dengan segmen pasar masing-masing tentunya.
Enak nya ngomong " UDAH BEDA TARGET MARKET NYA "
Secara hasil digital, jepretan smartphone mgkn dah bgs bgt.. tp soal sensasi, kepuasan, pecinta fotograsi ga akan berpaling dr dslr/mirrorless 😍
Video yang menarik walau kurang mendalam (mungkin karena hanya 14 menit). Sedikit catatan, tidak semua MegaPixel itu sama. Jadi salah kalau membandingkan 50 MegaPixel handphone dengan 50MP kamera mirrorless. Saya rasa penting untuk memberi pengetahuan buat kalangan awam yang gampang 'ditipu' produsen HP soal besar MP. Untungnya kalau lihat di komen cukup banyak yang sudah 'protes' tentang perbandingan itu.
Yang menarik, maraknya fotografi dengan kamera hp yang menggerus penjualan digital kamera mirrorless semacam Canon, Nikon, Sony, Fuji, dll, menurut presiden Nikon, Muneaki Tokunari, justru kedepannya akan menaikkan penjualan high end kamera. Karena trend fotografi dengan hp ini akan melahirkan kelompok pecinta fotografi yang baru dan nantinya akan tertarik untuk memperdalam fotografi mereka dengan kamera yang lebih bagus dari hp.
Bagian yg paling ku suka dari semua video Dr. Indrawan Nugroho adalah saat "Pelajaran apa yang bisa kita petik"
Pelajarannya adalah indo cuma jadi penonton melihat kemajuan teknologi
Kamera pro tiba2 dibandingin sama hp, seperti mbandingin toyota landcruiser sama toyota raize yang sama sama bentuk “offroad”
Ga semua script dibaca mentah sih, jatohnya jadi pembawa berita tayak di tv2
sampai kapanpun kamera profesional tidak akan bisa tergantikan oleh kamera smartphone, teknologi kamera sangat jauh lebih maju dibanding kamera hp
Pelajarannya, kalo mau gali ilmu jangan hanya di satu titik.
mangga
aku usaha percetakan. selalu ragu mau usaha ke potografi karena aku pikir potografi akan tergeser sama kamera ponsel. tapi melihat pengusaha potografi dan video grafi mereka punya financial yang bagus di era poto bisa di lakukan hp. akhirnya aku buka aja usaha studio poto mencoba dan udah jalan 1 bulan. Alhamdulilah respon nya bagus. di luar nalar sih rasanya. sehari bisa cuan paling sedkit nya Alhamduliah 500 K. dan itu cuma jualan poto yang file ny di transfer ke HP. aku pakai canon R50 konsep Self studio Poto. uang puluhan juta aku keluarin buat modal Alhamdulilah mendatangkan perputaran uang baru di luar usaha percetakan ku.dan usaha potografi ini akhirnya menaikan volume percetakan ku di Cetak Photo.dan Financial Ku Alhamdulilah ikut Naik.
foto studio om ? kebanyakan yang datang ingin konsep foto yang seperti apa ? formal kah atau bebas ?
Masih bingung dengan usahanya bro? Maksudnya bagaimana ??
@@arissetiawan7598 biasanya selera tiap daerah beda bro, kadang pun satu daerah selisih beberapa puluh Km aja udah beda selera. Nah itu kita butuh research emang. Sebelum itu, kalo mau kuat dalam segi gaya studio ya kuat kuatin branding dulu.
Gak percoyo blas aku
@@arissetiawan7598 bocil. Abg dan keluarga muda. Market nya
Fotografi ponsel unggul dalam kecepatan momen dan kepraktisan..
Namun fotografi yang bermakna membutuhkan lebih dr itu
Ponsel hanya menghasilkan foto instan tanpa nilai dan estetik dibanding kamera
@@klekapsore gak juga
@@snsvhitam6594 iya juga
@@klekapsore mana ada
kamera hp hanya untuk amatiran asal ngefoto. Sedangan untuk foto yg "niat" apalagi untuk profesial kamera hp nga pernah jadi opsi
Keren ulasannya, saya berada di dunia foto, video sejak 2010, kamera pertama saya DSLR canon 60D, lalu 2014 canon 6D, nah pas 2014 ada teknologi drone oleh DJI saya membeli DJI Phantom 2 dengan masih mengunakan kamera Gopro 3, lalu pendapatan kasa profesional drone saya meningkat, jadinya orang lebih mengenal saya dalam jasa drone, sebari melihat perlembangan mirorles sony, oia kameta mirorles pertama saya sony nex 5T kalo gak salah beli tahun 2012, skrg masih 2024 kamera utama masih canon 6D, saya menyukaai color since canon, skintonenya pas, drone saya skrd dji mini 3pro, dslr ada canon 200D dan 6D, sudah ingin upgrade ke canin eos R6 mark II atau R8, semoga di 2025 terbeli, fokus saya sejak 2019 mulai teralihkan untuk belajar keuangan, membaca buku Rich Dad Poor Dad dan semangat invest saham ala warrent buffet, lalu 2024 terpukau dengan asset Bitcoin yang dijelaskan oleh Founder perusahaan Microstrategy Michael Saylor, kedepan masih terus mengjasilkan uang di jasa profesional drone, foto, video sebari uangnya di investasikan ke saham dan bitcoin agar bisa semakin kaya 🙏
Buku cetak masih digdaya di tengah gempuran website dan ebook. Lukisan dan bahkan fotografi lubang jarum ada komunitasnya meskipun lebih banyak yang suka kepraktisan fotografi. Semua tergantung kebutuhan konsumen, tetapi jika ingin mayoritas konsumen berarti kepraktisan yang utama.
Penerbit hancur bos.... Bnyk yg tutup.... Buku udah pd pake ebook...apalagi sistem pendidikan pake kurikulum sekarang...gak ada kompetisi.... Asal Deket sekolah siswa serba kekurangan bisa sekolah di sekolah favorit.... Otomatis bimbel2 pd tutup juga.... Ngapain bekerja keras belajar....
Lagian kamera dslr & mirrorles itu terlalu awet😂 kamera tahun 2010 pun sampe skrg byk dipake & performanya sama spt baru. Org juga byk beli second bukan baru lg mengingat seri lawas utk skrg masih sangat layak. Sebut saja nikon d750, canon 5d mark ii, dll masih sangat2 mumpuni utk professional
Bener Bang 😅
Bener banget
benerr. gw yg punya canon 550d yg udah hampir 13 tahun lebih aja masih awet banget, kualitas gambar nya masih bagus juga
Buat yg hobi fotografi, semahal2nya hp sebagus2nya hasil fotonya tetep gabisa gantikan feel motret pake kamera
K750i menjadi bagian kenangan terbaik untuk foto menggunakan hp
@@fiantonoeko419 Sony Ericson K850i terbaik juga
Mngkin fujifilm, lumix, kurang dibahas spertinya disini, nmun sbnarnya sony jg msih ttp trdepan ditambah ktika mereka menginvest sensor kamera utk smartphone trutama IMX sama LYT, yg kmudian brand yg udh lama brkecimpung di perkameraan skrng sdh mulai membuka utk collab dgn brand smartphone (zeiss, leica, hasselblad dll). Sehingga tak trlalu khawatir bilamana mereka di perkameraan professional tidak trlalu menggembar gemborkan prihal rilis atau produk trkininya jg, mskipun poin regenerasi or penerus seri dlm beberapa brand msih ttp dilakukan.
Sony LYT-701 kembali kerjasama Realme dengan rilisnya Realme 13 Pro+.
Sebagai staff di Fujufilm Australia. Keuntungan terbesar dr company bukan dr optical, imaging & photo division. Tapi dari medical kayak rongten, alat2 CT scan, farmasi (avigan itu merek fujifilm) dan kosmetik. Bahan seluloid terbuat dr colagen yg bisa ada di kosmetik dan kapsul
Ya menurut saya itu sih wajar toh Fuji udah kalah dengan Sony, Canon, bahkan Nikon di bidang optical imaging. Di Indonesia brand kamera yang pangsa pasarnya masih tinggi ya 3 brand itu. Fuji seperti tidak serius kejar ketertinggalan di bidang kamera, di mata orang luar perusahaannya seperti saya. Semacam halnya Canon yang juga kalah dibanding Fuji di bidang medical
@@motivassionaluntukmu yg hebat sony krn divisi semikonduktor dia terutama sensor di pakai hampir semua brand kamera ataupun hp kecuali canon yg produksi sensor sendiri. Lensa sony rata2 jg oem dr fujifilm, dan sensor gfx fuji pakai sensor sony
@@motivassionaluntukmu ingin tau kenapa fuji selalu kalah dengan brand canon, sony, dan nikon.??
karena fujifilm hanya produksi kamera bersensor APS-C dan Medium Format saja tidak dengan Sensor Full Frame. dan user Fujifilm itu sudah ada target marketinya sendiri dan rata rata buat kebutuhan Foto Model iklan, majalah dan Make Up Artis Wedding yg filenya fotonya sudah bisa jadi tanpa perlu di edit lagi karna Fujifilm ada Film Simulationya atau bahasa sederhanya Presetnya lah.
dan user indonesia mayoritas ngejar Sensor tinggi seperti full frame untuk mendapakan dimensi foto yg tinggi.
Naih ini yang saya maksud, kalau fujifilm sudah merubah core bisnisnya ke industri kosmetik, bukan lagi industri fotografi. ternyata hasil riset fujifilm mampu menemukan celah baru untuk terus tumbuh, meski sudah tidak di industri yang sama.
@@motivassionaluntukmuPdhl fujifilm itu kameranya ibarat Iphone yg hasil fotonya tinggal posting aja karena mereka pny film simulation yg color sciencenya bagus2 dibanding brand2 lainnya. Brand lain untuk profile pewarnaan jpegnya terbatas/sedikit.
Bener2 softselling pak indrawan ini, hebat, soft and logical
Ada 1 merk yang lupa di sebut, yaitu Fujifilm. Memang marketshare-nya masih kalah dengan yang lain, tapi kebangkitannya di pasar mirrorless bikin takut yang lain. Canon memang masih memimpin tapi menurut saya tinggal menunggu waktu saja Canon akan di kalahkan yang lain terutama Sony.
Sependapat gan, canon namanya sekarang bahkan udah lebih sering terdengar daripada sony di pasaran indo
Canon mulai bangkit dengan seri R, tapi model bagusan Sony sama Fuji sih, hehe.
Tau Nikon.??
Nikon di tahun tahun sebelumnya malah lagi pasif dan kurang inovasi, Nikon ngeluarin kamera mirrolessnya tidak sebanyak sony dan canon.
tpi Nikon tetep ada User Fansnya tersendiri yg akhirnya Perusahaan Nikon mulai aktif produksi Kamera Mirrolesss Nikon yg endingnya banyak beberapa user Sony dan Canon sampai makeh Mirrolessnya Nikon.
tidak ada namanya Brand A dikalahkan oleh Brand B atau C. tpi tiap Market sudah pangsa pasarnya sendiri.
Canon ada Fansnya, Sony ya ada Fansnya termasuk nikon dan fuji.
User dan target marketingnya untuk tiap perusahaan itu sudah ada kok
kalau tidak salah Fujifilm sepertinya sudah tidak main di industri fotografi. Mereka sudah merubah core businessnya ke industri kosmetik, meski tetap menggunakan brand yang sama.
knp canon mengalami kemunduran salah satunya karena enggan ngebuka r mount utk lensa third party. orang dipaksa beli lensa r mount yg kita semua tau mahalnya. iya bisa pake lensa ef tp kan harus pake adapter, gak praktis. ditambah lensa ef juga merupakan barang prasejarah karena itu peninggalan dari kamera dslr. udah ga ada lagi barang barunya. sekarang bandingin sama sony, tiap tahun aja ada inovasinya, lini kamera banyak tersedia utk semua range harga sehingga orang dgn bujet terbatas bisa nikmatin inovasi sony. ditambah karena sony ngebuka e mount utk third party sehingga kolam lensa nya tambah banyak, orang ga perlu kuatir sma pilihan lensa.
saya suka chanel youtube yang berhubungan sejarah dan pengetahuan, terima kasih bung indra.
Singkatnya, tetaplah relevan. Meskipun kita punya idealisme tapi konsumen punya uang yg kita butuhkan
Yang aku kagumi, dijaman segitu, penuh keterbatasan muncul inovasi yang luar biasa.
lebih dari itu,, seni adalah tentang penjiwaan dan rasa yg ditanamkan didalamnya.. bukan hanya sekedar *alat apa* yg anda gunakan.
Terimakasih pemaparannya mas indrawan nugroho, sebagai pekerja kreatif khususnya fotografi hal ini sangat membuka wawasan, ijin mengutip dr 3 hal penting yg diutarakan dipemaparannya yg menarik buat sy bahwa "Adaptasi itu bukan pilihan, tapi keharusan" dibisnis atau bidang apapun kita bergerak & berkarya kalo tdk demikian sepertinya tdk akan bertahan 😊🙏👌📸
Pembelajaran yang detail terutama untuk dunia fotografi
Pasarnya tetap berbeda.. kamera ponsel dirancang untuk pengguna awam yang tidak peduli soal teknis.
Sementara kamera profesional dirancang sedemikian rupa karena dituntut untuk kebutuhan profesional.
Jika memang kamera apple atau google sebagus itu. Maka industri film akan menggunakan kamera ponsel. Dan itu mustahil.
Bener banget
Yg jadi poin jumlah org profesional dg pengguna awam lebih banyak mana.
jelas jumlahnya jauh lbh banyak awam yg lbh pilih hp
Ini masalah keberlanjutan perusahaan yg bergantung jumlah kamera yg mereka jual.
Meskipun tetep terjual utk profesional tp jumlah keuntunganya g bs menutupi keuangan perusahaan.
Cara perusahaan bertahan:
- merubah produk yg dijual mengikuti pasar mayoritas. (misal hanya jual sensor kamera untuk hp)
- jika tetap bertahan jualan kamera profesional, maka dg mengurangi jumlah produksi (barang terbatas)
- phk karyawan
bener banget
@@freemasonry666 ya memang begitu adanya. Ketika ada persaingan, maka disitulah pasar terpecah. Selama ada celah kosong (demand) pasti bakal ada yg ngisi. Tidak mungkin hilang, tapi ada.
Meskipun profitnya tidak setinggi ketika masih memonopoli.
Betul, kualitas gambar dri kamera tahun 2010 bahkan dibawahny msih lebih unggul dripada gambar dri Smartphone flagship sekarang. Cuma kalah di dynamic range, AI dan fiturny.
Alhamdulillah nemu channel yg asik buat ditonton sambil nyantai 👍🏼
Video pak indrawan selalu mentrigger saya untuk mengulik wawasan baru, seperti sejarah kamera dan inovasinya sampai saat ini. Thanks pak Indrawan
Sensor kamera besar, msih dipegang Hasselblad X1D-50c sih smpe detik ini.
meskipun sony agak mulai tertinggal di kameranya. tpi balek lagi, ini persahaan pinter. udh merambah industri smartphone, dengan merilis sensor IMX. yang pada akhirnya banyak dipake di smarphone jaman sekarang, bahkan sekelas iphone pun make.
Semakin maraknya konten digital membuat penjualan kamera konvensional stabil. Krn konten kreator yg ingin naik kelas tentu ingin memiliki kamera profesional.
Ini materi pelajaran saya di sejarah fotografi. Suka banget pengampainnya prof. Makasih banyak untuk referensi bahan ajar sejarah fotografi. Hanya saja yg terakhir bagi saya fofografi setelah mirorles akan tertantang dengan kehadiran foto framless... seperti kedatangan insta 360. Dimana sub pelajaran framesize tidak berlaku lagi. Sekali lagi makasih banyak Prof Indra untuk inspirasinya. Ini akan memperkaya materi ajar sejarah Fotografi.
Kodak sdh dan sngat terkenal d Palembang smpe saat ini dipke
wah semua konten sangan menarik dan memberikan informasi yang sangat bermanfaat terima kasih Dr Indrawan untuk semua konten2nya yang edukatif
kalo sy menangkap inovasi selanjutnya pasti tentang komputasional fotografi n mirrorless. peran fotografer profesional itu selalu akan coba dikalahkan oleh para produsen komputasional berbasis AI. sekarang siapa yg butuh fotografer yg bisa edit foto untuk menghilangkan suatu objek atau memperbaiki ekspresi dari objek yg ditangkap kamera? bakalan sangat luar biasa jika mirrorless sudah dapat melakukan fotografi komputasi seperti di smartphone dengan kualitas hasil jepretan yg lebih baik dari smartphone.
Siapapun yg unggul dalam penjualan kamera, Sony tetap bisa tersenyum. There is Sony inside any of them. 😊
Kodak sekarang malah sukses geser bisnis jadi industrial product di bidang percetakan skala besar, dari mesin digital web offset sampai perlengkapan sheetfed printer. Bagi org percetakan produk kodak emg jadi unggulan di kualitas, terutama teknologi developing plat cetak mereka yg bisa process free.
oiya satu lagi, studio film yg pake imax juga masih ngandalin film nya kodak misal di film oppenheimer
Teknologi terus berkembang & kita harus tetap beradaptasi untuk tetap berkembang 🙏🏻
era 70-80 akhir itu era kamera slr d jepang brutal bgt. cb d bahas bang. nikon vs minolta vs canon
Industri fotografi akan tetap terus berkembang di smartphone. Apalagi sekelas Samsung Sony dll yang mulai berkecimpung membuat sensor kamera. Ditambah pemain2 lama di industri fotografi semacam Leica Zeiss dll mulai ikut bekerja sama mengembangkan teknologi Kamera di Smartphone.
Bukan "mulai ikut bekerja", karena Zeiss sudah lama bekerjasama di industri kamera ponsel yang saat ini dengan Nokia
Dia pikir sensor di pakai di smartphone itu punya siapa hehe
Saya penggemar photography, memang benar smartphone mengubah peta dunia photography. Untuk general photography, smartphone sekarang sudah lebih dari cukup.
Dulu rasanya keren banget bisa punya gear macem2 di kamera buat belajar dr nol, seiring berkembangnya teknologi, usia bertambah, fokusnya di keluarga, dan kerjaan, hobipun jdi terbengkalai. Belum lagi Algoritma Sosmed yang sekarang lebih prioritasin video vertikal dari pada Foto untuk menggaet viewer baru. Dan mau gak mau akhirnya Fotografi komputasional jadi pilihan utama buat berkarya di jaman skarang yg d tuntut serba praktis dan cepet...
Dan tantangan bagi fotografer penghobi, yg fokusnya motret aja sekali seminggu, atau bahkan sebulan sekali... agak susah rasanya kalau hanya ngandelin karya foto aja untuk bisa d kenal banyak viewer baru, saat ini melalui platform sosmed ...
Tentunya perkembangan kamera digital sangat mendukung digital learning, seperti pembuatan konten youtube seperti ini.
Sama saja seperti: Dulu orang kalau mau belanja bulanan harus ke supermarket besar, disana barangnya lengkap bisa belanja sekaligus sesuai kebutuhan, tapi sekarang orang tidak perlu belanja bulanan, bisa tiap hari belanja ke toko terdekat seperti Alfamart atau Indomaret manakala butuh sesuatu. Artinya, kalau mau kualitas foto yg lengkap dan sempurna kita tetap butuh kamera digital dengan keseriusan ilmu dan perlengkapannya, tapi kalau hanya untuk kepraktisan dengan kualitas yg relatif untuk setiap individu bisa pakai smartphone. Maka saat ini terjadilah 2 pangsa pasar yg berbeda antara kamera digital dan kamera smartphone.
evolusi kamera dari analog ke digital DSLR terus ke mirrorles dan ke komputasi fotografi di smartphone dgn bantuan AI nya,bisa jadi kedepannya dgn kemajuan teknologi nano dan medis kamera bisa tertanam di anggota tubuh langsung,terutama indera penglihatan mata jadi misal mau memfoto sesuatu kita tinggal fokus menatapnya saja jepret dan file nya langsung tersimpan di chip memori yg jg yg tertanam di tubuh.
Jangankan fotografi. Di channel Estechmedia yang tadinya fokus review kamera, sekarang sedang gencar membahas kamera iphone yang ternyata sanggup untuk menjadi kamera utama buat para content creator dan kebutuhan videografi. Bahkan mereka praktikan lansung proses produksinya dengan hanya sebuah iphone
Nggak selalu mereka bikin video pakai iPhone lebih sering ke kamera profesional nya karna hasil jelas lebih masih lebih unggul kamera profesional
estechmedia fokus di review perangkat konten creator. G cuma kamera, tp lighting, mic dan lain2. Dan iphone ini bisa jadi opsi untuk dijadiin gear konten creator. Tonton aja video2 di channelnya
@@BROGaming72
Video klip The Weeknd direkam pake iPhone 16 Pro Max
Pembahasan yg sangat mahal🔥🔥🔥, auto disimak langsung masuk otak, mantap
13:37 saya tidak setuju dengan bagian ini. Mungkin buat mereka yang seumur hidupnya belum pernah menggunakan DSLR/Mirrorless maka akan dengan mudah mengatakan seperti itu. Namun bagi yang memiliki kamera DSLR/Mirrorless atau sudah berpuluh tahun berkecimpung di dunia fotografi dan sinematografi maka mereka akan tertawa mendengar kesimpulan ini. Karena hasil yang dihasilkan dari komputasi AI pada smartphone sama sekali tidak bisa menyamai apa yang dihasilkan dari optik lensa kamera.
Saya adalah pengguna S24U, smartphone yang menurut mata awam hasil kameranya sangat bagus (menurutku hanya pada kondisi tertentu). Namun ketika saya bandingkan dengan hasil jepretan salah satu kamera mirrorless saya, yaitu Sony A7ii, hasilnya sangat jauh sekali, apalagi saat saya bandingkan hasil jepretan zoom, kalau bisa saya bilang hasil jepretan dari S24Ultra saya pada 100x zoom adalah ampas.
Kemudian pertanyaan yang akan muncul dalam benak saya adalah, "apakah mungkin kamera seperti itu akan menggantikan kamera profesional?"
Jika benar hasil kamera iPhone 15 begitu bagus, mengapa para fotografer masih menggunakan DSLR/Mirrorless untuk pekerjaan profesional mereka?
Jika hasil kamera smartphone begitu bagus, mengapa para pemilik acara/kegiatan lebih mempercayakan dokumentasi acaranya kepada fotografer yang menggunakan kamera, padahal kita tahu bahwa saat ini setiap orang pasti memiliki smartphone di sakunya, mengapa?
Jika benar hasil video dari smartphone lebih bagus dari kamera sinema, apakah studio film menggunakannya untuk produksi film profesional mereka saat ini?
Apakah hasil kameranya bisa mengalahkan sensor besar seperti APSC, Full Frame, Medium Format?
Jika benar hasil video dari smartphone begitu mengesankan karena hasil komputasi AI yang dimilikinya, mengapa studio film masih menggunakan kamera cinema seperti ARRI, Blackmagick, Canon, Sony, Red, dan lain-lain. Mengapa mereka tidak menggunakan smartphone saja agar praktis yang pada akhirnya bisa memotong ongkos pembuatan film karena tidak membutuhkan banyak kru film. Mengapa mereka tidak melakukan itu?
Jawabannya atas semua pertanyaan diatas adalah karena kualitas.
Menangkap momen kemudian mengabadikannya dalam sebuah foto atau menyimpan stream potongan kehidupan dalam bentuk video bisa dilakukan dengan perangkat kamera apa saja, namun yang membedakan adalah kualitas yang dihasilkannya. Sejauh yang saya amati, kebanyakan dari mereka yang mengatakan bahwa hasil jepretan smartphone lebih baik dari kamera hanya menggunakan skenario potrait dan selfie. Mereka tidak melakukan perbandingan pada semua skenario dimana kamera profesional banyak digunakan, sperti pada sport fotografi yang diperlukan lensa tele berkecepatan tinggi untuk menangkap momen cepat yang dinamis. Pada fotografi di malam hari dimana sensor besar dari kamera akan menunjukan kemampuannya dalam menangkap cahaya dibanding sensor kecil dari smartphone, karena seperti kita ketahui bahwa fotografi adalah seni yang melukis menggunakan cahaya. Mungkin ada yang bilang, "ah, ada kok smartphone yang menggunakan sensor besar, bisa optical zoom menggunakan periskop." Iya, ada. Namun sensor yang dimiliki tidak lebih besar dari sensor kamera prosumer 10 tahun yang lalu, dan memasukan sensor lebih besar dari itu merupakan tantangan tersendiri karena minimnya ruang yang tersedia untuk sensor dan mekanisme reflektor periskop pada body smartphone. Akan sangat panjang sekali apabila dijelaskan satu persatu, seperti pada handling, jendela bidik dan evf pada saat terik di outdoor, dan banyak hal lainnya.
Pada intinya, hasil kamera pada smartphone tidak akan pernah bisa mengungguli hasil kamera sungguhan, dan memperdebatkan mana yang lebih baik adalah sebuah kebodohan karena itu semua hanyalah alat, hasil akhir itu tergantung pada skill penggunanya. Karena ketika seseorang mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari alat yang dmilikinya, maka dia akan bisa menggunakan keahliannya untuk menutupi celah kekurangan pada alat tersebut.
Jadi, gunakanlah alat sesuai dengan fungsinya, smartphone untuk memotret dan merekam momen dan dokumentasi ringan, sedangkan kamera foto/kamera sinema untuk memotret dan merekam momen yang bersifat profesional yang berkaitan dengan pekerjaan.
Peace yooo.
11:53 dah dibahas bang😅
Nice , tp pihak sony ,nikon , dll jg ga tinggal diam dgn kondisi smartphone , mereka bikin camera mirroless yg portable dan video focus, cthnya nikon z30 itu gripnya enak banget , sony zve10 itu jg oke dan canon r50
Sekarang udah ada R5 Mark II om yg udah pake AI juga
Adaptasi adalah keharusan dalam “fast growing technology” sekarang ini apalagi era digital photography. Keren nih 👍. Belajar dari Kodak & juga Nokia & (BlueBerry) 😅 Tapi para professional photographers masih pakai DSLR
DSLR/Mirrorles tak akan bisa tergantikan oleh kamera hp yg semungil itu 🤣
untuk saat ini sony tetep merajai inovasi kamera sih, walau penjualan canon lebih tinggi, karena produk canon itu relatif bervariatif dari yg termurah hingga termahal, dan canon unggul di lensa yg murah walau harus pakai adapter di kamera tertentu, sedangkan sony mau kamera dan lensa kebanyakan mahal", baik lensa merek sony sendiri hingga thrid party punya kualitas yg bagus, dan dengan processing foto yg trend sekarang, sony jadi penyuplay sensor smartphone khususnya android yang mayan banyak
Maaf pak, saya sempet bingung di awal, disebutkan George Eastman mempatenkan Kodak 1988, lalu muncul Kodak Brownie tahun 1900.
Sampe saya ulang2, videonya, lalu akhirnya browsing dan memang 1888 ya pak.
Anyway, saya suka pembahasan soal fotografi ini, dan penyampaian yang mengesankan 👍
Betul. Saya salah ucap. Seharusnya 1888. Terima kasih koreksiannya.
Setahuku kamera mirrorless pertama itu Epson RD-1 dok dengan lensa leica M pada tahun 2004 dan feel penggunaan seperti kamera film. lalu untuk seri consumernya dipelopori oleh Panasonic G1 lalu disusul oleh saudaranua yg pake sensor fourthird juga, Olympus EP-1 yang tergolong sukses di pasaran. hanya aja sony emang gak bisa dipungkiri membawa seabrek teknologi yang berani mendobrak pasar. Tapi sayangnya karena fullframe mendominasi, sensor fourthird ditinggalkan.
Saya sepakat untuk point and shoot HP mulai mengambil alih pasar, tp izin koreksi, megapixel tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas. Canon eos 850d memang "cuma" 24 mp tp ukurannya dan kualitas sensornya berbeda. Jd bukan perbandingan yg apple to apple.
Tren 2015-2017 dulu hampir semua tmn pda beli DSLR😂, yaudah ikutan. Ya nama y jga fomo ada yg 1 udh d jual, ada yg di lemari terus gk d pake2, ada yg makin jgao fotografi nya
Pada akhirnya fotografi itu terbagi jadi 2 kubu: yg pro/semi-pro pakai kamera sensor besar (M43, APSC, FF, medfor). Ini harganya memang ga murah. Bisa puluhan/ratusan jt. Antara lain untuk mengejar kualitas print. Sementara yg awam malas bawa kamera gede. HP aja cukup: foto, edit2, share ke medsos. Praktis sekali bisa dilakukan hanya dengan 1 device. Print? Udah jarang.
Yang tergencet di sini adalah kamera saku/point & shoot. Dulu taun 2000 - 2010, point & shoot populer banget. Lalu begitu smartphone muncul, nah pelan2 menurun. Secara teknis, image quality dari kamera tetap unggul. Sayangnya sekarang makin jarang orang nge-print (beda dgn jaman film/analog dulu). Di media sosial, HP 4 jt vs kamera puluhan jt bedanya praktis ga keliatan sih hehe
Sebagai penghobi fotografi, persaingan tak berujung kamera digital belakangan ini membuat saya jenuh. Kemudian dari itu saya tertarik untuk menggunakan kamera analog dari tahun 1983. Dari situ saya jadi tahu ternyata masih banyak juga pengguna kamera analog, dan banyak juga produsen film roll yang masih memproduksi.
Apapun videonya endingnya “pelajaran apa yg bisa kita petik” 😊aku sukaa
Dari segi peta industri fotografi mainstream mungkin berubah total, didominasi digital. Namun fotografi analog meskipun sempat diramalkan akan menghilang, tenggelam, sepenuhnya belum atau mungkin tidak pernah terjadi. Tren fotografi analog dalam sepuluh tahun kebelakang cenderung meningkat, dengan awalnya ditandai dengan deklarasi New Polaroid, bangkitnya Kodak Ektachrome 2017, dan munculnya "kamera analog baru" Pentax 17, rollei 35 AF, baru-baru ini tentu penanda adanya anomali. Banyak yang masih belum bisa digantikan terutama dari segi pengalaman yang sangat berbeda antara analog dan digital, dari segi pemahaman fundamental teknis fotografi, pengalaman fisikal-dimensi material cetak, developing, kelambatan, rantai proses yang akhirnya membentuk kepekaan estetika. Pendidikan formal fotografi di jenjang perguruan tinggi tetap melibatkan fotografi analog sebagai basis fundamental dalam mempelajari teknis fotografi. Meskipun kondisi fotografi analog lebih sulit, namun fotografi analog tidak menghilang, hanya berubah dari segi industri dan ekosistemnya. Misalnya saja, bahan baku kimia, roll film dan pemrosesan fotografi analog yang dahulu mengandalkan distributor besar, penguasaan post proses di lab-lab besar yang mapan kini ambruk digantikan dengan industri lab rumahan, dan importir mandiri. Kehidupan dan sirkulasi fotografi analog lebih banyak berada di dalam komunitas dan keperluan seni, bukan lagi pada industri fotografi arus utama; seperti media massa, sport, periklanan dst. Menurut saya, evolusi teknologi memang tidak hanya menuntut kita untuk beradaptasi tetapi juga bersikap kritis pada apa yang hilang dan berubah terutama dari segi pengalaman dan kemampuan kita (manusianya) sebagai pengguna.
dan 1 hal keren adalah, sensor dari kamera digital itu ga akan ada kalo albert einstein ga nemuin efek fotolistrik dimana ternyata cahaya bisa diubah menjadi sinyal listrik.
Beda fungsi tapi, di jarak deket emang HP dah bisa banget gantiin. Buat jarak agak jauh kamera profesional dengan lensa yang proper masih unggul. Beberapa pabrikan Kamera itu juga colab kok sama HP, seperti Leica kerjasama sama Xiaomi. Lalu ada Sony yang buat senor kamera HP juga. Dinamis lah, dan ya memang harus bisa adaptasi mereka, jangan menutup diri kata Kodak.
Dan itu HP emang lebih besar ukuran Megapixelnya, tapi ya ukuran senornya tetep lebih besar Kamera Profesional. Ukuran sensor ngaruh di kemampuan nangkep cahaya lebih baik di tempat minim cahaya, sama ya bokeh di background.
Saya melihat pak dokter semakim menua, sehat² terus pak
Kalo di perhatikan semua perusahaan raksasa hancur karena gk mau denger saran karyawan yang inovatif dan terlena dengan kejayaan.
Nokia dan kodak mirip-mirip alasan jatuhnya.
Pak doktor, boleh dong bahas masa depan industri konsultan seperti big4.
makasih banyak pak
Ikut nyimak belajar 🙏😊
kalau sekedar hobi, fotografer ponsel sudah lebih cukup untuk menciptakan karya yang bagus
tapi lain cerita jika jika fotografer profesional, mereka membutuhkan kamera dslr/mirrorless yang bisa diandalkan
nice content pak, sebagai user canon fullframe 2010-2016an, lalu beralih ke mirroless fuji sampe skr, jujur camera video iPhone juga bisa ngasilin duid banyak. ga kalah sama mirrorless dan DSLR. Tapi tetap kualitas photo HP dengan dslr / mirrorless ga bisa di compare apple to apple.. meski MegaPixelnya sama / lebih besaran punya mobile phone... karena ada yang namanya Dynamic Range .. makin mahal DSLR / Mirrorless makin jauh rentang area gelap dan terang yang bisa dicapture oleh sensor (ini fullframe dengan APSC crop factor aja terlihat jauh bedanya)... skr lagi mau tambah sistem ke Canon, untuk photo video lebih profesional.
gas pake R5 Mark II om
Ada insta360 yg menurut saya inovasinya sangat luar biasa.
Secanggihnya camera ponsel masa kini. akan sulit digunakan jika harus menggunakan mode manual. Sampai saat ini ukuran Mega Pixel yang digunakan hanya sebagai tambahan gimmick untuk menarik pelanggan. Secara global pengguna kamera handphone dominan digunakan untuk media sosial. Sementara untuk ranah produksi kebanyakan masi menggunakan kamera profesional untuk hasil yang terbaik. Tapi teknologi akan terus berkembang, kita tidak tahu pihak mana yang akan tergerus kedepannya. Lebih baik bersyukur dengan apa yang sudah di punya, baik punya kamera profesional ataupun kamera smartphone.
Aku ngebayangin teknologi iPhone di kamera berlensa dan sensor besar seperti mirrorless atapu DSLR. pasti kwereenn
Om, kurang dibahas tentang Canon seri EOS-M yang merupakan transisi kamera Canon DSLR ke Mirrorless sebelum seri EOS-R, yang mana seri-M ini dianggap produk gagalnya Canon. Kurangnya support termasuk dukungan lensa menjadikan user yang terlanjur beli seri-M ini amat sangat kecewa!
Kurang juga dibahas perihal kamera mirrorless Fujifilm yang justru jadi semacam iconnya "suhu" fotografer 😇🙏
Kalo dibahas semua nanti kepanjangan om 😂
@@KrisIndrapermana videonya 14 menit, rasanya gak masalah tambah 2-3 menit untuk sekadar singgung EOS-M, terlebih Fujifilm gak disinggung sama sekali.. hehehehee..
Channel edukasi buat wawasan makin luas 🎉🎉
Zaman dahulu fotografi merupakan hal yang eksklusif, orang mau motret harus menggunakan kamera. Di zaman sekarang ketika orang "hanya butuh fotografi" mereka bisa memilih menggunakan kamera/smartphone. Dari hal ini kita mempelajari bahwa semakin ke sini semua konsumen akan semakin tersegmentasi sehingga tidak semua orang yang butuh "fotografi" akan membeli kamera mirrorless. Menurut saya kamera mirrorless tidak akan mati (karena ada kelebihan mekanis yang tidak bisa digantikan kamera smartphone), mereka akan mengalami penurunan penjualan bukan karena minat fotografi berkurang, namun karena konsumen akan semakin tersegmentasi, alias tidak semua orang yang ingin fotografi butuh kamera mirrorless.
Selain itu saat ini perkembangan teknologi mirrorless sudah mulai stuck.
Banyak data/argumen yg keliru.. 😅
Baca-baca komentar, ternyata sudah banyak yg mengoreksi.. 🤩
Dr Indrawan bahas inovasi yang berhasil, coba selanjutnya bahas inovasi gagal
Entah apa hal baru dalam video ini, selalu berinovasi udah dari jaman batu kita kenal untuk survive terus.
Hal yang sangat miss adalah, drone ga dibahas, cctv engga, webcam, kamera di mobil, dsb. Jgn angap produk itu tidak terkait dengan fotografi. Kalau definisi fotografi masih ruang lingkup potret gambar statis ya gak bakal kemana mana. coba hal itu turut dibahas, bakalan paham ohh ini bukan cuma soal lomba siapa paling inovatif tapi stakeholder insutri ini luas, perusahan A gabisa buat kamera dari 0. Gini aja deh logika simpel biar cepat paham, tiba-tiba ada tahun cina perlu jutaan cctv, produsen part-part lensa kebanjiran order, di satu sisi mereka juga produsen lensa kamera 'konvesnional' sekarang kapasitas ke lensa jadul dikurangi demi akomodir kebutuhan baru. ini sama sekali bukan soal inovasi, murni strategi, sehebat apapun inovasi kalau udah cost gamasuk, harga naik, susah buat maju. Prediksi ketidakpastian ini gimana? ya strategi manajemen, lobby, politic, wah banyaklah.
5:44 pelopor mirrorless bukan Sony pak, tapi Olympus & Panasonic dengan sistem Micro Fourthirds mereka.
8:42 sebelum Canon, Nikon masuk pasar mirrorless dengan seri Nikon 1, lalu Z series, agak lama kemudian baru Canon bikin mirrorless. Canon paling akhir masuk pasar mirrorless.
Bahas fujifilm pivot ke produk skincare pak
Kalo saya pribadi besaran ukuran MEGA Pixel bukan acuan tapi kualitas pixel dan hasil akhir gambar.
Tpi ya kemudahan : kualitas
memang sangat berpengaruh bagi saya
2019 masih pake kamera analog SLR Minolta sama kamera Pocket, harga roll film 35mm masin terjangkau, sekarang udh tinggi bgt harga roll film nya🤣🤣
Menurut saya pertempuran di industri fotografi tidak bisa dicampur antara kamera profesional dan kamera ponsel.
keduanya berjalan dilajur berbeda, sama-sama maju pesat dan sama-sama memiliki market sendiri.
kalau dibilang kamera ponsel bisa menggantikan kamera profesional mungkin pada beberapa keadaan bisa, tapi tidak akan sepenuhnya tergantikan.
Kamera profesional sekarang sudah sangat maju teknologinya dan terus ada peningkatan. Setiap kemunculan kamera baru selalu ditunggu sama penggunanya meskipun dengan harga tinggi.
Kamera ponsel pun selalu berinovasi dan bisa menghasilkan kualitas yang sangat baik, tapi ini adalah dua dunia berbeda, tidak bisa dibandingkan.
Untuk pasar konsumer saya setuju smarphone lebih dipilih dibanding kamera dslr. Namun di kelas profesional/ enterprise tetap dibutuhkan kamera high end yang fitur dan kualitasnya tidak ada di pasar konsumer.
Kalau ingat jaman dulu neon box kodak ada dimana2 dan di setiap studio foto pasti kodak jd jualan yg paling umum
Sayang krn skeptis dg kemajuan teknologi jd g bisa bertahan smp skrg
Gw sebagai penggemar fotografi dan terjerumusnya ke fotografi ponsel (karena faktor budget dan kebanyakan hobi yg harus di support), entah sampe titik mana digital composition bisa berkembang tapi yang jelas faktor fisika emang sulit di bohongin, ukuran sensor, banyak nya lensa, kualitas lensa masih, ukuran bukaan masih gak bisa di lawan sama hp karena harus tetap mobile, bahkan kamera saku sensor 1inch masih jauh lebih bagus dari hp sensor 1 inch walaupun handphone bisa ngandelin binning dna color science yang bagus tapi bokeh sama edge nya itu susah di tiru dan kalau mau pun harus di train di waktu yg lama biar , tapi ya gitu orang sekarang lebih ke cari biar momen nya bisa kerekam cepat terlepas dari kualitas nya, makanya juga iphone lebih laku dari kamera poket sony,
Gila, hadirnya smartphone dengan segala lompatan teknologinya benar2 "mengganggu" banyak industri. Kamera, game, buku, hiburan, semua terdampak.
Terimakasih pak videonya, meskipun kami yg berkecimpung di dunia fotografi masih agak kontra dengan bapak, hehe. Karena 2 benda tadi menurut kami ada pangsa pasarnya masing-masing :D
Steve job jika masih hidup pasti marah. Jika melihat iPhone 11-15 tidak ada perubahan yg revolusioner ❤❤❤❤❤❤❤❤
Beda tujuannya, yg 1 maunya inovatif, yg 1 lg yg penting profit
salah dua PR besar di smartphone photography itu ukuran sensor yg terbatas & lensanya jika dibandingin dgn kamera mirrorless
sekarang makin ga ada alasan lagi buat bikin konten vlog pake mirrorless atau dslr, karena ribet terlalu besar, tapi kalo untuk project besar its ok. kalo untuk sekedar konten atau vlog pakai hp aja udah bagus, kalo yg mau bagus lagi pake GoPro.
Tahun 1998 kami sudah melihat para wartawan Jepang yang meliput Chaos di Jakarta sudah memakai kamera Digital.
3 brand besar yg menguasai adalah buatan Jepang, gatau mungkin dimasa depan kalau ada brand China yg terjun ke dunia kamera professional(DSLR atau mirrorless) mungkin 3brand kamera tersebut tergeser , seperti kita tahu produk" China itu murah" , kemungkinan dji
Lensa kamera Cina udah ada ko yang dikenal orang-orang, yaitu Yongnuo
Body languagenya mantep
Maaf pak ikut komen
Itu sensor kamera google pixel sama apple pake sensor dari sony yaitu sony imx
Dan handphone2 android dari seri rendah ke seri flagship itu rata2 pake sensor sony imx
Jadi sony tidak sepenuhnya terdisrupsi
Tangan kanannya memegang kamera profesional tetapi tangan kiri nya pun memegang sektor sensor kamera handphone
Bahas asal muasal internet dong bang bagai mana perjalanan internet sampai sekarang
Sebagai orang yang hobi di bidang photography saya sangat berterimaksih atas di buatnya video ini, lumayan nambah wawasan hehe
ditunggu pembahasan evolusi internet, dari mulai wartel, warnet, sampai kabel FO, dan juga jaringan 3g, 4g, 5g beserta dampaknya dikemudian hari
kamera smartphone tidak sepenuhnya bersaing dengan kamera, karena keterbatasan sensornya yang kecil.
Pertanyaan saya..video mas.indrawan ini pakai kamera HP atau kamera dslr/mirrorless?😅 kok bagus bgt..kayaknya gak mfkn pakai hp deh
Tetap make dslr/mirrorless, apalagi untuk kebutuhan kerja
Pak Indra, next bisa bahas Tupperware yg bangkrut, pasti banyak hikmah yg bisa diambil dari situ, terimakasih.
sedikit tambahan, sebenarnya Canon dan Nikon sempat coba-coba membuat mirrorless, namun usahanya kurang niat di awal-awal karena kebanyakan serinya tidak dihadirkan dalam format fullframe, canon menghadirkan penawaran EOS M mereka yang cenderung untuk non profesional secara desain, sedangkan Nikon lebih ga niat lagi dengan Nikon 1 nya yang membawa sensor 1 inch wkwkwk
Kamera yg digunakan Iphone dan Google pixel adalah Sony dengan tipe IMX, Sony sudah menguasai pasar kamera smartphone lebih dari 60% diseluruh dunia jadi didunia semartphone merek apapun itu hampir semuanya pakai kamera buatan sony termasuk samsung, xiaomi, oppo, huawei juga sering memakai kamera sony pada smartphone mereka.
Koreksi ya… mirrorless itu yg pertama adalah 43rd consortium yaitu olympus dan panasonic… bukan sony
Izin share perspektif lain,
- Soal inovasi? justru kamera smartphone yg sekarang terjebak di gede2an resolusi dan gimmick ai untuk ngilangin objek. Mirrorless jauh lebih banyak yg diupdate.
- Sony baru mulai menggeser Nikon Canon? Sony udah lama main dari zaman dslr, blm lagi camcorder dan cinecamnya. Kl sekarang justru ketat ditempel Fuji dan Lumix.
- Resolusi smartphone nyaingin kamera? Resolusi itu biar foto pecah gk pecah, bukan bagus jeleknya foto. Contohnya sesama smartphone aja deh, bagus mana iphone 15 pro max 48 megapixels vs redmi note 11 pro 108 megapixels? apalagi dengan yg sensornya jauh lebih besar
lets discuss 😊
Ini baru bener 🎉
Secara penjualan & market share di Indo emang Sony baru geser Canon sejak ngeluarin mirrorless bang
Leica selalu punya tempat tersendiri, ibarat Apple di dunia smartphone.
Pangsa pasarnya beda kalo Leica, beli itu cuma buat gengsi aja, secara fungsi merk2 lain udah ngelebihin kemampuan Leica
Aku ttp suka DSLR/mirolles SH klo urusan fto, kayak ttp ada beda2nya di banding hp
Pernah punya hp sony w 800 hasilnya bagus di cetak
Om tolong bahas industri perhiasan emas/jual-beli perhiasan 🙏