Saya tahun 70-an sering menggunakan Bus Line Sumatera, utamanya Medan Aceh dan Medan Padang. Dulu armada Medan Padang belum terlalu banyak. Kebanyakan bus menggunakan bus Chevrolet dan GMC tanpa AC dengan jendela terbuka berpenutup Terpal apabila Hujan atau di malam hari. Perusahaan yang ada biasanya ALS, ABS, Atom, dan Sibualbuali. Kemudian pertengahan tahun 70-an, muncul Bus Merk Mercedes tanpa hidung dengan AC yang sejuk, pelopor pertama kali, PO ANS dan PO Bunga Setangkai. Kalau saya pulang kampung ke Padang, nenek saya suka sekali naik Bus ABS (Aek Batang Gadis Sejati) yang sekarang sudah tidak ada, perjalanannya sungguh enak dan berkesan, apalagi melalui jalur Parapat/Danau Toba yang indah, kemudian Tarutung dan Sibolga yang berliku yang membuat penumpang sering muntah. Biasanya Bus berangkat dari Medan sekitar Jam 10.00 dari stasionnya di Jalan Amaliun/dekat Mesjid Raya Medan melewati Tebing, Pematang Siantar, Parapat, Porsea, Balige, Siborong-borong dan Tarutung sekitar jam 6 sore/Maghrib. Yang paling berkesan ketika naik bus, di samping pemandangan yang indah dan kota-kota yang dilewati, juga penjual makanan/oleh-oleh di banyak kita dan Bus mampir untuk istirahat sholat/makan, misalnya ketika melewati Porsea atau Balige, selalu kami membeli Kue khas yang bernama Ombus-ombus yang dibawa penjualnya memakai Sepeda, Ombus-ombus sejenis Kue Lepat yang manis dan selalu hangat. Sering juga Bus berhenti sebentar di suatu tempat dekat Porsea, Balige atau Siborong-borong, memberi kesempatan kepada penumpang untuk membeli Kacang Sihobuk. Penjualnya pun senang ada yang membeli dagangannya. Begitulah adanya interaksi antara Sopir Bus, Penumpangnya dan Pedagang Kecil di perjalanan yang mampir di beberapa tempat yang terkenal Penjual oleh-oleh, mulai di Perbaungan (Bengkel) yang menjual Dodol, atau Lemang ketika sampai Tebingtinggi, paling lama di dekat Padang Sidempuan untuk membeli Salak yang Manis (kadang-kadang Asam). Di sekitar Sumatera Barat, biasanya Bus mampir di Kampung Sanjai Bukit Tinggi untuk membeli Kerupuk Sanjai sebagai buah tangan, juga di Kayutanam, Sicincin, dan Lubuk Alung ketika banyak pedagang yang naik Bus menawarkan makanan khas daerah tersebut, seperti Telor Asin, dan Rakik Maco yang lezat dan harum. Sedangkan untuk berhenti makan pada perjalanan dari Medan ke Padang, biasanya Bus Berhenti untuk makan malam di Tarutung selalu di rumah makan Padang (tertulis di kacanya Rumah Makan Islam), kemudian besok pagi, sekitar jam 07.00-08.00 Bus berhenti untuk Makan/Sarapan Pagi di Bonjol. Meskipun waktu itu, restaurant masih sederhana, tetapi perjalanannya juga sangat indah. Pada waktu tengah malam, Sopir Bus juga sering berhenti agak lama sekitar 30 menit sampai 1 jam untuk istirahat, ngopi, atau ada juga crew bus yang tidur sekitar 1/2 jam. Sering juga pada zaman dulu bus harus berhenti karena mengalami masalah/kerusakan mesin atau ban kempes/bocor di tengah hutan yang sepi, atau karena jalan longsor/banjir. Dulu sering terjadi hubungan kebersamaan dan persaudaraan terjalin antara Crew Bus dengan Penumpangnya yang selalu siap membantu, mendorong Bus rame-rame melewati jalan banjir dan bus siap lagi jalan. Tentu saja sekarang situasinya sudah berbeda, jalan sudah bagus, bus pun sudah bagus dan modern. Tetapi soal hubungan Crew Bus dan Penumpang serta Pedagang UMKM atau Pemilik Restaurant di beberapa tempat, masih perlu mendapatkan perhatian kita. Sambil memberikan waktu sebentar untuk istirahat bagi driver/crew, juga waktu bagi penumpang untuk buang air kecil (sehingga tidak memerlukan bus dengan toilet), juga memberikan kesempatan bagi pedagang kecil/penjual oleh-oleh, bagus juga dirancang lagi agar Bus Lintas jauh, terutama Bus Medan - Bukit Tinggi/Padang, atau yang ke Jakarta dan kota Lain di Pulau Jawa, bisa berhenti di beberapa tempat, mungkin setiap 3-6 jam. Semoga Bus Pangeran bisa kembali menjadi pelopor yang menjadikan perjalanan dengan Bus menjadi Indah dan Berkesan sekaligus memberikan kebaikan kepada banyak pedagang kecil/UMKM di banyak daerah. Terimakasih. Salam Toto Zurianto, Cinere, 8 Ramadhan 1444H.
Saya kepengen sepanjang perjalanan tidak terlalu sibuk ngurus wifi dan WA-an/telephone-an terus menerus. Paling enak kalau kita bisa jajan kuliner di Kampung-Kampung di perjalanan, makan Kacang, Dodol, Es Duren, Telor Asin, atau Keripik Sanjai/Kerupuk Opak sambil menggunakan camera handphone untuk photo-photo pemandangan yang indah mulai dari perkebunan di sekitar Tebing Tinggi dan Pematang Siantar, Danau Toba dan Parapat, Bukit Tinggi dan Padang Panjang yang indah. Jadi perjalanan naik Bus itu bukan sekedar sebagai transportasi, bisa juga melepas lelah dan rindu pada perkampungan di tanah air, saya juga suka menikmati bagaimana masyarakat berbahasa daerahnya masing-masing yang tidak saya pahami, mulai dari mereka yang berdialog dengan menggunakan Bahasa Batak, Mandailing, juga Minangkabau, semuanya indah.
NAIK BUS DI ACEH TAHUN 1970-AN Kalau perjalanan dari Kota Medan ke Aceh, aku sering bepergian dari Medan ke Takengon (Kabupaten Aceh Tengah), sekitar tahun 1971-1978, waktu itu Bapak kami, Ratmono Ratio bekerja di Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) I di Aceh. Kebetulan Bapak ditempatkan (mutasi) ke perkebunan Lampahan, Kota Kecamatan (kecamatan Timang Gajah) sekitar 25 KM menjelang Ibukota Kabupaten Aceh Tengah di Kota Takengon. Kabupaten Aceh Tengah, terletak di dataran Tinggi Gayo, sekitar 500 sampai 1500 meter di atas permukaan Laut, jadi udaranya sejuk, sekitar 18-20 derajat Celcius di siang hari, dan umumnya bisa lebih dingin mencapai sekitar 13-15 derajat Celcius di malam hari. Pagi ini saat makan sahur, 9 Ramadhan 1444 H, ketika aku mengetik cerita ini, udaranya sekitar 14 derajat Celcius). Saat itu, hampir 1/2 dari wilayah Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari dataran tinggi yang tumbuh subur tanaman Pinus Merkusi, sejenis Pohon Cemara yang Getahnya diolah di Pabrik PNP-1 Lampahan menjadi Produk Damar dan Minyak Terpentine, disinilah Bapak kami bekerja sebagai Chief atau Kepala Pabrik yang mengolah Getah Pohon Pinus yang disebut Balsem menjadi Damar dan Minyak Terpentine yang berguna bagi kepentingan/bahan untuk industri, termasuk sebagai bahan pembuat minyak cet. Kota Takengon yang beraqda di Tepi Danau Laut Tawar yang indah berhara sangat dingin berada sekitar 1200 MDPL (1200 meter di atas permukaan Laut), sedangkan Kota Lampahan berada pada ketinggian sekitar 1000 MDPL pas berada di kaki atau Lereng Gunung Burni Telong, atau Gunung Geuredong. Disamping perkebunan Pinus, di Dataran Tinggi Gayo juga tumbuh subur tanaman Kopi Gayo yang sangat terkenal, Tembakau, Jeruk Manis, Tebu dan Sayur-sayuran. Kopi Arabika sekarang menjadi komoditi ekspor yang sangat bagus. Sedangkan Tanaman Tebu umumnya dimiliki masyarakat paling banyak di sekitar Kecamatan Timang Gajah dan Blang Mancung yang diolah secara tradisionil melalui penggilingan memanfaatkan tenaga Sapi atau Kerbau yang berkeliling berputar menggerakkan Kayu/Batu Penggiling untuk mendapatkan Air Tebu yang selanjutnya dimasak dengan Kayu Bakar menggunakan kuali besar sehingga kering menjadi Gula Merah produksi Rakyat. Ingin mengetahui apakah saat ini kegiatan membuat Gula Merah Rakyat ini masih ada atau sudah hilang. Sedangkan Pabrik Damar dan Minyak Terpentine yang dulu sangat terkenal, sudah tidak ada lagi sejak konsesi Tanaman Pinus dicabut dari PNP-1 di tahun 1980-an yang waktu itu banyak ditebang dan dijadikan bahan baku pembuatan Kertas di Kabupaten Aceh Utara. Situasi ini membuat banyak daerah yang gundul karena tidak dilakukan penanaman kembali ketika tanaman besar ditebang. Perjalanan dari Medan ke Takengon/Lampahan waktu itu, satu-satunya dilayani oleh Bus PT Aceh Tengah yang berangkat dari Medan sekitar jam 09.00 pagi dan sampai di Lampahan sekitar jam 23.00 (jam 11 malam). Kemudian Bus langsung melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir di Takengon, dan sampai sekitar jam 12 malam. Bus Aceh Tengah yang armadanya waktu itu didukung oleh Bus Chevrolet atau GMC 550 buatan Amerika dengan body buatan karoseri Lokal, umumnya dibuat di Medan. Seperti Bus-bus Sumatera waktu itu, sebuah Bus umumnya memiliki kursi berbentuk bangku panjang terdiri dari sekitar 7 baris memiliki pintu keluar/masuk penumpang di depan, di tengah dan di belakang di bagian kiri Bus. Penumpang di baris pertama (baris Pak Sopir/Driver) dan baris Kedua, naik/turun dari Pintu Depan Kiri. Sedangkan penumpang pada Baris Ketiga, Keempat dan Kelima naik/turun dari Pintu Tengah, lalu penumpang baris Keenam dan ketujuh naik dari Pintu Belakang. Waktu itu, belum ada pendingin AC dan Televisi/Video, jadi hiburan selama perjalanan, yang ada dan satu-satunya, hanya mendengarkan lagu-lagu dari Tape Recorder dengan Pita Cassettes yang besar, umumnya hanya memutar lagu-lagu Irama Melayu zaman penyanyi Ellya Khadam dan Achmad Jais. Juga awal zaman Oma Irama, Wiwiek Abidin dan Titiek Sandhora Muchsin. Lagu yang terkenal saat itu antara lain Lagu Termenung, Boneka dari India, Aku Tak mau dimadu, Seminggu di Malaysia, juga lagu Hitam Manis dari Ellya Khadam dan Mus Muliadi. Perjalanan Bus Aceh Tengah dari Medan melewati kota-kota Binjai, Stabat, Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan di Provinsi Sumatera Utara, kemudian memasuki Provinsi daerah Istimewa Aceh, mulai dari Kuala Simpang dan berhenti makan siang di Kota Langsa waktu itu ibukota Kabupaten Aceh Timur. banyak perkebunan negara, umumnya perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di sepanjang jalan di Kabupaten Aceh Timur. kantor Pusat PNP-1 waktu itu bertempat di Kota Langsa. Setelah Makan Siang, bus melanjutkan perjalanan melewati Kota Peureulak, Kota Panton Labu, Idi Rayeuk, Kutabinjei, Lhok Sukun, dan biasanya berhenti untuk makan Malam di Kota Lhokseumawe Ibukota Kabupaten Aceh Utara. Saat malam hari, Bus melanjutkan perjalanan dari Lhokseumawe melewati Kota Bireuen, belok kiri mulai memasuki dataran tinggi yang semakin mendaki dengan lalu lintas yang semakin sepi dan udara yang semakin dingin. Bus sampai di tujuan akhir di Kota Takengon sekitar Jam 12 malam atau jam 1 dini hari setelah menempuh perjalanan dari Medan sekitar 450 Kilometer. Bus Aceh Tengah waktu itu, disamping melayani perjalanan Takengon ke Medan, juga melayani perjalanan dari Takengon ke Kutaraja (Banda Aceh) setiap hari. Bus tujuan Takengon waktu belum banyak, jurusan Medan satu-satunya hanya dilayani oleh Bus PT Aceh Tengah, belakangan juga dilayani oleh Bus PMG (Perusahaan Motor Gunung) dari Medan ke Takengon pp. Bus yang lain dari Kuta Raja (Banda Aceh) atau Sigli dan Bireuen ke Takengon, antara lain Bus Firma Paham, Bus KAT (Bus Kesatuan Aceh Tengah). Tetapi perjalanan dari Medan ke Langsa, Lhokseumawe, Bireuen, Sigli sampai Kutaraja, cukup banyak, antara lain; Bus PMTOH, PT PAT (Pengangkutan Aceh Timur), Aceh Transport. Semuanya menggunakan Mesin/Chasis Merek Chevrolet/GMC, belum ada chasis Mercedes, apalagi Scania dan Volvo. Semua Bus mempunyai hidung (moncong) dengan mesin di depan tanpa AC tanpa Jendela Kaca, dengan jendela terbuka yang dilengkapi dengan Penutup Terpal yang ditutup pada malam hari atau ketika Hujan. Dulu meskipun tidak mempunyai fasilitas AC, tetap sejuk karena masuknya angin sepoi-sepoi dari luar yang membuat penumpang bisa tidur nyenyak. Jakarta, 31 Maret 2023, Aku Rindu perjalanan dengan Bus zaman dulu.
@@TengkuMedan Betul kali Pak Tengku, padahal jalan Medan ke Banda Aceh masih sangat jelek, khususnya antara Peureulak sampai Lhoksukun. Apalagi di musim penghujan ketika Banjir Krueng Jambu Aye membasahi kawasan sekitar Panton Labu, Idi Rayeuk, Kutabinjei sampai Lhoksukun. Jalan masih rusak, tanah liat dan kerikil, banyak lubang yang besar sehingga mobil harus ditarik atau didorong, bahkan banyak mobil yang harus menginap di jalan. Apalagi soal keamanan masih belum stabil. Tapi disamping itu banyak sekali kenangan indah ketika Bus berhenti di beberapa kota untuk makan atau minum kopi sambil makan Mie. Ketika itu banyak sekali Pedagang kecil yang menjajakan oleh-oleh kepada penumpang Bus, paling rame di Kota panton Labu, pusat Pisang Saleh di Aceh. Paling keren hubungan persaudaraan antara Penumpang Bus dengan Sopir + Kenek Bis dan Cincu yang hangat saling membantu, biasa mengobrol sambil makan kacang dan mendengarkan lagu-lagu Irama Melayu dari Tape Recorder Besar. Sehat dan Sukses Pak.
Akhirnya kesampaian naek Bus Pangeran dari Medan ke Padang Minggu 24 September 2023, sekitar Jam 11.00 siang, Perjalanan yang indah, lancar melewati P Siantar (Makan Siang dan Sholat Zuhur/Asar), Parapat, Porsea, Balige, Siborong-borong (Sholat Maghrib/Isya dan Minum Kopi), Tarutung, Sipirok, Padang Sidempuan (makan tengah Malam sambil Beli Salak), Kotanopan (Ngopi jam 03.00), Rao, Panti (Sholat Subuh dan Ngopi), Lubuk Sikaping, sampai Bukittinggi Jam 08.30. Karena tujuan akhir kami ke Padang, kami naek Bus yang lebih kecil ke Padang, cuma 3 orang ke Padang dan Padang Panjang tanpa mencari penumpang lain di Jalan. Pas jam 12.00 sampai di Loket Bus Pangeran di Bypass Padang, Alhamdulilah lancar very recommended.
Semakin banyak persaingan di lintas Medan Bukittinggi semakin baik. Pertama sekali armada yg Cincu nya Dilarang Merokok di dalam bus. Infonya 2 supir dgn 1 helper, dpt snack dan menyusul dispenser dgn teh kopi gratis. Sticker Wifi benar" ada, bukan bohongan sprt bus lainnya. Ditunggu trip keberangkatan..🙏
Lebih cocok yang medium long sepertinya untuk jalan yg sempit dan berkelok Medan-Bukittinggi via Toba ini, sedangkan big busnya untuk Bukittinggi-Jakarta. Kedengaran ada yg menyebut angka-nya, bang Tengku.🤭
@@TengkuMedan assalamu'alaikum bang, salam kenal dari kelahiran urang awak. Menurut saya ini fair competition. Ibarat kata sepakat bersaing sehat tapi beda tipis soal harga. Ga kebayang betapa pelornya Pangeran+Sensasi 38 jam dari Jakarta via mayoritas tol.
kalo bisa jadi perintis lintas bukitinggi medan binjai via sibolga dan berastagi.cuman saran.orang karo banyak yg dari bukitnggi ke medan berhenti dikawasan padang bullan medan.
Mewah ya bus nya...makin banyak pemain makin baik agar semakin banyak pilihan dg beragam servis serta fasilitas yg diberikan. Mau tanya sikit bang...apakah dr po pangeran ini harga tiketnya sdh termasuk free makan di tiap pemberhentian di rmh makan yg disinggahi?
Lagi semangat semangat nya ntar klo kena di batu jomba baru lah tau betapa keras nya jalur tengah bus yang harus tahan jadi cepat rusak sebelum waktu nya
Lucu komenmu ya, para pemilik PO bus di sumbar itu hampir semuanya pengusaha yang tidak lemah ekonominya alias kuat ekonominya karena sebagian besar tidak di transportasi saja bisnisnya, PO di sumbar bus baru semua dan tidak ada beli bus bekas, dan bus sumbar kini seperti bus aceh, berlomba menjadi terbaik, dan Pangeran ini seperti JRG, supir tinggal menyupir, tidak memikir jumlah penumpang karena mereka bergaji meski sewa sepi
Saya tahun 70-an sering menggunakan Bus Line Sumatera, utamanya Medan Aceh dan Medan Padang. Dulu armada Medan Padang belum terlalu banyak. Kebanyakan bus menggunakan bus Chevrolet dan GMC tanpa AC dengan jendela terbuka berpenutup Terpal apabila Hujan atau di malam hari. Perusahaan yang ada biasanya ALS, ABS, Atom, dan Sibualbuali. Kemudian pertengahan tahun 70-an, muncul Bus Merk Mercedes tanpa hidung dengan AC yang sejuk, pelopor pertama kali, PO ANS dan PO Bunga Setangkai. Kalau saya pulang kampung ke Padang, nenek saya suka sekali naik Bus ABS (Aek Batang Gadis Sejati) yang sekarang sudah tidak ada, perjalanannya sungguh enak dan berkesan, apalagi melalui jalur Parapat/Danau Toba yang indah, kemudian Tarutung dan Sibolga yang berliku yang membuat penumpang sering muntah.
Biasanya Bus berangkat dari Medan sekitar Jam 10.00 dari stasionnya di Jalan Amaliun/dekat Mesjid Raya Medan melewati Tebing, Pematang Siantar, Parapat, Porsea, Balige, Siborong-borong dan Tarutung sekitar jam 6 sore/Maghrib.
Yang paling berkesan ketika naik bus, di samping pemandangan yang indah dan kota-kota yang dilewati, juga penjual makanan/oleh-oleh di banyak kita dan Bus mampir untuk istirahat sholat/makan, misalnya ketika melewati Porsea atau Balige, selalu kami membeli Kue khas yang bernama Ombus-ombus yang dibawa penjualnya memakai Sepeda, Ombus-ombus sejenis Kue Lepat yang manis dan selalu hangat. Sering juga Bus berhenti sebentar di suatu tempat dekat Porsea, Balige atau Siborong-borong, memberi kesempatan kepada penumpang untuk membeli Kacang Sihobuk. Penjualnya pun senang ada yang membeli dagangannya.
Begitulah adanya interaksi antara Sopir Bus, Penumpangnya dan Pedagang Kecil di perjalanan yang mampir di beberapa tempat yang terkenal Penjual oleh-oleh, mulai di Perbaungan (Bengkel) yang menjual Dodol, atau Lemang ketika sampai Tebingtinggi, paling lama di dekat Padang Sidempuan untuk membeli Salak yang Manis (kadang-kadang Asam). Di sekitar Sumatera Barat, biasanya Bus mampir di Kampung Sanjai Bukit Tinggi untuk membeli Kerupuk Sanjai sebagai buah tangan, juga di Kayutanam, Sicincin, dan Lubuk Alung ketika banyak pedagang yang naik Bus menawarkan makanan khas daerah tersebut, seperti Telor Asin, dan Rakik Maco yang lezat dan harum.
Sedangkan untuk berhenti makan pada perjalanan dari Medan ke Padang, biasanya Bus Berhenti untuk makan malam di Tarutung selalu di rumah makan Padang (tertulis di kacanya Rumah Makan Islam), kemudian besok pagi, sekitar jam 07.00-08.00 Bus berhenti untuk Makan/Sarapan Pagi di Bonjol. Meskipun waktu itu, restaurant masih sederhana, tetapi perjalanannya juga sangat indah. Pada waktu tengah malam, Sopir Bus juga sering berhenti agak lama sekitar 30 menit sampai 1 jam untuk istirahat, ngopi, atau ada juga crew bus yang tidur sekitar 1/2 jam.
Sering juga pada zaman dulu bus harus berhenti karena mengalami masalah/kerusakan mesin atau ban kempes/bocor di tengah hutan yang sepi, atau karena jalan longsor/banjir. Dulu sering terjadi hubungan kebersamaan dan persaudaraan terjalin antara Crew Bus dengan Penumpangnya yang selalu siap membantu, mendorong Bus rame-rame melewati jalan banjir dan bus siap lagi jalan.
Tentu saja sekarang situasinya sudah berbeda, jalan sudah bagus, bus pun sudah bagus dan modern. Tetapi soal hubungan Crew Bus dan Penumpang serta Pedagang UMKM atau Pemilik Restaurant di beberapa tempat, masih perlu mendapatkan perhatian kita. Sambil memberikan waktu sebentar untuk istirahat bagi driver/crew, juga waktu bagi penumpang untuk buang air kecil (sehingga tidak memerlukan bus dengan toilet), juga memberikan kesempatan bagi pedagang kecil/penjual oleh-oleh, bagus juga dirancang lagi agar Bus Lintas jauh, terutama Bus Medan - Bukit Tinggi/Padang, atau yang ke Jakarta dan kota Lain di Pulau Jawa, bisa berhenti di beberapa tempat, mungkin setiap 3-6 jam.
Semoga Bus Pangeran bisa kembali menjadi pelopor yang menjadikan perjalanan dengan Bus menjadi Indah dan Berkesan sekaligus memberikan kebaikan kepada banyak pedagang kecil/UMKM di banyak daerah. Terimakasih.
Salam Toto Zurianto, Cinere, 8 Ramadhan 1444H.
Saya kepengen sepanjang perjalanan tidak terlalu sibuk ngurus wifi dan WA-an/telephone-an terus menerus. Paling enak kalau kita bisa jajan kuliner di Kampung-Kampung di perjalanan, makan Kacang, Dodol, Es Duren, Telor Asin, atau Keripik Sanjai/Kerupuk Opak sambil menggunakan camera handphone untuk photo-photo pemandangan yang indah mulai dari perkebunan di sekitar Tebing Tinggi dan Pematang Siantar, Danau Toba dan Parapat, Bukit Tinggi dan Padang Panjang yang indah. Jadi perjalanan naik Bus itu bukan sekedar sebagai transportasi, bisa juga melepas lelah dan rindu pada perkampungan di tanah air, saya juga suka menikmati bagaimana masyarakat berbahasa daerahnya masing-masing yang tidak saya pahami, mulai dari mereka yang berdialog dengan menggunakan Bahasa Batak, Mandailing, juga Minangkabau, semuanya indah.
Pada Zaman itu sangat mengesankan ya pak Perjalanan Lintas Sumatera. 🙏👍
NAIK BUS DI ACEH TAHUN 1970-AN
Kalau perjalanan dari Kota Medan ke Aceh, aku sering bepergian dari Medan ke Takengon (Kabupaten Aceh Tengah), sekitar tahun 1971-1978, waktu itu Bapak kami, Ratmono Ratio bekerja di Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) I di Aceh. Kebetulan Bapak ditempatkan (mutasi) ke perkebunan Lampahan, Kota Kecamatan (kecamatan Timang Gajah) sekitar 25 KM menjelang Ibukota Kabupaten Aceh Tengah di Kota Takengon.
Kabupaten Aceh Tengah, terletak di dataran Tinggi Gayo, sekitar 500 sampai 1500 meter di atas permukaan Laut, jadi udaranya sejuk, sekitar 18-20 derajat Celcius di siang hari, dan umumnya bisa lebih dingin mencapai sekitar 13-15 derajat Celcius di malam hari. Pagi ini saat makan sahur, 9 Ramadhan 1444 H, ketika aku mengetik cerita ini, udaranya sekitar 14 derajat Celcius).
Saat itu, hampir 1/2 dari wilayah Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari dataran tinggi yang tumbuh subur tanaman Pinus Merkusi, sejenis Pohon Cemara yang Getahnya diolah di Pabrik PNP-1 Lampahan menjadi Produk Damar dan Minyak Terpentine, disinilah Bapak kami bekerja sebagai Chief atau Kepala Pabrik yang mengolah Getah Pohon Pinus yang disebut Balsem menjadi Damar dan Minyak Terpentine yang berguna bagi kepentingan/bahan untuk industri, termasuk sebagai bahan pembuat minyak cet. Kota Takengon yang beraqda di Tepi Danau Laut Tawar yang indah berhara sangat dingin berada sekitar 1200 MDPL (1200 meter di atas permukaan Laut), sedangkan Kota Lampahan berada pada ketinggian sekitar 1000 MDPL pas berada di kaki atau Lereng Gunung Burni Telong, atau Gunung Geuredong. Disamping perkebunan Pinus, di Dataran Tinggi Gayo juga tumbuh subur tanaman Kopi Gayo yang sangat terkenal, Tembakau, Jeruk Manis, Tebu dan Sayur-sayuran. Kopi Arabika sekarang menjadi komoditi ekspor yang sangat bagus.
Sedangkan Tanaman Tebu umumnya dimiliki masyarakat paling banyak di sekitar Kecamatan Timang Gajah dan Blang Mancung yang diolah secara tradisionil melalui penggilingan memanfaatkan tenaga Sapi atau Kerbau yang berkeliling berputar menggerakkan Kayu/Batu Penggiling untuk mendapatkan Air Tebu yang selanjutnya dimasak dengan Kayu Bakar menggunakan kuali besar sehingga kering menjadi Gula Merah produksi Rakyat. Ingin mengetahui apakah saat ini kegiatan membuat Gula Merah Rakyat ini masih ada atau sudah hilang. Sedangkan Pabrik Damar dan Minyak Terpentine yang dulu sangat terkenal, sudah tidak ada lagi sejak konsesi Tanaman Pinus dicabut dari PNP-1 di tahun 1980-an yang waktu itu banyak ditebang dan dijadikan bahan baku pembuatan Kertas di Kabupaten Aceh Utara. Situasi ini membuat banyak daerah yang gundul karena tidak dilakukan penanaman kembali ketika tanaman besar ditebang.
Perjalanan dari Medan ke Takengon/Lampahan waktu itu, satu-satunya dilayani oleh Bus PT Aceh Tengah yang berangkat dari Medan sekitar jam 09.00 pagi dan sampai di Lampahan sekitar jam 23.00 (jam 11 malam). Kemudian Bus langsung melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir di Takengon, dan sampai sekitar jam 12 malam. Bus Aceh Tengah yang armadanya waktu itu didukung oleh Bus Chevrolet atau GMC 550 buatan Amerika dengan body buatan karoseri Lokal, umumnya dibuat di Medan. Seperti Bus-bus Sumatera waktu itu, sebuah Bus umumnya memiliki kursi berbentuk bangku panjang terdiri dari sekitar 7 baris memiliki pintu keluar/masuk penumpang di depan, di tengah dan di belakang di bagian kiri Bus. Penumpang di baris pertama (baris Pak Sopir/Driver) dan baris Kedua, naik/turun dari Pintu Depan Kiri. Sedangkan penumpang pada Baris Ketiga, Keempat dan Kelima naik/turun dari Pintu Tengah, lalu penumpang baris Keenam dan ketujuh naik dari Pintu Belakang.
Waktu itu, belum ada pendingin AC dan Televisi/Video, jadi hiburan selama perjalanan, yang ada dan satu-satunya, hanya mendengarkan lagu-lagu dari Tape Recorder dengan Pita Cassettes yang besar, umumnya hanya memutar lagu-lagu Irama Melayu zaman penyanyi Ellya Khadam dan Achmad Jais. Juga awal zaman Oma Irama, Wiwiek Abidin dan Titiek Sandhora Muchsin. Lagu yang terkenal saat itu antara lain Lagu Termenung, Boneka dari India, Aku Tak mau dimadu, Seminggu di Malaysia, juga lagu Hitam Manis dari Ellya Khadam dan Mus Muliadi.
Perjalanan Bus Aceh Tengah dari Medan melewati kota-kota Binjai, Stabat, Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan di Provinsi Sumatera Utara, kemudian memasuki Provinsi daerah Istimewa Aceh, mulai dari Kuala Simpang dan berhenti makan siang di Kota Langsa waktu itu ibukota Kabupaten Aceh Timur. banyak perkebunan negara, umumnya perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di sepanjang jalan di Kabupaten Aceh Timur. kantor Pusat PNP-1 waktu itu bertempat di Kota Langsa.
Setelah Makan Siang, bus melanjutkan perjalanan melewati Kota Peureulak, Kota Panton Labu, Idi Rayeuk, Kutabinjei, Lhok Sukun, dan biasanya berhenti untuk makan Malam di Kota Lhokseumawe Ibukota Kabupaten Aceh Utara. Saat malam hari, Bus melanjutkan perjalanan dari Lhokseumawe melewati Kota Bireuen, belok kiri mulai memasuki dataran tinggi yang semakin mendaki dengan lalu lintas yang semakin sepi dan udara yang semakin dingin. Bus sampai di tujuan akhir di Kota Takengon sekitar Jam 12 malam atau jam 1 dini hari setelah menempuh perjalanan dari Medan sekitar 450 Kilometer.
Bus Aceh Tengah waktu itu, disamping melayani perjalanan Takengon ke Medan, juga melayani perjalanan dari Takengon ke Kutaraja (Banda Aceh) setiap hari. Bus tujuan Takengon waktu belum banyak, jurusan Medan satu-satunya hanya dilayani oleh Bus PT Aceh Tengah, belakangan juga dilayani oleh Bus PMG (Perusahaan Motor Gunung) dari Medan ke Takengon pp. Bus yang lain dari Kuta Raja (Banda Aceh) atau Sigli dan Bireuen ke Takengon, antara lain Bus Firma Paham, Bus KAT (Bus Kesatuan Aceh Tengah). Tetapi perjalanan dari Medan ke Langsa, Lhokseumawe, Bireuen, Sigli sampai Kutaraja, cukup banyak, antara lain; Bus PMTOH, PT PAT (Pengangkutan Aceh Timur), Aceh Transport. Semuanya menggunakan Mesin/Chasis Merek Chevrolet/GMC, belum ada chasis Mercedes, apalagi Scania dan Volvo. Semua Bus mempunyai hidung (moncong) dengan mesin di depan tanpa AC tanpa Jendela Kaca, dengan jendela terbuka yang dilengkapi dengan Penutup Terpal yang ditutup pada malam hari atau ketika Hujan. Dulu meskipun tidak mempunyai fasilitas AC, tetap sejuk karena masuknya angin sepoi-sepoi dari luar yang membuat penumpang bisa tidur nyenyak.
Jakarta, 31 Maret 2023, Aku Rindu perjalanan dengan Bus zaman dulu.
@@TengkuMedan Betul kali Pak Tengku, padahal jalan Medan ke Banda Aceh masih sangat jelek, khususnya antara Peureulak sampai Lhoksukun. Apalagi di musim penghujan ketika Banjir Krueng Jambu Aye membasahi kawasan sekitar Panton Labu, Idi Rayeuk, Kutabinjei sampai Lhoksukun. Jalan masih rusak, tanah liat dan kerikil, banyak lubang yang besar sehingga mobil harus ditarik atau didorong, bahkan banyak mobil yang harus menginap di jalan.
Apalagi soal keamanan masih belum stabil. Tapi disamping itu banyak sekali kenangan indah ketika Bus berhenti di beberapa kota untuk makan atau minum kopi sambil makan Mie. Ketika itu banyak sekali Pedagang kecil yang menjajakan oleh-oleh kepada penumpang Bus, paling rame di Kota panton Labu, pusat Pisang Saleh di Aceh.
Paling keren hubungan persaudaraan antara Penumpang Bus dengan Sopir + Kenek Bis dan Cincu yang hangat saling membantu, biasa mengobrol sambil makan kacang dan mendengarkan lagu-lagu Irama Melayu dari Tape Recorder Besar.
Sehat dan Sukses Pak.
Mantap bus Pangeran. Kalau bisa bukak juga trayek Bukittinggi jambi bos.
Mantap
Akhirnya kesampaian naek Bus Pangeran dari Medan ke Padang Minggu 24 September 2023, sekitar Jam 11.00 siang, Perjalanan yang indah, lancar melewati P Siantar (Makan Siang dan Sholat Zuhur/Asar), Parapat, Porsea, Balige, Siborong-borong (Sholat Maghrib/Isya dan Minum Kopi), Tarutung, Sipirok, Padang Sidempuan (makan tengah Malam sambil Beli Salak), Kotanopan (Ngopi jam 03.00), Rao, Panti (Sholat Subuh dan Ngopi), Lubuk Sikaping, sampai Bukittinggi Jam 08.30. Karena tujuan akhir kami ke Padang, kami naek Bus yang lebih kecil ke Padang, cuma 3 orang ke Padang dan Padang Panjang tanpa mencari penumpang lain di Jalan. Pas jam 12.00 sampai di Loket Bus Pangeran di Bypass Padang, Alhamdulilah lancar very recommended.
Semoga sukses pangeran Medan .bukit tinggi bang.mantap
Mantap. Terimakasih bang 🙏👍
Bus y sampai ngk ke siborong borong
Bagus, lapang dan nyaman ya dalam nya. 👍
Iya bang 👍🙏
bagus ini kayanya tempat driver nya g terlalu sempit
Mantaf itu BS sampai binjai
Betul kakak
Ne no bis pCar
Hadir lur nyimax
Terimakasih mas 🙏👍
Semakin banyak persaingan di lintas Medan Bukittinggi semakin baik.
Pertama sekali armada yg Cincu nya Dilarang Merokok di dalam bus. Infonya 2 supir dgn 1 helper, dpt snack dan menyusul dispenser dgn teh kopi gratis.
Sticker Wifi benar" ada, bukan bohongan sprt bus lainnya.
Ditunggu trip keberangkatan..🙏
Betul sekali pak Chairil Bermawi, terimakasih 🙏👍
Mantap bang. Semoga makin sukses chanelnya.
Aamiin...Ya Robbal Alamin. Terikasih bang atas doanya
🤓.. Lebaran... eh.. Puasa Romadhon sebentar lagi...
Betul sskali bang 👍
Lebih cocok yang medium long sepertinya untuk jalan yg sempit dan berkelok Medan-Bukittinggi via Toba ini, sedangkan big busnya untuk Bukittinggi-Jakarta. Kedengaran ada yg menyebut angka-nya, bang Tengku.🤭
Begitu ya bang. 👍🙏
@@TengkuMedan assalamu'alaikum bang, salam kenal dari kelahiran urang awak.
Menurut saya ini fair competition.
Ibarat kata sepakat bersaing sehat tapi beda tipis soal harga.
Ga kebayang betapa pelornya Pangeran+Sensasi 38 jam dari Jakarta via mayoritas tol.
Apakah smpe bukittingi saja gk smpe padang
Ikut ngetrif dulu bang..biar subscriber tau sensasinya..
Iya juga ya pak Asmar 👍🙏😀
Baru pertama kali naik tepat hari ini tp kecewa berat. Katanya bus baru...belum lg jalan bus nya udah rusak...inikah yg namanya baru
kalo bisa jadi perintis lintas bukitinggi medan binjai via sibolga dan berastagi.cuman saran.orang karo banyak yg dari bukitnggi ke medan berhenti dikawasan padang bullan medan.
Terimakasih atas sarannya kakak 🙏
No hp bus pageran yg di Medan .bisa di kirim
Maksudnya Jalur Kisaran - Rantau Prapat yg Bikin Macet
Iya pak Kevin. 👍
Bus sumbar paling bernyali
Luar Biasa
Ada nomor kontak driver atau agen nya bang?
Sidimpuan hadir
Terimakasih bang 😀🙏👍
Bg sampai busy k Pariaman SM sugailimau gak.
Tidak kak
ALS Tetap di hati🙆♂️
Mantap 👍🙏
Bang ,tarif Binjai/ medan - Jakarta berapa ? Tolong infokan
Mewah ya bus nya...makin banyak pemain makin baik agar semakin banyak pilihan dg beragam servis serta fasilitas yg diberikan. Mau tanya sikit bang...apakah dr po pangeran ini harga tiketnya sdh termasuk free makan di tiap pemberhentian di rmh makan yg disinggahi?
Pertanyaan yg bagus sekali pak Arie, ini pula yg belum saya pertanyakan pak 🙏
Assalamualaikum bang, mantap bang udah ada bus baru yaitu bus pangeran yg trayek dr bukittinggi ke medan..😘😘😁
Waalaikum salam kak. Iya kakak
........ P A L I N G BERTAHAN 6 , BULAN .............. P T . ALS BERAT DI LAWAN UNTUK LINTAS TOBA ..............
tidak juga bang tergantung ongkos dan pelayanan, ntar sipirok nauli juga saingan ALS Medan kajarta😄😄😊😊,, saat ini masih Sibolga Palembang
Bang ada mobil Bukittinggi ke Mas Raya Bang
Lagi semangat semangat nya ntar klo kena di batu jomba baru lah tau betapa keras nya jalur tengah bus yang harus tahan jadi cepat rusak sebelum waktu nya
Semoga tetap semangat terus bang 🙏👍
Loket Bukittinggi di jln apa
Ada 3 lokasi loket nya kak di Bukit Tinggi, di Jambu Aie, Jl. Soekarno Hatta (dekat Loket ALS) dan Terminal Bus Bukit Tinggi kakak.
Berapa ongkos Bukittinggi -medan ?
Bw sepeda motor bisa Bg?
Minta Tolong No. Telp. Loket PT. Pangeran Medan.
082210043942
@@TengkuMedan makasih Pak Tengku. Bapak orang Baik
Sebagai Owner masih sempat balas WA ini.
@@weldytiamara3526 terimakasih juga bapak.
Mesin depan tdk cocok buat jarak medan bukit tinggi
P O ini cuma memperjuangkan no smoking,
Jadi kekmana bagi penumpangnya yg perokok,
Klo mau cari market,gk bisa kekgituan.
Itu saran ajaaaaa
Yang merokok tinggal naik ke lantai 2.
@@msoniyusuf6460 bukan masalah lantai 2nya mas,smoking area itu termasuk fasilitas lho mas!!!!
Naik bis yg boleh ngerokok lah...bang ' gitu aja kok repot...😁
@@teukufahrul4341 tiap hari siang malam aku naik bus,maaf klo salah
Kasih Tau Saya Kalo Udah BANGKRUT ...
Bah kenapa begitu..??
Klau pengeran gk ada yg bangkrut bg
Yg kau pikir ny ,, pengusaha bus sumbar itu kaleng" ,,
Lucu komenmu ya, para pemilik PO bus di sumbar itu hampir semuanya pengusaha yang tidak lemah ekonominya alias kuat ekonominya karena sebagian besar tidak di transportasi saja bisnisnya, PO di sumbar bus baru semua dan tidak ada beli bus bekas, dan bus sumbar kini seperti bus aceh, berlomba menjadi terbaik, dan Pangeran ini seperti JRG, supir tinggal menyupir, tidak memikir jumlah penumpang karena mereka bergaji meski sewa sepi
@@eridsky6044 Lah, Tau Nya Kau ...