Di tengah hiruk-pikuk pasar yang dipenuhi oleh suara tawar-menawar dan aroma rempah yang khas, tiba-tiba suasana berubah tegang. Seorang oknum polisi datang dengan arogansi, menendang dagangan para pedagang tanpa alasan. Para pedagang yang selama ini hanya diam mulai merasa ketidakadilan semakin menjadi-jadi. Seorang ibu tua mencoba memohon, tetapi polisi itu justru semakin kasar, mencengkeram kerah seorang pedagang tua dan mengancam mereka untuk segera pergi.
Namun, di tengah ketakutan itu, seorang pemuda bernama Bima maju ke depan. Matanya penuh kemarahan, tangannya mengepal kuat. "Lepaskan mereka, Pak!" serunya lantang. Para pedagang yang lain mulai bergerak, bisikan-bisikan berubah menjadi pekikan perlawanan. Saat polisi itu hendak mengancam lagi, tiba-tiba BUK!-sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya. Suasana meledak, para pedagang yang selama ini tertindas akhirnya berani melawan.
Polisi itu tersungkur, terkejut karena kini ia menjadi yang ditindas. Seragamnya kotor, wajahnya lebam, dan matanya penuh ketakutan. Dari antara kerumunan, seorang pedagang tua berjalan mendekat. "Kami tidak butuh perlindungan dari orang sepertimu," katanya tenang, tapi menusuk. Para pedagang lainnya mengangguk setuju, menyadari bahwa mereka tidak bisa terus-menerus diam.
Tak lama, mobil polisi lain datang. Mereka tidak menangkap para pedagang, melainkan justru menahan oknum polisi arogan itu. Wajahnya kini benar-benar dipenuhi rasa malu. Para pedagang hanya saling pandang, tidak bersorak, tidak bertepuk tangan-mereka hanya merasa lega.
Hari itu bukan hanya hari biasa di pasar. Itu adalah hari di mana ketakutan berubah menjadi keberanian, dan ketidakadilan akhirnya mendapat balasan. Para pedagang kembali bekerja seperti biasa, tapi kali ini mereka tahu: mereka tidak akan pernah diam lagi.
#kisahnyata
#kisahviral
#kisahinspiratif