Відео

Afwan Buya Zein

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Tentulah tidak sama, krn seolah yg melakukan kurban yg sdh meninggal. Maka tidak menjadi kesunahan bagi yg mengatasnamakan qurban utk yg sdh meninggal tidak memotong kuku, bulu, dan rambutya. Itulah sebabnya menurut Imam Nawawi dalam kitab Minhajut Tholibin bhw tdk dianjurkan berkurban ats nama yg sdh meninggal kecuali jk berwasiat. Di antara sebabnya adalah niat. Org yg minanggal yg tdk berwasiat tentulah tdk berniat. Wallahu a'lam

Hukumnya boleh saja. Tp ada yg mengatakan menyelisihi sunnah. Krn dianjurkan menyaksikan penyembelihan hewan qurbannya dan bahkan dianjurkan jg menyembelih sendiri kecuali tak bisa atau takut. Di antara dalil dianjurkan menyaksikan penyembelihan hewan adalah perkataan rasulullah Saw. kepada sayyidah Fatimah, radiyallahu anha: Dari ‘Imrân bin Hushain radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah bersabda shallallâhu ‘alaihi wa sallam, يَا فَاطِمَةُ قَوْمِيْ فَاشْهَدِيْ أُضْحِيَتَكِ فَإِنَّهُ يُغْفَرُ لَكِ بِأَوَّلِ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا كُلُّ ذَنْبٍ عَمِلْتِيهِ وَقُولِيْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ هَذَا لَكَ وَلأَهْلِ بَيْتِكَ خَاصَّةً فَأَهْلُ ذَلِكَ أَنْتُمْ أَمْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً قَالَ : بَلْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً “Wahai Fathimah, berdirilah kepada udh-hiyyah-mu dan persaksikanlah karena akan diampuni untukmu segala dosa yang engkau lakukan bersama awal teetsan yang menetes dari darah (udh-hiyyah-mu) itu. Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan saya adalah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah).’.” ‘Imrân berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, (apakah udh-hiyyah) ini untukmu dan keluargamu secara khusus sehingga kalianlah pemiliknya, ataukah untuk kaum muslimin secara umum?’ Beliau menjawab, ‘(Tidak), tetapi (udh-hiyyah ini) untuk kaum muslimin secara umum.’.” (Hadits di atas diriwayatkan oleh Ar-Rûyâny, Ath-Thabarâny, Al-Hâkim, Al-Baihaqy, Al-Khatîb, dan selain mereka)

Afwan etek Nisma

Waa fiikum barakallahu ya syeikhona

Masjid Assalam, SPBU, arah ke Bandara Batam

Afwan Buya Ahmad Zein 🙏

وفيكم بارك الله أخي العزيز

Wa fiika barakallahu bang Dedi

Alhamdulillah..siap buya

Waiyyakum Pak Ombedi

Afwan Pak Mahmud, terkait tanah yg tdk bersurat atau tidk ada dokumen, maka bisa jadi syubhat atau bisa jadi jatuh ke haram. Krn secara aturan, kepemilikan tanah hrs dibuktikan dg surat agr tdk menjadi permasalahan dikemudian hari. Bukankah menolak kemudaratan atau permasalahan didahulukan dripd mengambil manfaat atau kemaslahatan. Meskipun tanah adalah milik Allah Swt., Tp utk menghidupkan atau mengelola adalah semua org berhak. Pengelolaan tsb menjadi dasar bhw tanah menjadi milik seseorg krn dibutuhkan pembiyaan. Makanya di dalam Islam jk ada tanah sdh dimiliki tp tdk dirawat atau dikelola maka termasuk hukumnya tabzir. Untuk pengelolaan tsb tanah hrs menjadi pemilik dan dibuktikan dg surat agr tdk diklaim olh yg lain. Wallahu a'lam

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Sama2 Pak Acok

Afwan Etek. Silahkan