Sinopsis Jaranan Jowo:
Jaranan Jowo, kesenian rakyat yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia, bersamaan dengan berdirinya Pabrik Gula Ngadirejo. Dengan ciri khas tampilan yang sangat sederhana pada Jaranan Jowo tidak mengurangi minat penonton, Jaranan Jowo tetap menjadi sarana kepercayaan adat dan sekaligus menjadi hiburan kalangan masyarakat Jawa khususnya Kediri. Dinamakan Jaranan Jowo karena sesuai dengan Jawa yang berarti mengerti, memahami, atau dalam bahasa jawa disebut Njawani. Jaranan Jowo adalah kesenian rakyat berbentuk tarian dengan properti meliputi kepang, pecut, celengan, barongan, dan topeng penthul tembem.
Secara umum Jaranan Jowo diartikan perwujudan pasukan kerajaan dengan pamomongnya Penthul Tembem, berperang melawan nafsu angkara berupa barongan dan keserakahan digambarkan dengan wujud Celengan. Secara khusus, Jaranan Jowo merupakan perlambangan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar manusia hidup dalam kedamaian, selamat dunia akhirat, dan berguna untuk sesama mahkluk ciptaan-Nya.
Jaranan Jowo merupakan kesenian jaranan yang berbeda dengan kesenian jaranan lainnya. Kesenian Jaranan Jowo mengadopsi dari cerita rakyat pengorbanan. Di dalam perjalanannya itu ada Kala-kala yaitu, Kala jana, Kala Gumarang, Kala Srenggi. Selain perbedaan alur cerita, pada Jaranan Jowo dalam setiap pemainnya memakai pakain sederhana tanpa make up. Jaranan Jowo sangat berbeda dengan jaranan pada umumnya
yang menggunakan make up dan pakaian yang menarik, Jaranan Jowo hanya menggunakan celana komprang dengan lilitan kain jarik di pinggang, menggunakan kain atau juga disebut iket di kepala.
Jaranan Jowo Kediri merupakan khasanah seni budaya lokal yang penuh pelajaran dan kesederhanaan, Kesenian Jaranan Jowo wujud kesenian yang ditampilkan oleh kaum sudra (petani) pada kala itu untuk bersyukur kepada Gusti Allah (Tuhan Yang Maha Esa) di dalamnya pertunjukan Jaranan Jowo didapat alur cerita "Bathari Sri dan Sedana" sedangkan menunggangi kuda sebagai perlambang bahwa kaum petani harus sabar dan bisa mengendalikan hawa nafsu (Kuda sebaga Kesederhannan tersebut menambah rasa kepada penonton seperti kembali ke-zaman dahulu.